Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Soil pH Analysis: Understanding Soil Acidity and Alkalinity, Schemes and Mind Maps of Soil Physics

A detailed analysis of soil ph, a crucial factor in plant growth and soil fertility. It explores the concepts of actual and potential acidity, the factors influencing soil ph, and the methods for adjusting ph to meet the specific needs of plants. The document delves into the impact of soil ph on the availability of macro and micronutrients, as well as the role of organic matter and liming in regulating soil ph. It also presents a case study on the ph analysis of different soil types, including mineral (ultisol), swamp (alluvial), and peat (histosol) soils, at varying depths. The findings highlight the importance of understanding soil ph for optimizing agricultural practices and ensuring sustainable crop production. This comprehensive resource is valuable for students, researchers, and practitioners in the fields of soil science, agronomy, and environmental management.

Typology: Schemes and Mind Maps

2018/2019

Uploaded on 03/17/2023

obed-simamora
obed-simamora 🇮🇩

3 documents

1 / 25

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM ANALISIS TANAH AIR DAN TANAMAN
ANALISIS PENETAPAN pH TANAH
M.Rizdky Budiansyah
05101281924041
ILMU TANAH
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe
pff
pf12
pf13
pf14
pf15
pf16
pf17
pf18
pf19

Partial preview of the text

Download Soil pH Analysis: Understanding Soil Acidity and Alkalinity and more Schemes and Mind Maps Soil Physics in PDF only on Docsity!

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM ANALISIS TANAH AIR DAN TANAMAN

ANALISIS PENETAPAN pH TANAH

M.Rizdky Budiansyah 05101281924041

ILMU TANAH

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

i (^) Universitas Sriwijaya

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan banyak nikmat sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum “ ANALISIS PENETAPAN pH TANAH ” ini utuk memenuhi tugas Praktikum Analisis Tanah Air dan Tanaman yang diberikan oleh Asisten. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih penuh dengan kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Penyusun mengharapkan agar asisten dan pembaca dapat memberikan kritik dan saran untuk melengkapinya. Dan penyusun menyampaikan terimakasih atas kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan laporan praktikum Analisis tanah air dan tanaman ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca.

Pedamaran, 2 8 november 2021

M.Rizdky Budiansyah

permukaan kompleks jerapan. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu melakukan percobaan reaksi tanah (pH) untuk mengetahui jenis reaksi dan nilai pH tanah pada berbagai lapisan tanah.

1.2 Tujuan Adapun tujuan dalam praktikum Analisis penetapan pH tanah adalah untuk mengetahui bagaimana cara dan metode dalam penentuan pH tanah di Laboratorium.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 pH Tanah Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat yang penting, sebab terdapat hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara juga terdapat beberapa hubungan antara pH dengan sifat-sifat tanah. pH tanah merupakan kondisi keterikatan antar unsur atau senyawa yang terdapat di dalam tanah, nilai pH tanah terdiri dari masam, netral dan alkalis. Nilai pH yang netral akan mempengaruhi tingkat penyerapan unsur hara oleh akar tanaman, karena pada pH netral tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut di dalam larutan tanah. pH didefinisikan sebagai keasaman atau kebasaan relatif suatu bahan. Skala pH mencakup dari nilai 0 (nol) hingga 14. Nilai pH 7 dikatakan netral, di bawah nilai pH 7 dikatakan asam sedangkan di atas nilai pH 7 dikatakan basa (Putra,2017). Jika pH tanah kurang dari 4,5 maka keasaman tanah menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman, yang dalam beberapa kasus disebabkan oleh pengaruh toksik unsur alumunium (Al) bebas (Proklamasiningsih, 2012). Disamping itu, asam dan basa pada tanah dapat dipicu oleh beberapa faktor seperti curah hujan yang tinggi, adanya unsur Aluminium (Al), Besi (Fe) ,Tembaga (Cu), penggunaan pupuk secara berlebihan dan kekurangan unsur hara lainnya (Pulungan, 2013). Berdasarkan pada keadaan tanah, semakin lembab tekstur tanah maka pH tanah nya akan semakin kecil dan berlaku sebaliknya (Wardah et al., 2019). Oleh karena itu, pengukuran tentang pH tanah sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas dari tanah. Menurut Triharto(2013), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kemasaman tanah penting untuk diketahui. Pada tanah masam (pH rendah), tanah didominasi oleh ion Al, Fe. Ionion ini akan mengikat unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman, terutama unsur P (fosfor), S (sulfur), sehingga tanaman tidak dapat menyerap makanan dengan baik meskipun kandungan unsur hara dalam tanahnya banyak. Pada kondisi ini, derajat kemasaman tanah bernilai < 7. Selain ion-ion Al, Fe, dan Mn mengikat unsur hara, ion-ion tersebut juga meracuni tanaman. Pada tanah masam, kandungan unsur mikro seperti seng (Zn), tembaga

Pengaruh kehilangan kation basa berkolerasi terhadap peningkatan Al dapat ditukar di dalam tanah yang berakibat pada penurunan pH tanah (Wijanarko & Taufiq, 2004).Tebu tumbuh dengan baik dan berproduksi maksimal pada rentang pH 5,5–7,5 dan pengembangan lahan untuk budidaya tebu sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan karakteristik lahan (Kadarwati, 2016). pH tanah masam akan menurunkan ketersediaan hara makro dan akan pula meningkatkan hara mikro yang bersifat racun bagi tanaman tebu. Unsur hara makro yang dibutuhkan untuk meng-hasilkan produktivitas tebu yang optimal adalah 0,10–0,13% untuk unsur hara nitrogen, 30–50 ppm P2O5 untuk unsur hara pospor, dan 100–200 ppm K2O untuk unsur hara kalium (Pawirosemadi, 2011). Kendala utama untuk pertumbuhan tanaman pada tanah masam, diantaranya adalah: tingginya konsentrasi ion-ion Alumunium (Al). Kemasaman (pH) media tanam berpengaruh terhadap bentuk senyawa Al.Beberapa bentuk senyawa Al pada tingkat kemasaman berbeda adalah Al(OH)2+ dan Al(OH)2 + pada pH 4-5; Al3+ pada pH 5,5-7 dan Al(OH)4 - pada pH 7-8. Kondisi pH tanah merupakan faktor penting yang menentukan kelarutan unsur yang cenderung berkesetimbangan dengan fase padatan. Kelarutan oksida- oksida hidrous dari Fe dan Al secara langsung tergantung pada konsentrasi ion hidroksil (OH--) dan menurun ketika pH meningkat. Kation hidrogen (H+) bersaing secara langsung dengan kation-kation asam Lewis lainnya dan oleh karenanya kelarutan kation kompleks seperti Cu dan Zn akan meningkat dengan menurunnya pH (Soemarno, 2011). Pengaruh parameter pH terhadap ketersediaan fosfat dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur untuk membandingkan hasil uji P dari metode uji tanah yang ada. Perbandingan hasil uji P tersedia dari dua metode yang berbeda dalam penerapan uji terhadap suasana pH tanah dapat memberikan rekomendasi pemupukan. Metode Olsen biasanya digunakan untuk tanah ber-pH >5,5, sedangkan metode bray biasanya digunakan untuk tanah ber-pH<5,5. Kedua metode ini bisa dijadikan salah satu tolak ukur pembanding penggunaan metode berdasarkan perbedaan penerapan dalam suasana tanah, yaitu asam dan basa. Pemberian kapur dolomit pada tanah gambut selain dapat menaikkan pH tanah, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai.. Hal ini ditunjukkan

oleh koefisien korelasi antara pH tanah dengan tinggi tanaman umur 5 minggu setelah tanam yang berkorelasi positip dan nyata (r=0,70). Menurut Soeprapto_._ (2014), tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tingkat kemasaman tanah 5.5- 7.0. Hal ini sangat sesuai dimana dengan perlakuan kapur nilai pH tanah 5. (Tabel 2). Sedangkan menurut Hasibuan (2015), peningkatan petumbuhan vegetatif tanaman yang diberi kapur karena adanya perbaikan penyediaan hara bagi tanaman. Pemberian kapur dolomit dapat meningkatkan pH tanah yang akan memacu proses dekomposisi bahan organik yang menghasilkan senyawa fosfat organik, yang dapat terkonversi menjadi fosfat an organik melalui proses dekomposisi yang lebih sempuran. Peranan P antara lain penting untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar dan meningkatkan hasil tanaman (Nyakpa dkk 1988) Pemanfaatan tanah Ultisol hingga saat ini masih mengalami kendala. Permasalahan yang umumnya dijumpai pada tanah Ultisol adalah rendahnya kandungan unsur hara dan kandungan bahan organik tanah (0,67-1,57 %), tanah bereaksi masam hingga sangat masam (pH 3,1 – 5,5), serta kejenuhan alumunium yang tinggi (37-60%) (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006; Sudaryono, 2009). Selama ini kemasaman tanah Ultisol diatasi oleh pemberian kapur dan bahan organik berupa pupuk kandang dan pupuk hijau. Pemberian kapur selama ini diketahui dapat meningkatkan pH tanah, meningkatkan ketersedian Ca, Mg, kejenuhan basa, dan menurunkan Al-dd (Barchia, 2009). Sedangkan pemberian bahan organik berupa pupuk kandang diketahui dapat meningkatkan pH tanah, meningkatkan aktivitas jasad renik, serta dapat melepaskan berbagai senyawa organik seperti asam malat, sitrat, dan tartat yang dapat mengikat Al menjadi bentuk yang tidak aktif (Budianta dan Tambas, 2003). Sedangkan pemberian pupuk hijau selama ini juga diketahui dapat meningkatkan pH tanah, karena menghasilkan asam-asam organik yang berperan sangat penting dalam menekan aktivitas aluminium dalam tanah. Pada umumnya tanah Entisols-Brebes bertekstur liat, mempunyai nilai reaksi tanah sangat beragam mulai dari agak masam sampai alkalis (pH 5,6 – 8,5), mengandung hara P dan K, serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa

terlalu rendah dan terlalu tinggi (Sayara dkk., 2009; Tchobanoglous dkk., 1993). Nilai pH tanah dalam penelitian ini dikondisikan menjadi asam yaitu 5 dan netral yaitu 7 yang merupakan kondisi eksisting sampel tanah yang digunakan. Setelah dilakukan pencampuran sampel tanah dengan sampah organik, nilai pH menjadi bervariasi. Pada tanah asam, nilai pH bervariasi menjadi 5-5,3 sedangkan tanah dengan kondisi netral pH sedikit mengalami penurunan menjadi 6-7. Penurunan terjadi karena pH sampah organik yang rendah, khususnya kol adalah 5 sehingga mempengaruhi pH campuran. pH tanah sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman, seperti ketersediaan unsur hara, pembentukan bintil akar oleh bakteri rhizobiumyang berhubungan dengan fiksasi N tanaman, juga aktifitas pertumbuhan perkembangan dan populasi rhizobium. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pH terhadap pembentukan bintil akar, serapan hara N dan P, serta produksi tanaman pada beberapa varietas kedelaipada tanah Inseptisoldi rumah kaca. Meningkatnya pH tanah akibat pemberian pupuk K, karena pupuk KCl yang diberikan ke dalam tanah brunizem membebaskan ion K+ sebagai kation basa. Ion ini akan menukar ion Al3+ yang merupakan sumber kemasaman tanah sehingga pH tanah akan meningkat. Kemudian ion Al3+ akan bereaksi dengan ion OH- yang ada dilarutan tanah membentuk senyawa Al(OH)3 yang mengendap. Demikian juga ion K+ dapat bereaksi dengan OH- membentuk KOH (senyawa bersifat basa kuat) yang menyebabkan pH meningkat (Tisdale et al, 1990 ; Hanifiah, 2004). Pengaruh pupuk P terhadap peningkatan pH tanah karena adanya pelepasan sejumlah OH- ke dalam larutan akibat adsorpsi sebagian anion fosfat (H2PO4 - ) oleh oksida-hidrat Al dan Fe sehingga pH tanah meningkat. Selain itu ion Ca2+ dalam pupuk tersebut akan menggantikan ion H+ dan Al3+ pada kompleks adsorpsi, maka konsentrasi ion H+ dalam larutan berkurang dan konsentrasi ion OH- naik. Kondisi lahan pertanian Indonesia didominasi oleh pH masam yang dapat menyebabkan keracunan Al, Fe dan Mn. Tingginya kandungan unsur-unsur hara tersebut akan menghambat pertumbuhan akar dan translokasi P dan Ca ke tanaman. Selain itu, ketersediaan unsur hara akanmenurun. Masalah utama dalam

pemupukan P pada lahan pertanian adalah efisiensinyayang rendah, karena hanya 10 sampai 30% saja dari pupuk yang kita berikan ke tanah dapat dimanfaatkan oleh tanaman.(Prihatini, 2003 dalam Fitriawati, 2018). 2.2 Pengukuran pH Tanah Ditimbang 10 g tanah kering udara yang sudah lolos ayakan 2 mm kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer. Ditambahkan 10 mL aquadest (untuk penetapan pH H2O). Dikocok dengan mesin pengocok selama 60 menit kemudian diukur menggunakan pH meter yang sudah dikalibrasi dengan larutan penyangga pH = 4 dan pH = 7. Dicatat pH yang ditampilkan pada pH meter (Prijono dan Kusuma, 2012). Nilai pH baik pada musim penghujan ataupun musim kemarau terjadi perubahan yang sangat kecil. Nilai pH disini tidak mempengaruhi nilai tahanan jenis tanah, bahkan pada musim hujan dengan nilai tahanan jenis tanah yang rendah kita mendapatkan nilai pH yang tinggi bahkan menyamai nilai pH pada musim kemarau yaitu pada pengukuran 24 jam,168 jam dan 360 jam didapatkan nilai pH yang sama yaitu 6,7.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penetapan pH Tanah di Laboratorium Tabel 1. Penetapan pH di Laboratorium Jenis Tanah

Kedalaman pH H 2 O KCl Mineral Mineral Lebak Lebak Gambut

0-30 cm 30-60 cm 0-30 cm 30-60 cm 0-30 cm

4.2 Pembahasan pH didefinisikan sebagai keasaman atau kebasaan relatif suatu bahan. Skala pH mencakup dari nilai 0 (nol) hingga 14. Nilai pH 7 dikatakan netral, di bawah nilai pH 7 dikatakan asam sedangkan di atas nilai pH 7 dikatakan basa (Putra,2017). Jika pH tanah kurang dari 4,5 maka keasaman tanah menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman, yang dalam beberapa kasus disebabkan oleh pengaruh toksik unsur alumunium (Al) bebas (Proklamasiningsih, 2012). Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan tentang analisis penetapan pH tanah di Laboratorium telah di dapatkan hasil seperti yang ada pada tabel di atas. Pengukuran pH pada tanah terdiri dari 3 jenis sampel tanah yakni tanah mineral (ultisol), lebak (alluvial) dan gambut (histosol) dan dengan kedalaman yang berbeda-beda. Pada tanah mineral dengan kedalaman 0-30 cm dan pereaksi H 2 O mendapatkan pH 4.47, sedangkan untuk pereaksi KCl di tanah yang sama mendapatkan pH 4.05. Pada tanah mineral dengan kedalaman 30-60 cm, pada pereaksi H 2 O mendapat pH 4.69 dan pada pereaksi KCl mendapatkan hasil pH 4.05.

Pada tanah lebak dengan kedalaman 0-30 cm dengan reaksi H2O mendapatkan hasil PH 3,42 Sedangkan untuk reaksi KCL mendapatkan hasil pH 3, Pada tanah Lebak dengan kedalaman 30-60 cm dengan pereaksi H2O mendapatkan hasil pH 4,58 dan dengan pereaksi KCL mendapatkan hasil PH 3, Pada tanah gambut dengan kedalaman 0-30 cm dengan reaksi H2O mendapatkan hasil PH 4.34 dan dengan pereaksi HCL mendapat hasil PH 3, Nilai pH tanah dalam penelitian ini dikondisikan menjadi asam yaitu 5 dan netral yaitu 7 yang merupakan kondisi eksisting sampel tanah yang digunakan. Setelah dilakukan pencampuran sampel tanah dengan sampah organik, nilai pH menjadi bervariasi. Pada tanah asam, nilai pH bervariasi menjadi 5-5,3 sedangkan tanah dengan kondisi netral pH sedikit mengalami penurunan menjadi 6-7. Penurunan terjadi karena pH sampah organik yang rendah, khususnya kol adalah 5 sehingga mempengaruhi pH campuran.

DAFTAR PUSTAKA

Nazir, M., Muyassir, M., & Syakur, S. (2017). Pemetaan Kemasaman Tanan dan Analisis Kebutuhan Kapur di Kecamatan Keumala Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian , 2 (1), 21-30. Yuniarti, A., Solihin, E., & Putri, A. T. A. (2020). Aplikasi pupuk organik dan N, P, K terhadap pH tanah, P-tersedia, serapan P, dan hasil padi hitam (Oryza sativa L.) pada inceptisol. Kultivasi , 19 (1), 1040-1046. Atmaja, T., & Damanik, M. M. B. (2017). Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam, Pupuk Hijau, dan Kapur CaCO3 Pada Tanah Ultisol Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung: The Effect of Chicken Manure, Green Fertilizer and Lime (CaCO3) on Ultisol and Their Effect on the Growth of Corn. Jurnal Online Agroekoteknologi , 5 (1), 208-215. Prabowo, R., & Subantoro, R. (2018). Analisis tanah sebagai indikator tingkat kesuburan lahan budidaya pertanian di Kota Semarang. Cendekia Eksakta , 2 (2). Harahap, F. S., Kurniawan, D., & Susanti, R. (2021). Pemetaan Status pH Tanah dan C- Organik Tanah Sawah Tadah Hujan di Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu. Agrosains: Jurnal Penelitian Agronomi , 23 (1), 37-42. Vera, V. F. S., Ekawita, R., & Yuliza, E. (2021). DESAIN BANGUN pH TANAH DIGITAL BERBASIS ARDUINO UNO. JOURNAL ONLINE OF PHYSICS , 7 (1), 36-41. Basuki, B., & Sari, V. K. (2020). Efektifitas dolomit dalam mempertahankan pH tanah Inceptisol perkebunan tebu blimbing djatiroto. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri , 11 (2), 58-64. Nurhayati, N. (2020). PENGARUH PEMBERIAN AMANDEMEN PADA TANAH GAMBUT TERHADAP pH TANAH GAMBUT DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN KEDELAI. Wahana Inovasi: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UISU , 9 (1), 1-8. Firmansyah, I., & Sumarni, N. (2013). Pengaruh dosis pupuk N dan varietas terhadap pH tanah, N-total tanah, serapan N, dan hasil umbi bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada tanah entisols-Brebes Jawa Tengah. Jurnal Hortikultura , 23 (4), 358- 364. Harahap, F. S., Kurniawan, D., & Susanti, R. (2021). Pemetaan Status pH Tanah dan C- Organik Tanah Sawah Tadah Hujan di Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu. Agrosains: Jurnal Penelitian Agronomi , 23 (1), 37- 42. Sartika, S. (2021). Perbandingan (pH) Tanah Sawah Yang Tidak Menggunakan Dolomit Dengan Yang Menggunakan Dolomit Di Gampong Bukit Meutuah Kecamatan Langsa Timur. Jurnal Hadron , 3 (1), 16- 18.

Rachmawati, A. Y., & Wardiyati, T. (2018). Pengaruh pH Tanah dan Pupuk Npk Terhadap Pertumbuhan dan Warna Bunga Hortensia (Hydrangea macrophylla). PLANTROPICA: Journal of Agricultural Science , 2 (1), 23- 29. Setiono, D. A. (2018). Studi pengaruh kandungan air tanah terhadap tahanan jenis tanah lempung (clay). Jurnal Teknik Elektro Universitas Tanjungpura , 2 (1). Sari, G. L., Mizwar, A., & Trihadiningrum, Y. (2016). Pengaruh pH Tanah Terhadap Proses Biodegradasi Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) pada Tanah Terkontaminasi Batubara. Jurnal Teknologi , 8 (1), 31- 38. Lubis, D. S., Hanafiah, A. S., & Sembiring, M. (2015). Pengaruh pH Terhadap Pembentukan Bintil Akar, Serapan Hara N, Pdan Produksi Tanaman pada Beberapa Varietas Kedelai pada Tanah Inseptisol Di Rumah Kasa. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara , 3 (3), 105432. Kaya, E. (2018). Pengaruh pupuk kalium dan fosfat terhadap ketersediaan dan serapan fosfat tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada tanah brunizem. Agrologia , 1 (2). Hartati, R. D. (2021). PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI PELARUT FOSFAT PADA BERBAGAI pH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merr). JA-CROPS (Journal of Agrotechnology and Crops Science) , 1 (1).

1.4. Penetapan Nitrogen total tanah metode Kjeldahl

  1. Destruksi a. Timbang 0.5 gr – 1.0 gr tanah kering angin b. Masukkan dalam labu kjeldahl 50ml c. Tambahkan sedikit campuran selen dan digilasi sedikit aquades, kemudian tambah 5ml asam sulfat pekat pa d. Dipanaskan di atas alat destruksi, mula mula dengan nyala api keci; kemudian nyala di besarkan sampai asapnya hilang dan warna larutan menjadi kehijauan/tak berwarna (pemanasan dalam lemari asam) lalu angkat kemudian dinginkan.
  2. Destilasi e. Setelah larutan dalam labu kjeldahl dingintambah 100ml aquades, kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu destilasi (labu kjeldahl 500ml). Cara memasukkan larutan ialah menuangkan berulang-ulang dengan air suling. f. Ambil Erlenmeyer 250ml diisi dengan 25ml asam borak beri 3 tetes indikator. g. Erlenmeyer ditempatkan dibawah alat pendingin destruksi sedemikian rupa hingga ujung alat pendingin tersebut tercelup di bawah permukaan asam. h. Tambahkan dengan hati hati (dengan gelas ukur) 75ml NaOH 40% pada (e) Penambahan NaOH harus melalui dinding labu kjeldahl. Penyulingan diberhentikan jika volumenya mencapai lebih kurang 100ml i. Setelah destilasi selesai. Erlenmeyer diambil (nyala api biru boleh dipadamkan/pindahkan kalau Erlenmeyer sudah diambil) j. Bilas dengan aquades ujung atas dan bawah dari alat pendingin (aquades ini dimasukkan juga kedalam Erlenmeyer)
  3. Titrasi k. Larutan dalam Erlenmeyer dititrasi dengan asam sulfat 0.1N sampai warna merah

l. Pekerjaan a s.d k di lakukan juga untuk blanko yaitu tanpa memakai tanah. 1.5. Penetapan Fosfor Tersedia Metode P Bray 1

  1. Timbang 1,5 gr tanah kering udara lalu masukkan kedalam Erlenmeyer 50 ml.
  2. Tambah 15 ml larutan pengekstrak (PA).
  3. Kocok dengan mesin pengocok selama 1 menit, lalu saring dengan kertas W42.
  4. Pipet dari (3) 2 ml, masukkan kedalam tabung reaksi kemudian tambah 6,5 ml aquades, lalu tambah 1 ml ammonium molybdat lalu tambah 0,5 ml larutan stanochloride encer, kocok diamkan selama 5 menit.
  5. Kemudian baca dengan spektrofotometer pada gelombang 660 nm. 1.6. Penetapan KTK dan Basa-basa Tanah Adapun cara kerja pada praktikum penetapan kapasitas tukat kation (KTK) t anah dengan penjenuhan natriun serta basa basa tanah adalah sebagai berikut : 1.6.1 Cara kerja Penetapan KTK dengan metode penjenuhan natrium
  6. Timbang 1 gram tanah kering udara masukkan kedalam beaker 100 ml. Tambah 25 ml ammonium asetat 1 N pH 7,0 aduk dengan gelas pengaduk sampai homogen dan biarkan satu malam.
  7. Keesokan harinya, saring dengan W41. Filternya diambil untuk penetapan K, Na, Ca dan Mg.
  8. Endapan dalam kertas saring tambah 20 ml sodium asetat pH 8,2. Setelah tidak ada lagi tetesan lalu dicuci dengan alkohol 96 % sebanyak 3 × 25 ml.
  9. Setelah itu ditambah 20 ml ammonium asetat 1 N pH 7.
  10. Ambil filtrat (4) sebanyak 1 ml, lalu dijdikan 25 ml dengan aquades kemudian cek dengan flamefotometer kadar Na nya. 1.6.2 Cara kerja penetapan sodium (Na)
  11. Buat deret standar 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm Na dan dijadikan volumenya masing-masing 100 ml dengan ammonium asetat 100 1N pH 7.
  12. Hidupkan alat flamefotometer dan setelah nyala berwarna biru.
  13. Cek larutan standar dan contoh yang diambil dari penetapan KTK dengan flamefotometer.