




Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
The islamic ruling on making up (qadha) obligatory prayers that were missed or neglected. It explains that it is permissible to make up obligatory prayers that were missed due to forgetfulness or sleep, based on hadith evidence. However, it is not permissible to intentionally neglect obligatory prayers and then try to make them up later. The document also discusses the proper way to perform qadha prayers, including the intention and wording to be used. Overall, this document provides a comprehensive overview of the islamic guidelines and rulings related to making up missed obligatory prayers.
Typology: Exercises
1 / 8
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
KELOMPOK 4 :
RENATA WAHYU ZAHRAN
ISMATUNISA
EVA SYIFA’ULLOH
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“barangsiapa yang lupa shalat, atau terlewat karena
tertidur, maka kafarahnya adalah ia kerjakan ketika ia
ingat” (HR. Muslim no. 684).
“barangsiapa yang terlewat shalat karena tidur atau
karena lupa, maka ia wajib shalat ketika ingat” (HR. Al
Bazzar 13/21, shahih).
Penyebab Dibolehkannya Seseorang
Mengqadha Sholat Wajib
Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan menjelaskan: “orang
yang hilang akalnya karena tidur, atau pingsan atau
semisalnya, ia wajib mengqadha shalatnya ketika sadar”
(Al Mulakhash Al Fiqhi, 1/95, Asy Syamilah).
Jika seorang muslim memiliki udzur, seperti ketiduran
atau kelupaan, sehingga tidak memungkinkan untuk
melakukan shalat pada waktunya, maka wajib baginya
untuk mengqadha shalat ketika sudah sadar, meskipun
di waktu yang terlarang. Ini merupakan pendapat
mayoritas ulama. Simak Al-Mughni (2/515). (Fatawa
Islam, no. 20013)
Allah Ta’ala telah menjadikan batas awal dan akhir waktu bagi setiap shalat.
Yang menjadikannya sah pada batas waktu tertentu dan tidak sah pada batas
waktu tertentu. Maka tidak ada bedanya antara shalat sebelum waktunya
dengan shalat sesudah habis waktunya. Karena keduanya sama-sama shalat
di luar waktunya. Dan ini bukanlah mengqiyaskan satu sama lain, melainkan
merupakan hal yang sama, yaitu sama-sama melewati batas yang ditentukan
Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman: ‘barangsiapa yang melewati batasan
Allah sungguh ia telah menzalimi dirinya sendiri‘ (QS. Ath Thalaq: 1).
Selain itu juga, qadha shalat adalah pewajiban dalam syariat. Dan setiap
yang diwajibkan dalam syariat tidak boleh disandarkan kepada selain Allah
melalui perantara lisan Rasulnya” (Al Muhalla, 2/10, Asy Syamilah).
Sholat qadha boleh dikerjakan kapan saja pada waktu
selain sholat fardhu.
Niat shalat qadha subuh dan bacaan untuk niat salat lain
sama hanya saja yang membedakan kita mau menqadha
salat apa:
َكْعَتَيْن ِمُسْتَقْبِل َاْلقِبْلَة ِقَضَا ء ًلِلَّه ِتَعَالَىي ْفَرْض َالصُّبْح ِر
ِّ اُصَل
Artinya:“Aku sengaja melakukan shalat fardu subuh 2
rakaat, sambil menghadap qiblat, Qadha, karena Yang
Mahakuasa ta’ala.”