Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Perkembangan Perbankan, Assignments of Law

Lembaga perbankan yang hadir di Indonesia pertama kali tentunya tidak terlepas dari kolonial Hindia Belanda. pada tahun 1746, VOC mendirikan De Bank van Leening untuk mempermudah aktivitas perdagangan VOC di Indonesia. Seiring perjalanannya, De Bank van Leening tidak beroperasi dengan baik.

Typology: Assignments

2015/2016

Available from 02/19/2023

nao01
nao01 🇮🇩

5 documents

1 / 21

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
ABSTRACT
Setiap bank di dalam lingkungan industri perbankan akan menghadapi risiko. Risiko
operasional telah menjadi bagian dalam perhatian Bank Indonesia sebagai regulator
perbankan di Indonesia. Bank Indonesia mendorong bank-bank di Indonesia agar dapat
melakukan tata kelola perusahaan dan manajemen risiko yang baik. Hal ini tidak terkecuali
pada bagian pasar uang di Divisi Treasuri.
Penelitian ini hendak mengidentifikasi bagaimana profil risiko-risiko operasional
apa yang dihadapi Treasuri bagian pasar uang (money market). Diharapkan perusahaan
kedepannya dapat melakukan pemetaan, kemudian membuat respon penanganan yang tepat
serta pengendalian atas profil risiko-risiko yang dihadapinya disertai dengan sistem
pelaporan yang akurat.
Hasil identifikasi profil risiko pada bagian pasar uang terdapat 40 risiko yang akan
dihadapi oleh PT. Bank MNC Internasional, Tbk. Risiko-risiko operasional yang dihadapi
oleh bagian pasar uang tersebut dapat berasal dari internal maupun eksternal. Penyebab
risiko operasional yang berasal dari internal terdapat 29 risiko, sedangkan penyebab risiko
operasional yang berasal dari eksternal terdapat 11 risiko.
Dampak risiko operasional pada bagian pasar uang (money market) dengan
menggunakan metode Standa rdized Appro ach (SA) sebesar Rp. 29,055,106,469.20. Hal ini
menggambarkan modal risiko operasional yang harus dihadapi oleh PT. Bank MNC
Internasional, Tbk.
PT. Bank MNC Internasional, Tbk hendaknya menerapkan enterprise risk
management terintegrasi untuk keseluruhan perusahaan, dimana didalamnya terdapat Divisi
Treasuri. Hal ini diawali dengan membuat sistem dan mengumpulkan data-data historis di
perusahaan mengenai risiko-risiko yang telah terjadi agar dapat disimpan dengan baik.
Keywords: r isk, operationa l risk, treasury, pa sar uang.
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe
pff
pf12
pf13
pf14
pf15

Partial preview of the text

Download Perkembangan Perbankan and more Assignments Law in PDF only on Docsity!

ABSTRACT

Setiap bank di dalam lingkungan industri perbankan akan menghadapi risiko. Risiko operasional telah menjadi bagian dalam perhatian Bank Indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia. Bank Indonesia mendorong bank-bank di Indonesia agar dapat melakukan tata kelola perusahaan dan manajemen risiko yang baik. Hal ini tidak terkecuali pada bagian pasar uang di Divisi Treasuri. Penelitian ini hendak mengidentifikasi bagaimana profil risiko-risiko operasional apa yang dihadapi Treasuri bagian pasar uang (money market). Diharapkan perusahaan kedepannya dapat melakukan pemetaan, kemudian membuat respon penanganan yang tepat serta pengendalian atas profil risiko-risiko yang dihadapinya disertai dengan sistem pelaporan yang akurat. Hasil identifikasi profil risiko pada bagian pasar uang terdapat 40 risiko yang akan dihadapi oleh PT. Bank MNC Internasional, Tbk. Risiko-risiko operasional yang dihadapi oleh bagian pasar uang tersebut dapat berasal dari internal maupun eksternal. Penyebab risiko operasional yang berasal dari internal terdapat 29 risiko, sedangkan penyebab risiko operasional yang berasal dari eksternal terdapat 11 risiko. Dampak risiko operasional pada bagian pasar uang (money market) dengan menggunakan metode Standa rdized Approach (SA) sebesar Rp. 29,055,106,469.20. Hal ini menggambarkan modal risiko operasional yang harus dihadapi oleh PT. Bank MNC Internasional, Tbk. PT. Bank MNC Internasional, Tbk hendaknya menerapkan enterprise r isk management terintegrasi untuk keseluruhan perusahaan, dimana didalamnya terdapat Divisi Treasuri. Hal ini diawali dengan membuat sistem dan mengumpulkan data-data historis di perusahaan mengenai risiko-risiko yang telah terjadi agar dapat disimpan dengan baik.

Keywords: r isk, operat iona l r isk, treasury, pa sar uang.

ABSTRACT

Every bank within the banking industry will take on risks. Operational risk has been a part of Bank Indonesia’s concern as national bank regulator in Indonesia. Bank Indonesia encourages every bank to carry out good corporate governance and risk management. This also not limited to the money market in the Tresury Division. This study will (attempt to) elaborate and identify operational risk profiles faced by the the money market in the treasury division; in the hopes that companies will have the tools to plan and establish a correct response to contain various risk profiles that they encounter, along with a detailed and accurate information report. According to the risk profile identification, PT. Bank MNC International will encounter about forty risks. These money market operational risks can come from both internal and external source. Internal contribute about twenty nine risks, where external provides eleven. The impact of operational risks on money market department using the Standardized Approach (SA) Rp 29.055.106.469,20. This illustrates the operational risk capital that must be faced by PT. MNC Bank International, Tbk. It is believed that PT. Bank MNC Internasional, Tbk ought to apply an integrated enterprise risk management for all the branch in the company. The first important step is making a system and by collecting and storing accurate historical risk datas that the company have encountered before.

Keywords: r isk, operat iona l r isk, treasury, money market.

operasional pada bagian money market tidak dimanajemen dengan baik, maka dapat menimbulkan risiko dampak jangka pendek maupun jangka panjang bagi bank itu sendiri di kemudian hari. Dampak secara pendek adalah kerugian yang langsung diderita oleh bank dalam pengelolaan dananya, sedangkan secara jangka panjang dapat mengakibatkan bank berhenti secara operasional. Hingga saat ini belum ada penelitian manajemen risiko yang membahas risiko operasional Treasury bagian pasar uang (money market).

1.2. PERUMUSAN MASALAH Kegiatan pada Divisi Treasuri di bagian pasar uang (money market) juga mengandung risiko yang mengancam baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh sebab itu maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti antara lain:

  1. Bagaimana profil risiko-risiko operasional yang dihadapi Treasur i bagian pasar uang (money market) di PT. Bank MNC Internasional, Tbk.
  2. Seberapa besar dampak risiko operasional Treasuri yang dihadapi oleh PT. Bank MNC Internasional, Tbk?

1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penulisan ini adalah:

  1. Mengetahui profil risiko operasional yang dihadapi Treasuri bagian pasar uang (money market) di PT. Bank MNC Internasional, Tbk.
  2. Mengetahui dampak risiko operasional di Treasuri bagian pasar uang (money

market) di PT. Bank MNC Internasional, Tbk.

1.4. MANFAAT PENELITIAN Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan dalam hal manajemen risiko perusahaan, terutama Divisi Treasuri di P T. Bank MNC Internasional, Tbk untuk mengetahui profil risiko yang akan dihadapi pada setiap transaksi atau kegiatan yang dilakukan sehingga perusahaan kedepannya dapat melakukan respon penanganan yang tepat serta pengendalian atas risiko-risiko yang dihadapinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PASAR UANG (MONEY MARKET) 2.1.1. Penge rtian Pasar uang (money market) merupakan pasar yang menyediakan sarana pengalokasian dan pinjaman jangka pendek. Jangka waktu surat berharga yang diperjualbelikan biasanya kurang dari satu tahun. Karena itu pasar uang merupakan pasar likuiditas primer (Kasmir (2012).

2.1.2. Fungsi pasar uang Pasar uang pada prinsipnya merupakan sarana alternatif bagi lembaga- lembaga keuangan, perusahaan-perusahaan non keuangan, dan peserta-peserta lainnya baik dalam memenuhi kebutuhan dana jangka pendeknya maupun dalam rangka melakukan penempatan dana atas kelebihan likuiditasnya (Kasmir (2012).

2.1.3. Instrume n pasar uang Instrumen atau surat-surat berharga yang diperjual belikan di pasar uang ada beberapa macam, yaitu (Kasmir, 2012):

  1. Treasury Bills Treasury Bills (T-Bills), merupakan instrumen hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank Sentral (di Amerika Serikat) atas tunjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada tanggal yang telah ditetapkan. T-Bills tidak memberikan bunga secara langsung tetapi dijual atas dasar diskonto, dengan jumlah diskonto ditetapkan melalui proses pelelangan. T-Bills tidak dimanfaatkan sebagai sarana investasi bagi lembaga keuangan maupun perusahaan non keuangan yang memiliki kelebihan dana. Dengan penempatan kelebihan dana tersebut di samping memperoleh penghasilan (bunga) juga sebagai cadangan likuiditas. Sebagai sarana investasi instrumen pasar uang ini mempunyai berbagai kelebihan, yaitu: a) Tidak beresiko karena diterbitkan oleh lembaga pemerintah (Bank Sentral) b) Mempunyai pasar sekunder sehingga mudah diperjualbelikan c) Kemungkinan terjadi kerugian apabila investor menjual surat berharga ini untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya adalah sangat kecil.

Perusahaan atau lembaga yang menjadi investor utama dalam T-Bills ini antara lain Bank Sentral, bank- bank umum, mutual funds, BUMN, lembaga- lembaga keuangan non bank, perusahaan-perusahaan, dan badan pemerintah negara lain, dan individu.

  1. Commercial Paper Commercial P aper (CP) merupakan promes yang tidak disertai dengan jaminan, yang diterbitkan oleh perusahaan / bank untuk mendapatkan dana jangka pendek. CP dijual kepada investor dalam pasar uang. Dengan demikian CP pada dasarnya merupakan promes di mana penerbit berjanji akan membayar sejumlah tertentu uang pada saat CP jatuh tempo. Jangka waktu CP ini berkisar mulai dari beberapa hari sampai 270 hari. Penjualan CP pada umumnya dengan sistem diskonto, namun beberapa diantaranya menggunakan bunga. Penerbitan CP tidak perlu menggunakan penjamin (underwriter) emisi, tetapi beberapa penerbit karena alasan tertentu menggunakan arranger dalam penerbitannya. Arranger ini pada umumnya merupakan bank-bank umum yang berfungsi sebagai perantara antara pemodal dan penerbit, namun mereka tidak tidak bertanggung jawab atas terjual atau tidak terjualnya CP yang diterbitkan.

surat-surat berharga yang telah dijual tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu. Surat berharga yang sering digunakan untuk transaksi Repo adalah surat berharga yang dapat diperjualbelikan secara diskonto misalnya SBI, SPBU, CD dan T-Bills.

  1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) SBI pada dasarnya merupakan surat berharga atas unjuk dalam satuan uang Rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang jangka pendek. SBI sebagai piranti operasi pasar terbuka digunakan untuk mengendalikan moneter untuk mengendalikan moneter melalui lelang harian. Tujuan bank dan lembaga keuangan lainnya membeli SBI adalah sebagai alternatif kelebihan dananya untuk memeperoleh pendapatan, dan apabila memerlukan dana maka SBI dapat dijual kepada lembaga lain atau Bank Indonesia.
  2. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) SBPU adalah surat-surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh BI. SBPU berfungsi sebagi piranti pasar uang dan juga merupakan instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka ekspansi moneter oleh Bank Indonesia dengan menetapkan tingkat diskonto SBPU. Ditinjau dari jenis transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibagi sebagai berikut:

a) Surat Sanggup (aksep/promes), dapat berupa:  Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari bank untuk membiayai kegiatan tertentu.  Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antar bank. b) Surat Wesel, dapat berupa:  Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam rangka transaksi tertentu. Penarik dan atau tertarik adalah nasabah bank.  Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep oleh bank dalam rangka pemebrian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.

  1. Call Money Call Money merupakan salah satu sarana penting untuk mendorong pengembangan pasar uang. Pasar uang antarbank pada dasarnya adalah kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank lainnya untuk jangka waktu pendek.

2.2. DIVISI TREASURI Setiap Bank pasti memiliki unit kerja yang mengelola dana, biasanya dilakukan oleh suatu Divisi atau urusan atau Biro yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi, unit kerja ini

biasanya disebut Divisi, yaitu ”Divisi Treasuri” atau Divisi Treasuri dan Dana”, sebutan ini bergantung pada kebijakan manajemen bank yang bersangkutan tetapi memiliki tugas dan tanggungjawab serta fungsi yang sama, yaitu mengelola likuiditas dalam rangka optimalisasi pendapatan dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap operasional bank (Riyadi, 2006). Pada Lampiran 1 dapat dilihat Divisi Treasury pada struktur organisasi PT. Bank MNC Internasional, Tbk.

2.3. RISIKO BANK Menurut Tampubolon (2004) Risiko Bank dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari tingkat kemungkinan sebuah peristiwa terjadi disertai konsekuensi (dampak) dari peristiwa tersebut pada Bank. Setiap kegiatan mengandung potensi sebuah peristiwa terjadi atau tidak terjadi, dengan konsekuensi/dampak yang memberi peluang untuk untung (upside) atau mengancam sebuah kesuksesan (downside). Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 - Perubahan atas PBI No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum , Bank Umum Konvensional wajib menerapkan Manajemen Risiko yang mencakup 8 risiko, yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik, dan risiko kepatuhan. Sementara itu, Bank Umum Syariah wajib menerapkan Manajemen Risiko paling kurang untuk 4 jenis risiko, sebagaimana diatur dalam pengaturan sebelumnya untuk Bank yang tidak memiliki ukuran dan kompleksitas usaha yang tinggi, yaitu

risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas dan risiko operasional. Untuk mempermudah integrasi antara Manajemen Risiko dan Tingkat Kesehatan Bank, peringkat risiko dikategorikan menjadi 5 peringkat, yaitu 1 (Low), 2 (Low to Moder ate), 3 (Moderate), 4 (Moderate to High), dan 5 ( High). Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan, dengan menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang berbasis risiko, supervisor y review process, dan market discipline. Hal ini untuk memastikan bahwa framework Basel II dapat mengikuti perubahan yang terjadi di pasar maupun perkembangan-perkembangan dalam manajemen risiko^1.

2.4. MANAJEMEN RISIKO Manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko (Kountur, 2004). Menurut Djohanputro (2008), Manajemen risiko korporat terintegrasi, atau ERM (Enterpr ise Risk Management) merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan dalam memonitor dan mengendalikan implementasi penanganan risiko. Proses manajemen risiko meliputi tahapan sebagai berikut: a. Mengidentifikasi Risiko Risiko merupakan peristiwa yang menghambat pencapaian tujuan (^1) www.bi.go.id Basel II

merupakan perkiraan atau aproksimasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan kemungkinan dan dampak. Pengumpulan informasi pada metode ini dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga cara yaitu: pendapat ahli (expert opinion), konsensus (concencus) dan delphy. Djohanputro (2008), pengukuran risiko dampak risiko terbagi atas empat (4) cara yaitu:

  1. Notional, menentukan batas atas (upper bound) besarnya nilai yang menghadapi risiko
  2. Sensit ivitas, mengukur penyimpangan variabel target sebagai akibat pergerakan satu unit variabel pasar.
  3. Volatilitas, mengukur variasi sekitar rata-rata atau ekspektasi variabel target, baik variasi positif maupun negatif.
  4. Penyimpangan bawah, mengukur penyimpangan negatif dari variabel target; pengukuran ini ditunjukkan oleh kasus terburuk (worst case). Metode ini digunakan peneliti untuk mengukur kerugian maksimum yang bisa terjadi dari suatu aset atau investasi selama periode tertentu dengan tingkat kemungkinan tertentu. c. Mengevaluasi Risiko Setelah risiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka disusunlah urutan prioritas risiko mulai dari risiko dengan tingkat risiko tertinggi sampai dengan terendah.

Risiko yang tidak termasuk dalam risiko yang dapat diterima atau ditoleransi merupakan risiko yang menjadi prioritas untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat risiko dan prioritas risiko, maka perlu disusun peta risiko. d. Menangani Risiko Risiko yang tidak dapat diterima/ ditoleransi segera dibuatkan rencana tindakan untuk meminalkan kemungkinan atau dampak terjadinya risiko dan personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tindakan. e. Memantau Risiko Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan risiko baru bagi perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan atau dampak terjadinya risiko, dan cara penanganan risikonya. Sehingga setiap risiko yang teridentifikasi masuk dalam Register Risiko dan Peta Risiko perlu dipantau perubahannya. f. Mengkomunikasikan Risiko Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan penanganan risiko dikomunikasikan atau dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan untuk memastikan bahwa tujuan manajemen risiko dapat tercapai sesuai dengan keinginan pihak yang berkepentingan.

2.5. RISIKO OPERASIONAL DAN

STANDARDIZED APPROACH (SA) Risiko operasional adalah semua risiko yang tidak masuk pada kelompok risiko keuangan. Risiko operasional disebabkan oleh faktor manusia, alam, dan teknologi. ( Kountur, 2004).

Tahapan perhitungan risiko operasional dengan Standardized Approa ch. a) Membagi aktivitas dalam 8 jenis bisnis yaitu: Corporate finance, Trading and sa les, Retail banking, Commercia l ba nking, Pa yment and settlement, Agency service, Asset management, dan Reta il brokerage. Berdasarkan committee basel (basel capital accord I) perhitungan nilai rata-rata standardised approach (SA) selalu dihitung tiga tahun terakhir, dan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana;  KSA = pembebanan modal risiko operas ional menurut metode SA  GIi = n ilai laba kotor untuk masing-masing lin i bisnis dalam satu tahun untuk jangka tiga tahun.  nilai beta (suatu konstanta) yang telah ditetapkan o leh Basel untuk tiap lin i b isnis

b) Menggunakan pendapatan kotor (gross income) dari tiap jenis bisnis digunakan sebagai indikator risiko operasional atas masing- masing bisnis. Dasar perhitungan SA

dirumuskan dalam consultative document committee Basel on Banking Supervision^2.

2.5. KERANGKA TEORITIS

Setiap kegiatan dibagian pasar uang (money market) di divisi Treasury mengandung risiko. Oleh sebab itu penulis berusaha untuk mengidentifikasi profil risiko – risiko apa saja yang mempengaruhi kegiatan pasar uang (money market) tersebut. Pada Gambar 1 dapat dilihat kerangka berpikir dari penelitian ini.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

(^2) Consultative documents operational risk, Supporting document to the New Basel Capital Accord, issued forcomment by 31 Ma y 2011.

Profil risiko pasar uang (money ma rket)

IDENTIFIKASI RISIKO

EKSTERNAL INTERNAL

RISIKO - RISIKO

MENGUKUR RISIKO

ST ANDARDIZED APPROACH

BEBAN MODAL RISIKO OPERASIONAL

sembilan kasus pembobolan bank di berbagai industri perbankan. Hal itu bukan hanya soal penipuan (fraud), tetapi lemahnya pengawasan interna l control bank terhadap sumberdaya manusia juga menjadi titik celah kejahatan perbankan^3. Basel committee on banking supervision telah membobot risiko bisnis berdasarkan business line di perbankan. Ada terdapat 8 aktivitas bisnis yaitu corporate finance, trading sa les, reta il banking, commercia l banking, payment and settlement, retail br okerage dan asset management. Treasury termasuk ke dalam aktivitas trading and sales dengan bobot risiko antara 15 hingga 23 persen.

Tabel 1. Bobot Risiko Bisnis Line dalam Perbankan

Sumber: Basel committee on banking supervision, 2001

Risiko operasional yang dapat timbul diakibatkan kegiatan Divisi Treasuri tersebut meliputi: proses Internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan problem eksternal. Risiko operasional karena proses internal disebabkan oleh adanya pelanggaran prosedur dan ketentuan.

(^3) www.kompas.com, selas a 3 Mei 2011, oleh Erlangga Djumena

Kesalahan manusia terjadi karena petugas operasional tidak menjalankan proses operasional dengan baik. Kegagalan pada sistem terjadi karena sistem tidak sistem yang dikembangkan tidak mendukung proses berjalan dengan baik. Risiko operasional dari problem eksternal terjadi di luar kemampuan atau kontrol Divisi Treasuri. Risiko operasional terbesar pada kontrak money market adalah tidak membuat deal slip money market dan lambatnya proses transaksi system treasuri yang masih manual sehingga melalui ketentuan jam (cut off time). Tidak dibuatnya deal slip transaksi mengakibatkan transaksi antar bank tidak dijalankan, sehingga gagal penyelesaian (settlement fail) dan gagal secara pembukuan. Dari transaksi kontrak pasar uang (money market) dapat identifikasi risiko operasional sebanyak 40 risiko. Daftar risiko operasional pada transaksi kontrak pasar uang (Money Market) penyebabnya dapat dibagi menjadi internal dan eksternal. Alur skema transaksi pasar uang (money market) dapat dilihat pada Lampiran 2. Penyebab risiko yang berasal dari internal sebagai berikut:

  1. Tidak mengecek posisi likuiditas sebelumnya pada money market desk  Apabila money market dealer tidak melakukan pengecekan posisi likuiditas, maka akan berdampak pada posisi bank. Jika posisi kurang disebut short, sedangkan jika posisi berlebih disebut long. Hal ini sangat berbahaya apabila posisi kurang dalam hal pemenuhan Giro Wajib Minimun (GWM)

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 6.5 persen dari dana pihak ketiga.

  1. Salah mengumpulkan informasi pasar, sehingga data analisa tidak cukup untuk trading  money market dealer yang tidak cukup informasi mengenai kondisi dan arah pergerakan pasar, akan menyebabkan kerugian bagi bank. Apabila arah market bahwa akan ada penurunan tingkat bunga, apabila dana berlebih tidak ditempatkan maka akan ada kerugian langsung sebesar penurunan rate tersebut.
  2. Salah memprediksi pergerakan suku bunga (interest) bank.  money market dealer selalu dihadapkan pada penentuan posisi bank, dimana setiap bulannya Bank Indonesia mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk menentukan suku bunga acuan (BI Rate). Apabila salah menentukan posisi bank akan merugikan bank dari sisi bunga (interest). Misalnya jika Bank MNC tidak memperkirakan akan ada penurunan suku bunga acuan, maka selisih antara suku bunga acuan yang lama dengan suku bunga yang baru merupakan kerugian dari Bank.
  3. Tidak melakukan pengecekan fasilitas (line) interbank  setiap counterparty bank diberikan fasilitas (limit) interbank yang boleh pada penempatan dana. Apabila melebihi limit berarti melanggar ketentuan internal bank itu

sendiri. Setiap kebijakan fasilitas (limit) interbank harus dipatuhi dealer dalam melakukan transaksi pasar uang.

  1. Salah menquote rate money market pada broker  money market dealer jika memberikan rate baik kepada counterparty atau broker lebih rendah dari harga pasar akan menyebabkan kerugian bunga (interest) pada penempatan dana bank. Misalnya rate di pasar adalah 4.15%, namun yang diquote adalah 3.15%, maka kerugian 1% langsung dialami oleh Bank MNC.
  2. Tidak melakukan dealing money market  setiap hari dealer menghitung posisi bank baik posisi kurang atau posisi lebih. Jika money market dealer tidak melakukan dealing maka posisi bank menjadi tidak seimbang (square). Ketika bank dalam posisi long, maka Bank mengalami idle money, sedangkan ketika Bank dalam posisi short maka Bank tidak dapat memenuhi kebutuhan GWM dari Bank Indonesia.
  3. Tidak melakukan konfirmasi counterparty kalau deal done  hal ini akan menyebabkan posisi bank tidak seimbang (square), disebabkan transaksi seperti tidak pernah dilakukan. Jika posisi bank tidak seimbang, maka akan terjadi kemungkinan kekurangan (short) dana atau kelebihan dana (idle money) di Bank MNC.
  1. Dealer salah menginput incoming/outgoing RTGS  money market dealer tidak mengetahui posisi likuiditas bank yang sebenarnya apakah kurang atau lebih.
  2. Dealer salah memberikan suku bunga kepada nasabah  hal ini dapat menyebabkan kerugian secara langsung pada bank. Kerugian yang ditimbulkan adalah bunga (interest).
  3. Transaksi melebihi limit Dealer  money market dealer melebihi wewenang yang dimilikinya. Dengan demikian dealer melanggar ketentuan internal dari Bank.
  4. Sistem treasuri mayoritas masih manual, menyebabkan lambatnya proses transaksi (Cut off time) Transaksi yang lambat dijalankan dapat menyebabkan gagal dalam penyerahan (gagal settle), juga terlambat dalam pelaporan ke Bank Indonesia.
  5. Kegagalan sistem treasuri (OPICS error)  Hal ini menyebabkan transaksi tidak dapat berjalan. Pembukuan dari transaksi tidak dapat dilakukan, sehingga tidak mencerminkan posisi Bank yang benar.
  6. Jaringan LHBU BI terputus  hal ini menyebabkan terlambatnya pengiriman laporan ke Bank Indonesia. Apabila terdapat bisa mendapat surat

teguran dan sanksi biaya dari Bank Indonesia.

  1. Mesin printer Reuters rusak  hal ini menyebabkan money market dealer tidak dapat mengeprint transaksi yang telah dilakukan. Transaksi tidak dapat diserahkan kepada bagian setelment.
  2. Komputer kerja mati  money market dealer tidak dapat mengerjakan tugasnya. Posisi bank menjadi tidak diketahui apakah dalam posisi kurang (short) atau lebih (long).
  3. Jaringan internet (chatting) terputus  hal ini menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan broker dan counterparty.
  4. Deal slip habis  jika tidak dibuat dealslip, maka transaksi tidak dapat berjalan. Transaksi tidak bisa diteruskan ke bagian setelmen untuk dapat dijalankan.
  5. Token BI ETP hilang/tercecer  hal ini dapat menyebabkan bank tidak dapat mengikuti lelang yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Posisi bank juga dapat terganggu karena tidak dapat melakukan penempatan ke Bank Indonesia.
  6. Dealer di suspen oleh BI  hal ini akan menyebabkan risiko reputasi bagi bank, karena dealer tidak boleh lagi

melakukan transaksi pasar uang (money market).

Penyebab risiko yang berasal dari eksternal sebagai berikut:

  1. Laporan Limit Counterparty yang belum update oleh credit admin  Hal ini menyebabkan money market dealer tidak mengetahui limit counterparty. Dealer dapat salah melakukan penempatan (placement) ke counterparty.
  2. Terjadinya bencana alam misalnya gempa bumi, kebakaran dan banjir  Hal ini menyebabkan kerugian fisik bagi bank. Seluruh aktivitas terganggu dan tidak dapat dilaksanakan.
  3. Terjadinya pencurian atau perampokan fasilitas treasuri.  Hal ini menyebabkan kerugian fisik bagi bank. Seluruh aktivitas terganggu dan tidak dapat dilaksanakan.
  4. Terjadinya pemadaman listrik oleh PLN.  Hal ini menyebabkan transaksi tidak dapat dijalankan. Seluruh aktivitas terganggu dan tidak dapat dilaksanakan.
  5. Pembatalan transaksi oleh counterparty.  Hal ini menyebabkan posisi bank menjadi tidak seimbang (square). Jika posisi lebih dan melakukan penempatan dana, dapat menyebabkan kerugian bunga (interest). Namun jika posisi kurang, dapat

menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan GWM bank.

  1. Mesin scan faxmile rusak.  Hal ini menyebabkan transaksi tidak dapat dijalankan ke bagian back office. Proses transaksi menjadi lambat untuk dilakukan, karena harus menunggu petugas office boy untuk mengantar dokumen transaksi.
  2. Jaringan telpon (IPC) mati oleh jaringan TELKOM  Hal ini dapat menyebabkan tidak dapat beroperasinya informasi dari broker dan tidak dapat berkomunikasi dengan pihak luar atau counterparty. Komunikasi juga menjadi terganggu apabila ada cabang bank ingin melakukan konfirmasi dana masuk ata keluar.
  3. Jaringan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) terputus  Sistem oleh Bank Indonesia yang berfungsi untuk memonitor dana masuk (incoming) dan keluar (outgoing) warkat di bank. Sistem ini juga memastikan agar seluruh kliring kredit maupun debet nasabah dapat berjalan dengan baik.
  4. Jaringan RTGS terputus  Sistem oleh Bank Indonesia yang berfungsi untuk memonitor dana masuk dan keluar dari bank. Hal ini dapat menyebabkan posisi bank tidak diketahui apakah kurang (short) atau lebih (long).

PT. Bank MNC Internasional, Tbk salah satunya adalah risiko operasional pada bagian pasar uang (money market). Hasil identifikasi profil risiko terhadap dari bagian pasar uang (money ma rket) terdapat sebanyak 40 risiko. Risiko yang berasal dari internal terdapat 29 risiko, sedangkan penyebab risiko operasional yang berasal dari eksternal terdapat 11 risiko.

  1. Dampak risiko operasional pada bagian pasar uang (money market) dengan menggunakan metode Standa rdized Approach (SA) sebesar Rp. 29,055,106,469.20. Hal ini menggambarkan modal risiko operasional yang harus dihadapi oleh PT. Bank MNC Internasional, Tbk.

6.2. SARAN

  1. PT. Bank MNC Internasional, Tbk hendaknya dapat menerapkan entreprise risk management (ERM) di PT. Bank MNC Internasional, Tbk.
  2. Membuat sistem yang menyimpan dan mendokumentasikan seluruh risiko-risiko yang terjadi di PT. Bank MNC Internasional, Tbk.

DAFTAR PUSTAKA Buku: Bank Indonesia. 2009. Manajemen Risiko Likuiditas Untuk Perbankan Indonesia. Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan. Jakarta

Djohanputro, Bramantyo. 2008. Manajemen Risiko korpor at. Penerbit PPM, Februari

  1. Seri Manajemen Keuangan No. 13. Jakarta Kasmir.2012. Ma najemen Perbankan. Edisi Revisi. Penerbit PT. Raja Pers. Jakarta Kountur, Ronny. 2004. Manajemen Risiko operasiona l: memahami ca ra mengelola risiko operasiona l perusaha an. Penerbit PPM, Jakarta. Tampubolon, Robert. 2004. Risk Management. Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersia l. Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Kelompok KOMPAS – GRAMEDIA, Jakarta. Riyadi, Selamet. 2006. Banking a ssets and liability management. Edisi Ketiga. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Jurnal: Bank for International Settlement .2001. Ba sel committee on banking supervision. Supporting Document to the New Basel Capital Accord. Issued for comment by 31 May 2001.

Website: http://www.ebsco.com http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Arsip+Pera turan/ http://www.bi.go.id/id/moneter/operasi/penjelasa n/Contents/Proses_om.aspx

LAMPIRAN 1. Struktur Organisasi PT. Bank MNC Inte rnasional