


Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
berisi pendekatan filosofi ketika memahami ilmu jiwa yang dianggap psikologi.
Typology: Lecture notes
1 / 4
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Literasi Psikologi dalam Pandangan Failasuf Yunani Kuno Oleh : Faiz Badridduja, 20200011055 Psikologi -menurut Alan Porter- merupakan salah satu sains yang masih relatif amat muda, dimana ia baru muncul sebagai disiplin ilmu yang independen pada kuartal terakhir abad kesembilan belas yakni 1879 berkat penelitian empiris yang dilakukan Wilhelm Wundt serta kontribusi penting beliau dalam mendirikan Institute for Experimental Psychology di Universitas Leipzig dan memimpin supervisi terhadap seluruh generasi mahasiswa PhD dari seluruh dunia di kampus itu untuk mendirikan laboratorium-laboratorium psikologi eksperimental mereka sendiri setelah mereka pulang ke negara mereka sendiri, seperti di Amerika Serikat, Inggris dan Perancis. Tahun 1908, Hermann Ebbinghaus -seorang psikolog eksperimental- menulis di bagian awal bukunya yang berjudul Psychology : An Elementary Text-book bahwa “Psikologi memiliki masa lalu yang panjang, tapi sejarah riilnya amat singkat”, maksudnya ialah pertanyaan-pertanyaan mengenai sifat manusia telah sejak lama diajukan oleh para failasuf, teolog, pedagog (ahli pendidikan), dokter, ahli biologi, ahli bedah dll,^1 sedangkan “sejarah riil” singkat itu bermula dari sejarah psikologi modern sampai sekarang, “masa lalu yang panjang” inilah yang akan kita bedah. Para Failasuf telah lama memulai proses pemikiran mereka tentang aspek-aspek psikis pada manusia meski saat itu belum dikenal dengan istilah psikologi. Mereka hanya menggunakan metode yang tersedia saat itu yakni analisis logis , lalu mengembangkan penjelasan tentang apa itu jiwa, proses kejadiannya serta fungsi dan sifatnya. Thales (624-548 SM), yang dianggap sebagai bapak filsafat, mengartikan jiwa sebagai sesuatu yang supernatural dan menyimpulkan bahwa jiwa itu tidak ada, karena –menurutnya- yang ada di alam ini hanya gejala-gejala alam ( natural phenomena ), serta semua gejala alam berasal dari air.^2 (^1). (^) Alan Porter, segala sesuatu yang perlu Anda ketahui tentang PSIKOLOGI , alih bahasa : Dharmawati Chen, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama (2020), Cetakan pertama, halaman 11. (^2). Sarlito Wirawan Sarmono, Pengantar Psikologi Umum , Depok : Rajawali Press (2019), Cetakan kesepuluh, halaman 1.
Anaximander (611-546 SM) yang berpendapat bahwa segala sesuatu itu berasal dari apeiron yang bermakna “tak terbatas, tak berbentuk dan tak bisa mati” dimana zaman sekarang dikenal sebagai konsep tentang tuhan oleh para teolog, berdasarkan pada pendapatnya itu, ia menyimpulkan bahwa jiwa itu ada ( exist ).^3 Anaximenes (490-430 SM) berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari udara, dengan cara analisis logis yang sama dengan Anaximander ia-pun menyimpulkan bahwa jiwa itu ada.^4 Empedokles (490-430 SM) lebih kongkret memaknai jiwa, ia menyatakan bahwa ada empat elemen dasar alam yaitu tanah, air, api, dan udara, sedangkan manusia –dengan analogi yang sama- terdiri dari (a) tulang, otot, dan usus dari tanah, (b) fungsi hidup dari udara, (c) rasio dari api, (d) dan cairan tubuh dari air.^5 Hipokrates (460-375 SM) yang terkenal dengan sebutan Bapak Kedokteran, ia menganggap bahwa jiwa manusia dapat digolongkan ke dalam empat tipe kepribadian berdasarkan pada cairan yang dominan dalam tubuhnya, yakni (a) tipe sanguine atau periang yang didominasi oleh cairan darah, (b) tipe melankolis atau pemurung yang didominasi oleh cairan sumsum hitam, (c) tipe kolerik atau cepat tanggap dan responsif aktif yang didominasi oleh cairan sumsum kuning, (d) tipe flegmatis atau lamban dan responsif pasif yang didominasi oleh cairan lendir.^6 Sokrates (469-399 SM) yang memperkenalkan metode maeutics yakni wawancara untuk memancing keluar pikiran-pikiran seseorang, ia meyakini bahwa pikiran-pikiran itu mencerminkan keberadaan jiwa di balik tubuh material manusia.^7 (^3). Sarlito Wirawan Sarmono, Pengantar Psikologi Umum , Depok : Rajawali Press (2019), Cetakan kesepuluh, halaman 1. (^4). Sarlito Wirawan Sarmono, Pengantar Psikologi Umum , Depok : Rajawali Press (2019), Cetakan kesepuluh, halaman 2. (^5). (^) Sarlito Wirawan Sarmono, Pengantar Psikologi Umum , Depok : Rajawali Press (2019), Cetakan kesepuluh, halaman 2. (^6). (^) Sarlito Wirawan Sarmono, Pengantar Psikologi Umum , Depok : Rajawali Press (2019), Cetakan kesepuluh, halaman 2. (^7). Sarlito Wirawan Sarmono, Pengantar Psikologi Umum , Depok : Rajawali Press (2019), Cetakan kesepuluh, halaman 3.
al-Mashadir wa al-Maraji’ the List of the Sources Alan Porter, segala sesuatu yang perlu Anda ketahui tentang PSIKOLOGI , alih bahasa : Dharmawati Chen, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama (2020), Cetakan pertama. Sarlito Wirawan Sarmono, Pengantar Psikologi Umum , Depok : Rajawali Press (2019), Cetakan kesepuluh. Nyayu Khodijah, Prof. Dr., Psikologi Pendidikan , Depok : Rajawali Press (2017), Cetakan keempat.