Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

PENGOLAHAN AIR DENGAN PROSES SEDIMENTASI, Lab Reports of Laboratory Practices and Management

Sedimentasi merupakan proses pengolahan air dengan cara pengendapan partikel zat padat dalam suatu cairan yang diakibatkan oleh gaya gravitasi sehingga menghasilkan cairan yang lebih jernih dan suspensi yang lebih kental. Percobaan dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi TDS bahan pencemar sampel. Volume sampel yang digunakan dalam percobaan ini sebesar 136 Liter dengan penambahan tawas sebanyak 300 Gram. Nilai besaran TDS mula-mula cairan sampel adalah 85 ppm.

Typology: Lab Reports

2019/2020

Uploaded on 03/10/2023

tiara-dwisca-nadimisia-2007113917
tiara-dwisca-nadimisia-2007113917 🇮🇩

2 documents

1 / 41

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA I
PENGOLAHAN AIR
Oleh:
KELOMPOK VI
KELAS A
Calvin Apredo (2007113918)
Tiara Dwisca Nadimisia (2007113921)
Widiasti Sukmaningrum (2007113914)
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Adrianto Ahmad, MT.
Asisten Praktikum:
Muhammad Wahada
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe
pff
pf12
pf13
pf14
pf15
pf16
pf17
pf18
pf19
pf1a
pf1b
pf1c
pf1d
pf1e
pf1f
pf20
pf21
pf22
pf23
pf24
pf25
pf26
pf27
pf28
pf29

Partial preview of the text

Download PENGOLAHAN AIR DENGAN PROSES SEDIMENTASI and more Lab Reports Laboratory Practices and Management in PDF only on Docsity!

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA I

PENGOLAHAN AIR

Oleh: KELOMPOK VI KELAS A Calvin Apredo ( 2007113918 ) Tiara Dwisca Nadimisia ( 2007113921 ) Widiasti Sukmaningrum ( 2007113914 ) Dosen Pengampu: Prof. Dr. Adrianto Ahmad, MT. Asisten Praktikum: Muhammad Wahada

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

i

LEMBAR KENDALI LABTEK 1

JUDUL : Pengolahan Air KELOMPOK : VI (Enam)

  1. Calvin Apredo (2007113918)
  2. Tiara Dwisca Nadimisia (2007113917)
  3. Widiasti Sukmaningrum ( 2007113914 ) DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Adrianto Ahmad, MT. Tanggal Materi Keterangan Paraf

iii

Lembar Pengesahan Laporan Praktikum

Laboratorium Instruksional Teknik Kimia I

Pengolahan Air Dosen Pengampu Praktikum dengan ini menyatakan bahwa: Kelompok VI: Calvin Apredo (2007113918) Tiara Dwisca Nadimisia (2007113917) Widiasti Sukmaningrum (2007110682)

  1. Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh Dosen Pengampu/Asisten Praktikum
  2. Telah menyelesaikan laporan lengkap praktikum Pengolahan Air dari praktikum Laboratorium Instruksional Teknik Kimia I yang di setujui oleh Dosen Pengampu/Asisten Praktikum. Pekanbaru, September 2022 Dosen Pengampu (Prof. Dr. Adrianto Ahmad, MT.) NIP. 19581018 198703 1 001 Catatan Tambahan:

iv

ABSTRAK

Sedimentasi merupakan proses pengolahan air dengan cara pengendapan partikel zat padat dalam suatu cairan yang diakibatkan oleh gaya gravitasi sehingga menghasilkan cairan yang lebih jernih dan suspensi yang lebih kental. Percobaan dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi TDS bahan pencemar sampel. Volume sampel yang digunakan dalam percobaan ini sebesar 136 Liter dengan penambahan tawas sebanyak 300 Gram. Nilai besaran TDS mula-mula cairan sampel adalah 85 ppm. Adapun waktu pengadukan antara tawas dengan air adalah sebanyak 5 menit dan pendiaman selama 10 menit. Setelah itu, proses pengaliran dilakukan dengan media pompa menuju bak equilisasi. Setelah aliran air mencapai sekat terakhir bak equilisasi, maka dihitung nilai TDSnya dengan menggunakan TDS meter. Adapun nilai dari efisiensi TDS pada sampel sebelum pengendapan yaitu 68,5%, 71,2%, 71,8%, 72,8%, 73,2%, 73,6%, dan 74,08%. Setelah dihitung nilai efisiensi yang pertama, maka cairan sampel didiamkan selama 60 menit untuk dihitung lagi nilai TDSnya. Adapun nilai dari efisiensi TDS pada sampel setelah pengendapan yaitu 85,9%, 77,3%, 77,7%, 77,92%, 77,97%, 78,03%, dan 77,08%. Kata Kunci: Air, Alumunium Sulfat, Equilisasi, Sedimentasi, Total Padatan Terlarut

ABSTRACT

Sedimentation is a water treatment process by depositing solid particles in a liquid caused by gravity to produce a clearer liquid and a more viscous suspension. The experiment was conducted to determine the TDS efficiency of the sample pollutant. The volume of the sample used in this experiment was 136 liters with the addition of 300 grams of alum. The initial TDS value for the sample liquid is 85 ppm. The stirring time between alum and water is 5 minutes and the stand is 10 minutes. After that, the flow process is carried out with a pump medium to the equilization tank. After the water flow reaches the last bulkhead of the equilization tank, the TDS value is calculated using a TDS meter. The values of the TDS efficiency in the samples before deposition were 68.5%, 71.2%, 71.8%, 72.8%, 73.2%, 73.6%, and 74.08%. After calculating the first efficiency value, the sample liquid was allowed to stand for 60 minutes to calculate the TDS value again. The values of the TDS efficiency in the sample after precipitation are 85.9%, 77.3%, 77.7%, 77.92%, 77.97%, 78.03%, and 77.08%. Keywords : Aluminum Sulfate, Equilization, Sedimentation Total Dissolved Solids, Water.

vi

LAMPIRAN B DOKUMENTASI ...................................................................... 32

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Rangkaian Alat Pengolahan Air ....................................................... 17 Gambar 4. 1 Susunan Urutan Penyekat Pada Bak Equilisasi ................................ 20 Gambar 4.2 Grafik Efisiensi Nilai Tds Cairan Sampel Sebelum Pendiaman Selama 60 Menit ............................................................................... 21 Gambar 4. 3 Grafik Efisiensi Nilai Tds Cairan Sampel Setelah Pendiaman Selama 60 Menit ............................................................................... 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar dan sangatlah penting bagi manusia, karena manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa air, terutama sebagai air minum. Ketersedian air di dunia ini tidak pernah berkurang, bahkan dapat dikatakan berlimpah, tetapi yang dapat dikonsumsi oleh manusia hanya sekitar 5% saja, sedangkan dengan tingginya tingkat modernisasi menyebabkan menurunnya kualitas air yang 5% tadi sehingga makin sedikitlah jumlah air yang dapat dikonsumsi. Setiap tahun kondisi lingkungan hidup cenderung menurun. Kondisi ini akan bertambah parah di tahun 2025, dikarenakan 1,8 miliar manusia akan tinggal di kawasan yang mengalami kelangkaan air secara absolut. Akibat kelangkaan air bersih ini, pastilah berdampak negatif terutama di bidang kesehatan (Sutandi, 2012). Pemenuhan kebutuhan air bersih sudah menjadi masalah yang sangat umum dan belum diatasi di sebagian besar wilayah negara Indonesia. Pemenuhan kebutuhan air harus memenuhi standar baku kualitas air bersih. Pada praktikum ini, dilakukan percobaan pengolahan air dengan menggunakan metode sedimentasi. Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel-partikel tersuspensi yang berlangsung saat air dibiarkan/didiamkan, atau air mengalir perlahan-lahan melalui suatu kolam/bak. Pada umumnya proses sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan flokulasi, tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan agar menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat (Herawati, 2015). Proses sedimentasi banyak dipakai dalam proses industri pada unit pemisahan karena prosedurnya sederhana dan hasilnya baik. Misalnya digunakan pada proses pengambilan senyawa Mg dari air laut. Selain itu proses sedimentasi digunakan untuk memisahkan bahan buangan dari bahan yang akan diolah, pada pabrik gula untuk memisahkan bahan buangan dan hasil cairanyang akan diolah menjadi gula. Dalam pelaksanaannya sedimentasi dapat dilakukan dengan secara batch dan kontinyu. Sedimentasi didalam industri biasanya menggunakan proses

kontinyu didalam tangki besar dan menggunakan air sebagai pensuspensinya. Sedangkan didalam laboratorium biasanya menggunakan sedimentasi secara batch karena lebih sederhana, mudah, dan murah (Sadiyah dkk, 2014). Pada umumnya, sedimentasi digunakan pada pengolahan air minum, pengolahan air limbah, dan pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan. Biasanya proses sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. Dengan kata lain, sedimentasi adalah suatu proses mengendapkan zat padat atau tersuspensi non koloidal dalam air yang dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi (Abror, 2022). Pada dasarnya, pengolahan air minum dapat diawali dengan penjernihan air, pengurangan kadar bahan-bahan kimia terlarut dalam air sampai batas yang dianjurkan, penghilangan mikroba pathogen , memperbaiki derajat keasaman (pH) serta memisahkan gas terlarut yang dapat mengganggu estetika dan kesehatan. Air tidak jernih umumnya mengandung residu. Residu tersebut dapat dihilangkan dengan pengendapan (sedimentasi). Untuk mempercepat proses penghilangan residu perlu ditambahkan koagulan. Bahan koagulan yang sering dipakai adalah tawas (aluminium sulfat). Untuk memaksimalkan proses penghilangan residu, koagulan sebaiknya dilarutkan dalam air sebelum dimasukkan ke dalam tangki pengendapan. Pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan, sedimentasi ditujukan untuk penyisihan lumpur setelah koagulasi dan sebelum proses filtrasi. Selain itu, prinsip sedimentasi juga digunakan dalam pengendalian partikel di udara. Prinsip sedimentasi pada pengolahan air minum dan air limbah adalah sama, demikian juga dengan metoda dan peralatannya (Abror, 2022). 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari percobaan pengolahan air adalah sebagai berikut:

  1. Menjelaskan proses pengolahan air bersih dengan cara sedimentasi
  2. Menghitung efisiensi penyisihan bahan pencemar dari sumber air
  3. Menganalisa hubungan variabel perlakuan terhadap penyisihan bahan pencemar
  4. Bekerjasama dengan tim kelompok

2.2.1 Air Permukaan Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi kebawah tanah. Sekitar 69% air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan es/salju (terutama untuk wilayah ugahari), dan sisanya berasal dari air tanah. Air permukaan ada dua macam yakni:

  1. Air sungai Air yang dalam penggunaanya digunakan sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedi untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih pada umumnya dapat mencukupi.
  2. Air rawa/danau Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning kecoklatan. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut. Pada permukaan air akan tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar matahari. 2.2.2 Air Tanah Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah terbagi atas:
  3. Air tanah dangkal Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan. Lapisan tanah di sini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul merupakan air tanah

dangkal di mana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air bersih. Air tanah dangkal ini terdapat pada kedalaman 15 m. Sebagai sumber air bersih, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Kuantitas kurang karena tergantung pada musim.

  1. Air tanah dalam Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga pada satu kedalaman antara 100-300 m akan didapatkan suatu lapis air. Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artetis. Jika air tak dapat keluar dengan sendirinya maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini. Air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas bakteri. Susunan unsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur, maka air itu akan menjaadi sadah, karena mengandung Ca(HCO₃)₂ dan Mg(HCO₃)₂. Jika melalui batuan granit, maka air itu lunak dan agresif karena mengandung gas CO₂ dan Mn (HCO₃).
  2. Mata air Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam. Berdasarkan keluarnya (munculnya ke permukaan tanah) terbagi atas rembesan (dimana air keluar dari lereng-lereng)dan umbul (dimana air keluar ke permukaan pada suatu dataran). 2.3 Standar Baku Air Minum Beberapa persyaratan air minum yang layak minum baik dari segi fisika, kimia, maupun biologinya antara lain sebagai berikut.
  1. Suhu Normal Air yang baik mempunyai temperatur normal, 8º dari suhu kamar (27ºC). Suhu air yang melebihi batas normal menunjukkan indikasi terdapat bahan kimia yang terlarut dalam jumlah yang cukup besar (misalnya, fenol atau belerang) atau sedang terjadi proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme. Jadi, apabila kondisi air seperti itu sebaiknya tidak diminum.
  2. Warna Warna pada air disebabkan oleh adanya bahan kimia atau mikroorganik ( plankton ) yang terlarut di dalam air. Warna yang disebabkan bahan - bahan kimia disebut apparent color yang berbahaya bagi tubuh manusia. Warna yang disebabkan oleh mikroorganisme disebut true color yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Air yang layak dikonsumsi harus jernih dan tidak berwarna. PERMENKES RI Nomor 907 Tahun 2002 menyatakan bahwa batas maksimal warna air yang layak minum adalah 15 skala TCU. 2.3.2 Persyaratan Kimia Standar baku kimia air layak minum meliputi batasan derajat keasaman, tingkat kesadahan, dan kandungan bahan kimia organik maupun anorganik pada air. Menurut Wiyono dkk (2017) dan Ashar (2020), persyaratan kimia sebagai batasan air layak minum sebagai berikut.
  3. Derajat Keasaman (pH) pH menunjukkan derajat keasaman suatu larutan. Air yang baik adalah air yang bersifat netral (pH = 7). Air dengan pH kurang dari 7 dikatakan air bersifat asam, sedangkan air dengan pH di atas 7 bersifat basa. Menurut PERMENKES RI Nomor 907 Tahun 2002, batas pH minimum dan maksimum air layak minum berkisar 6,5-8,5. Khusus untuk air hujan, pH minimumnya adalah 5,5. Tinggi rendahnya pH air dapat mempengaruhi rasa air. Maksudnya, air dengan pH kurang dari 7 akan terasa asam di lidah dan terasa pahit apabila pH melebihi 7 (Wiyono dkk, 2017).
  1. Kandungan Bahan Kimia Organik Air yang baik memiliki kandungan bahan kimia organik dalam jumlah yang tidak melebihi batas yang ditetapkan. Dalam jumlah tertentu, tubuh membutuhkan air yang mengandung bahan kimia organik. Namun, apabila jumlah bahan kimia organik yang terkandung melebihi batas dapat menimbulkan gangguan pada tubuh. Hal itu terjadi karena bahan kimia organik yang melebihi batas ambang dapat terurai jadi racun berbahaya. Bahan kimia organik tersebut antara lain NH₄, H₂S, SO₄²¯, dan NO₃ (Wiyono dkk, 2017).
  2. Kandungan Bahan Kimia Anorganik Kandungan bahan kimia anorganik pada air layak minum tidak melebihi jumlah yang telah ditentukan. Bahan - bahan kimia yang termasuk bahan kimia anorganik antara lain garam dan ion - ion logam (Fe, Al, Cr, Mg, Ca, Cl, K, Pb, Hg, Zn) (Wiyono dkk, 2017).
  3. Tingkat Kesadahan Kesadahan air disebabkan adanya kation (ion positif) logam dengan valensi dua, seperti Ca²⁺ , Mn²⁺, Sr²⁺, Fe²⁺, dan Mg²⁺. Secara umum, kation yang sering menyebabkan air sadah adalah kation Ca²⁺ dan Mg²⁺. Kation ini dapat membentuk kerak apabila bereaksi dengan air sabun. Sebenarnya, tidak ada pengaruh derajat kesadahan bagi kesehatan tubuh. Namun, kesadahan air dapat menyebabkan sabun atau deterjen tidak bekerja dengan baik (tidak berbusa). Berdasarkan PERMENKES RI Nomor 907 Tahun 2002, derajat kesadahan (CaCO₃) maksimum air yang layak minum adalah 500 mg per liter (Wiyono dkk, 2017).
  4. Dissolved Oxygen (DO) Dissolved Oxygen (DO) atau Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu prosesdifusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Dengan

dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari BOD karena banyak bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dapat teroksidasi. Persamaan yang digunakan dalam uji COD yaitu: Organik + Cr₂O₇¯² + H + CO₂ + H₂O + 2Cr₂ + 3. Dalam hal ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh Kalium bikchromat atau K₂Cr₂O₇ menjadi gas CO₂ dan H₂O serta jumlah ion crhom. K₂Cr₂O₇ digunakan sebagai sumber oksigen. Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi oksidasi terhadap barang buangan organik samadengan jumlah kalium bikromat. Makin banyak kalium bikromat yang dipakai pada reaksi oksidasi berarti makin banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti air lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan buangan organik. Dengan demikian maka seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan dapat ditentukan (Ashar, 2020 ). 2.3.3 Persyaratan Biologi Mikrobiologi adalah makhluk hidup yang berukuran mikrokopis dan dapat hidup diseluruh muka bumi. Jumlah mikrobiologi di dalam air cukup banyak. Menurut Herawati (2015), air dapat dikatakan bersih apabila air memenuhi persyaratan sebagai berikut.

  1. Tidak Mengandung Organisme Patogen Organisme patogen berbahaya bagi kesehatan manusia. Beberapa mikroorganisme patogen yang terdapat pada air berasal dari golongan bakteri, protozoa, dan virus penyebab penyakit. Contoh organisme patogen adalah sebagai berikut. a. Bakteri Salmonella typhi, Sighella dysentia, Salmonella paratyphi , dan Leptospira. b. Golongan protozoa seperti Entoniseba histolyca dan Amebic dysentry. c. Virus Infectus hepatitis merupakan penyebab hepatitis.
  1. Tidak Mengandung Mikroorganisme Nonpatogen Mikroorganisme nonpatogen merupakan jenis mikroorganisme yang tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh. Namun, dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak, lender, dan kerak pada pipa. Beberapa mikroorganisme nonpatogen yang berada di dalam air sebagai berikut: a. Beberapa jenis bakteri, antara lain Actinomycetes (Moldlikose bacteria) , Bakteri coli ( Coliform bacteria ), Fecal streptococci , dan Bakteri Besi ( Iron Bacteria ) b. Sejenis ganggang atau Algae yang hidup di air kotor menimbulkan bau dan rasa tidak enak pada air c. Cacing yang hidup bebas di dalam air ( free living ) 2.4 Proses Pengolahan Air Pengolahan lengkap dilakukan bila air baku tidak memenuhi persyaratan fisik untuk air minum. Air baku yang tidak memenuhi persyaratan fisik adalah air permukaan, misalnya air sungai, air telaga, air waduk dan sebagainya. Adapun unit bangunan pengolahan air lengkap umumnya mempunyai urut – urutan proses sebagai berikut. 2.4.1 Prasedimentasi Prasedimentasi adalah bangunan awal dalam pengolahan air bersih. Bangunan ini memilikin fungsi sebagai tempat proses pengendapan partikel diskrit seperti pasir, kotoran yang terbawa oleh air, dan zat-zat padat lainnya. Prasedimentasi bisa juga disebut sebagai plain sedimentation karena prosesnya bergantung dari gravitasi dan tidak termasuk koagulasi dan flokulasi. karena itu prasedimentasi merupakan proses pengendapan secara gravitasi sederhana tanpa campuran bahan kimia koagulan. Ada beberapa macam prasedimentasi yang sering digunakan. Berdasarkan bentuk dan sistem kerjanya prasedimentasi dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : rectangular, circular dan prasedimentasi pengendapan secara alami (Pratama dkk, 2021). 2.4.2 Koagulasi dan Flokulasi Proses koagulasi flokulasi dalam pengolahan air minum sangat penting untuk ditinjau lebih jauh karena mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap