










Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
hasil diskusi mengenai teori pendidikan kritis, 2023, pendidikan kritis
Typology: Study Guides, Projects, Research
1 / 18
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Pendidikan Kritis yang diampu oleh Dr. Rivo Nugroho M.Pd. dan Monica Widyaswari M.Pd. OLEH: KELOMPOK 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin, rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul “ Teori Pendidikan Kritis Dan Postmodernisme Menurut Ivan Illich ” ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas semester kedua untuk mata kuliah Teori Pendidikan Kritis. Melalui makalah ini, kami berharap agar kami dan pembaca mampu mengenal lebih jauh tentang Teori Pendidikan Kritis Dan Postmodernisme Menurut Ivan Illich. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen pengampu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca. Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Rivo Nugroho M.Pd. Dan Ibu Monica Widyaswari M.Pd selaku dosen pengampu. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih bagi rekan-rekan mahasiswa lain yang telah mendukung penyusunan makalah ini. Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna. Maka dari itu kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar pada tugas berikutnya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca. Surabaya, 25 Februari 2024 Kelompok 2
A. Latar Belakang Ivan illich 2011, (Sholichah, 2018, hlm. 27) mengatakan bahwa “pendidikan merupakan proses dimana manusia diberikan berbagai macam situasi yang bertujuan untuk memberdayakan diri dengan mempertimbangkan aspek penyadaran, pencerahan, pemberdayaan dan perubahan perilaku”. Tujuan Pendidikan nasional bangsa indonesia merupakan penerapan dari empat pilar pendidikan yang dipaparkan oleh UNESCO. Empat pilar ini merupakan visi pendidikan untuk masa sekarang dan masa depan yang perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan formal dimanapun. Dalam Triyanto (2013, hlm. 227) mengatakan bahwa “Keempat pilar tersebut yaitu : Learning to know (belajar untuk mengetahui), Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu), Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), Learning to live together (belajar untuk menjalin kehidupan bersama)”. Di abad ke 21 ini, pendidikan sangat penting bagi peserta didik untuk memiliki keterampilan belajar dan berinovasi dalam membangun keterampilan berpikir kritis untuk menyelesaikan suatu masalah, berpikir kreatif, mampu berkomunikasi dan berkolaborasi dalam lingkungannya, serta keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi.
B. Rumusan Masalah
ditugaskan di tengah jemaat Puerto Rico dan Cardinal Spellman pun memenuhi keinginannya. Bagi keuskupan Agung New York, ”masalah orang Puerto Rico” adalah “mengintegrasikan” para imigran ke dalam agama Katolik Amerika -sebuah ide yang dianggap chauvinistik oleh Illich dan sangat bertentangan dengan kasih Kristus. Setelah melapor ke Incarnation Parish, ia mulai mengembangkan dan mempraktikkan pendekatan yang sangat berbeda. B. Konsep Pendidikan Kritis Menurut Ivan Illich Sebagai pemikir Humanis dan Religius, Illich cenderung mendefinisikan pendidikan dalam arti luas. Baginya pendidikan sama dengan hidup. Pendidikan. adalah segala sesuatu yang ada dalam kehidupan untuk mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan. Jadi pendidikan dapat diartikan sebagai pengalaman belajar seseorang sepanjang hidupnya. Illich juga menyadari bahwa hak setiap orang untuk belajar dipersempit oleh kewajiban sekolah. Menurutnya, sekolah mengelompokkan. orang dari segi umur yang didasarkan pada tiga premis yang diterima begitu saja, anak hadir disekolah, anak belajar disekolah, dan anak hanya bisa diajar di sekolah. Kewajiban bersekolah secara tidak terelakkan membagi suatu masyarakat dalam kutub-kutub saling bertentangan. Kewajiban sekolah juga menentukan peringkat atau kasta-kasta Internasional. Semua negara diurutkan seperti kasta dimana setiap posisi suatu negara dalam pendidikan ditentukan dengan jumlah rata-rata masyarakat bersekolah tentu ini menyakitkan. Sekolah yang diselenggarakan di zamannya berkata bahwa mereka. membentuk manusia untuk masa depan. Secara garis besar pemikiran pendidikan Ivan Illich adalah membatasi peran sekolah. Beberapa pemikiran pendidikan Ivan Illich mengenai komponen pendidikan. diantaranya adalah: a. Tujuan Pendidikan Menurut Illich sistem pendidikan yang baik dan membebaskan harus mempunyai tiga tujuan, yaitu: (a) pendidikan harus menyediakan bagi semua orang yang ingin belajar peluang untuk menggunakan sumber-sumber daya yang ada pada suatu ketika dalam kehidupan mereka, (b) pendidikan harus mengizinkan semua orang, yang ingin membagikan apa yang mereka ketahui,
untuk menemukan. orang yang ingin belajar dari mereka (c) sistem pendidikan dapat memberi peluang kepada semua orang yang ingin menyampaikan suatu masalah ke tengah masyarakat untuk membuat keberatan mereka diketahui oleh umum. Dari tiga tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa, tujuan pendidikan bagi Illich adalah terjaminnya. kebebasan seseorang untuk memberikan ilmu dan mendapatkan ilmu, karena memperoleh pendidikan dan. ilmu adalah hak dari setiap warga negara di mana pun. (Illich, 1971, hal. 75-76) b. Pendidik Pada dasarnya, Illich ingin agar pendidik dan masyarakat miskin di pedesaan atau dimanapun dapat berkomunikasi secara baik dengan menggunakan bahasa, ibarat, contoh dan praktik yang sesuai dengan permasalahan di masyarakat. Illich ingin mengatakan tentang perlunya sikap yang lebih fleksibel, akomodatif, dan adaptif dalam melakukan proses belajar mengajar, dengan cara menyesuaikan dengan bahasa, istilah ataupun contoh yang sesuai dengan budaya dan tradisi yang sering berkembang di masyarakat. Sekolah pada gilirannya akan membuat guru sebagai pengawas, moralis, dan ahli terapi. Dalam setiap peran ini guru mendasarkan otoritasnya atas anggapan yang berbeda. c. Peserta Didik Banyak murid, khususnya yang miskin, secara intuitif tahu apa yang dilakukan sekolah pada mereka. Sekolah membuat mereka tidak mampu membedakan proses dari substansi. Begitu kedua hal ini dicampur adukkan, maka muncul logika baru, semakin banyak pengajaran semakin baik hasilnya, atau menambah materi pengetahuan akan menjamin keberhasilan. Akibatnya, murid menyamakan. begitu saja pengajaran dengan belajar, naik kelas dengan. pendidikan, ijazah dengan kemampuan, dan kefasihan berceloteh dengan kemampuan mengungkapkan sesuatu yang baru. (Illich, 1971, hal. 1) Sekolah mengelompokkan orang menurut umur. Pengelompokan ini didasarkan pada tiga premis yang diterima begitu saja. Anak hadir di sekolah, anak belajar di sekolah., dan anak hanya bisa belajar di sekolah, menurut Illich, premis-premis yang tidak teruji kebenarannya ini perlu dipersoalkan secara serius. Kita telah terbiasa untuk memutuskan bahwa mereka harus ke sekolah,
keterampilan dapat diperluas kalau kita membuka "pasar". Ini tergantung pada usaha untuk menyediakan guru yang tepat untuk murid yang tepat. C. Ide Pembebasan dan Gagasan Yang Dituju dalam Dunia Pendidikan Menurut Illich, Sekolah merupakan sarana umum yang palsu, sekilas memang sekolah memberi kesan terbuka terhadap semua orang yang datang ke sekolah. Tetapi dalam kenyataannya sekolah hanya terbuka kepada mereka yang terus-menerus memperbarui surat kepercayaan mereka. Maka Sekolah di ibaratkan seperti jalan tol, bagi mereka yang mampu membayar biaya sekolah, maka mereka akan dengan leluasa masuk pada pendidikan di sekolah dan menikmatinya, tetapi bagi mereka yang tidak mampu membayar, maka mereka tidak ada kesempatan untuk memperoleh pendidikan di sekolah, ini diakibatkan karena mahalnya biaya pendidikan. Karena mahalnya biaya sekolah inilah, kemudian Ivan Illich berharap adanya sebuah demokrasi dalam memperoleh pendidikan, dimana pendidikan dapat dirasakan oleh semua kalangan, baik kaya ataupun miskin. Sejenak mari kita telaah anak-anak usia sekolah dasar yang tertampung dan dapat mengenyam pendidikan di beberapa negara. Menurut Illich sistem pendidikan yang baik dan membebaskan harus mempunyai tujuan, yaitu:
Untuk lebih kongkritnya ide-ide pembebasan Ivan Illich dalam dunia pendidikan tertuju pada sasaran-sasaran sebagai berikut :
Berdasarkan pada berbagai ciri menonjol pada filsafat postmodern maka dapat dilacak dimana letak keterpengaruhan gerakan ini terhadap pendidikan. Dimana pendidikan tidak lagi dipahami sebagai peneguhan proses transformasi pengetahuan atau transfer of knowledge yang hanya dikuasai oleh sekolah (pendidikan formal). Guru dengan demikian tidak lagi dipandang sebagai ‘dewa’ dengan segala kemampuannya untuk melakukan proses pencerdasan masyarakat. Gudang ilmu mengalami pergeseran, tidak lagi terpusat pada guru. Ruang pendidikan tidak lagi harus berada pada ruang-ruang sempit, yang bernama sekolah, melainkan juga harus dimainkan oleh masyarakat, entah itu melalui pendidikan alternatif maupun melalui pendidikan luar sekolah. ● Desentralisasi Pendidikan : Pergeseran Wacana dari Grand Narrative ke Local Narrative Ivan Illich, seorang pemikir kontroversial asal Austria, memberikan kontribusi signifikan terhadap pemikiran postmodernisme melalui karya-karyanya yang mencerminkan kritik terhadap institusi-institusi besar dalam masyarakat, termasuk sistem pendidikan formal. Dalam perspektif postmodern, Illich menentang narasi-narasi besar (grand narratives) yang mendominasi pemikiran dan menyuarakan kebutuhan untuk mempertanyakan struktur-struktur yang dianggap sebagai otoritatif. Desentralisasi pendidikan mengisyaratkan suatu sistem pendidikan yang bersifat indigenous (pribumisasi) karena didasarkan pada aspek-aspek dasar dari lokalitas masyarakat. Hal ini agar masyarakat atau peserta didik tidak tercerabut dari akar kebudayaannya. Dengan demikian ada relasi mutualistik antara penyelenggaraan pendidikan dengan situasi lokal yang membutuhkan penjelasan dan pengenalan secara lebih komprehensif. Sistem ini jelas memberikan peluang terjadinya demokratisasi pendidikan, karena ia tidak lagi terpusat dalam soal penyusunan kurikulum bahkan soal pengangkatan guru. Desentralisasi pendidikan merupakan langkah strategis untuk menguatkan daerah dan memberikan kebebasan dalam menyusun sebuah kurikulum berbasis
kompetensi yang belakangan sedang ramai dibicarakan. Peralihan kewenangan dari pusat ke daerah ini bertujuan agar setiap daerah mampu memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan daerah untuk mampu dihadapkan pada wacana global. Berbagai ilustrasi dimunculkan, betapa proses pendidikan yang dijalankan sering kali tercerabut dari akar persoalan riil, tapi ilustrasi tersebut hanya menjadi bahan pembicaraan yang tidak bergaung. Misalnya, fakta bahwa mayoritas masyarakat Indonesia ada di pedesaan yang notabene adalah masyarakat agraris, tetapi dalam praktek pendidikannya hampir tidak berorientasi pada problem masyarakat, khususnya masyarakat desa. Praktik pendidikan yang demikian disinyalir membuat orang sekolahan menjadi asing dan tidak mengenal persoalan yang sedang terjadi disekitarnya. Bahkan tidak jarang, justru banyak produk-produk pendidikan tersebut seringkali melecehkan (meremehkan) kehidupan dan pekerjaan masyarakat sekitar misalnya sebagai petani. Hal ini karena anak didik lebih banyak diintervensi oleh praktik pendidikan model perkotaan dengan tipikal masyarakat industrialnya sehingga muncul ketidakpercayaan diri anak didik atas profesi sebagai petani dan memilih gaya hidup sebagai priyayi dengan fenomena rebutan keluaran pendidikan untuk menjadi pegawai negeri sipil atau minimal pekerja di perkantoran. Ketika anak-anak lain sedang menekuni pelajaran di bangku sekolah dengan paket kurikulum yang telah digariskan, anak-anak pedalaman (anak nelayan dan juga anak-anak petani) justru mengikuti orang tuanya berladang menembus hutan belajar tentang dunia hutan sekitar mereka. Mereka belajar tentang kesuburan tanah, bibit tanaman, tanda-tanda alam, pergantian musim, berpindah lahan demi pemulihan kesuburan dan daur alam. Atau anak-anak nelayan yang seperahu dengan bapaknya belajar tentang angin, ombak, kehidupan laut dan sebagainya. Kita jangan bertanya; mengapa mereka tidak bersekolah? Ini soal biaya atau kesempatan?. Karena sesungguhnya mereka belajar tentang keseharian dengan lingkungan yang terdekat; persoalan riil yang mesti dihadapinya, bukan persoalan global yang seringkali jauh dari pikirannya.
A. Kesimpulan Ivan Illich cenderung mendefinisikan pendidikan dalam arti luas. Baginya pendidikan sama dengan hidup. Pendidikan adalah segala sesuatu yang ada dalam kehidupan untuk mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan. Jadi pendidikan dapat diartikan sebagai pengalaman belajar seseorang sepanjang hidupnya. Illich juga menyadari bahwa hak setiap orang untuk belajar dipersempit oleh kewajiban sekolah. Menurutnya, sekolah mengelompokkan orang dari segi umur yang didasarkan pada tiga premis yang diterima begitu saja, anak hadir disekolah, anak belajar disekolah, dan anak hanya bisa diajar di sekolah. Secara garis besar pemikiran pendidikan Ivan Illich adalah membatasi peran sekolah. Beberapa pemikiran pendidikan Ivan Illich mengenai komponen pendidikan diantaranya adalah: a. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan bagi Illich adalah terjaminnya kebebasan seseorang untuk memberikan ilmu dan mendapatkan ilmu, karena memperoleh pendidikan dan ilmu adalah hak dari setiap warga negara di mana pun. b. Pendidik Orang yang bertanggung jawab atas pendidikan anak didik. Dan pendidik yang utama adalah orang tua. c. Peserta didik Orang yang membutuhkan pendidikan tanpa adanya kekangan. d. Kurikulum Hanya sebuah alat untuk mengekang kebebasan peserta didik dan digunakan sebagai pengukur ranking seseorang. Kurikulum menurut Illich hanyalah sebuah produk yang siap dikonsumsi oleh peserta didik. e. Metode Metode harus bersifat fleksibel sesuai dengan materi yang ingin disampaikan dan tidak hanya terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan bisa diluar kelas bahkan luar sekolah.
f. Lingkungan Sekolah bukan satu-satunya lembaga pendidikan yang bisa mendidik anak didik, keluarga adalah yang utama, dan juga masyarakat harus ikut terlibat B. Saran Saran yang ingin kami sampaikan adalah bahwa kita sebagai pembelajar maupun yang nantinya akan menjadi model (contoh), hendaknya mampu berfikir secara kritis dan mampu bersikap mengikuti sikap dan perilaku orang lain yang baik dan memberi contoh perilaku yang baik pula. Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini silahkan sampaikan saran kepada kami.