






Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
A case study on corn drying using a fluidized bed dryer. It explores the principles of corn drying, the advantages of using a fluidized bed dryer, and the various phenomena involved in fluidization. The document also includes calculations for determining the drying time and efficiency of the dryer, providing practical insights into the process.
Typology: Summaries
1 / 11
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Jagung (Zea mays) merupakan tanaman semusim yang termasuk keluarga
graminae. Tanaman jagung hidup di daerah tropis maupun subtropis dengan suhu
tumbuh optimum berkisar antara 30-32ºC namun dapat hidup pada suhu terendah
pada 9ºC dan suhu tertinggi pada 44ºC.
Jagung merupakan salah satu bahan pangan penting di Indonesia karena
kandungan karbohidrat yang mencapai 30%. Selain penggunaan sebagai bahan
pangan jagung banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri
pangan. Kebutuhan jagung di Indonesia setiap tahun meningkat sebanyak 5,1%
sedangkan kebutuhan jagung untuk pakan ternak dan bahan baku industri
mengalami peningkatan sebesar 10,87% per tahunnya. Berikut adalah klasifikasi
tanaman jagung.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Poales
Suku : Poaceae
Marga : Zea
Spesies : Zea mays L.
Tanaman jagung sangat mudah dikenali, yaitu berbatang keras dan daunnya
memanjang yang tumbuh disetiap ruas. Tinggi tanaman jagung dalam budidaya
rata-rata antara 2 hingga 2,5 meter. Jagung merupakan tanaman semusim (annual)
yang menyelesaikan daur hidupnya antara 3 sampai 5 bulan.
Penyimpanan stock jagung dapat dilakukan pabrik adalah dengan metode
pengeringan. Pengeringan merupakan kegiatan yang penting dalam pengawetan
bahan pakan baik di industri pakan maupun industri pengolahan hasil pertanian.
Tujuan pengeringan hasil pertanian adalah agar produk pertanian dapat disimpan
lebih lama, menghambat aktivitas fisiologik biji-bijian, menghemat biaya
pengangkutan. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan
secara alami dengan menggunakan panas dari sinar matahari dan secara buatan
menggunakan mesin pengering.
Prinsip pengeringan adalah mengeluarkan air dari bahan sampai tercapai kadar
air yang aman untuk diolah maupun disimpan. Berdasarkan standar SNI 01- 4483 -
1998 tentang jagung bahan baku pakan, persyaratan mutu yang harus dipenuhi oleh
jagung adalah memiliki kadar air sebesar 14%. Pengeringan dengan panas matahari
akan membutuhkan waktu 3 – 5 hari. Pengeringan dengan matahari juga akan
berdampak dengan kualitas jagung yang didapat karena panas dan lamanya waktu
selama pengeringan.
Cara alternatif pemecahan masalah diatas adalah pemanfaatan teknologi
pengeringan menggunakan mesin pengering jagung. Keuntungannya lebih efisien
dalam proses pengeringannya karena menggunakan area tempat pengeringan yang
tidak perlu luas, tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit dan saat musim
penghujan tidak ketergantungan terhadap sinar matahari.
Mesin pengering merupakan unit alat pengolahan pasca panen secara semi
mekanis untuk pengeringan tanpa memerlukan tempat yang lebar dan bergantung
adanya cuaca yang mendukung. Beberapa jenis alat pengering yang dapat
digunakan antara lain adalah : Flat Bed-type Dryer, vertical rotary dryer,
Circulation Dryer, dan Fluidized Bed Dryer.
Penanganan pasca panen jagung sangat perlu dilakukan untuk mengurangi kadar
air yang terdapat pada jagung dengan metode pengeringan sehingga dapat menjaga
kualitas jagung selama masa penyimpanan. Penggunaan alat pengering buatan
digunakan untuk menghindari kelemahan yang diakibatkan oleh metode
pengeringan secara alami (penjemuran). Salah satu alat pengering yang digunakan
adalah tipe Fluidized Bed Dryer.
Fluidisasi adalah metode pengkontakan antara padatan dengan fluida, baik cair
maupun gas dalam suatu kolom yang berisi sejumlah partikel padat dengan
mengalirkan fluida dari bawah ke atas.
Gambar 3.1 Gambar alat Fluidized Bed Dryer.
Pada alat ini udara panas dipaksakan naik ke atas melewati wadah yang
berlubang-lubang kemudian menembus bahan. Udara panas berfungsi sebagai
media bahan yang dikeringkan. Kecepatan aliran udara panas diatur sedemikian
rupa sehingga mengakibatkan bahan melayang-layang dan terjadi fluidisasi.
Keuntungan penggunaan alat ini antara lain: laju pengeringan tinggi, mudah
dioperasikan.
Fenomena-fenomena Fluidisasi
Fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain :
minimum yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini
partikel tetap diam.
mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada
kondisi ini partikel padat mulai terekspansi.
Perhitungan Pengeringan jagung dengan Fluidized-Bed Dryer
Lama waktu yang diperlukan untuk mengeringkan jagung dari tertentu hingga
kadar tertentu. Pada Fluidized-Bed Dryer.
Diketahui X* : 10.3 (Data diperoleh dari jurnal untuk jagung dengan suhu 80,6°F
dengan RH udara 50%)
Time
(h)
Kadar
Air (Xt)
Free
Moisture
Content (X)
Drying
Rate (R)
Data dari : Taufiq, M., 2004. Pengaruh temperatur terhadap laju pengeringan jagung
pada pengering konvensional dan fluidized bed
diketahui bahwa :
A = 0.00817 m²
Ls = 4 kg
𝑆
∗
𝑡
Gambar 4.1 Gambar Analisa kurva data
Mencari nilai t
Kadar air jagung pertama kali adalah 20,37% pada level ini nilai X adalah 0.1011.
Sementara yang kita minta adalah berapa waktu yang dibutuhkan untuk
mengeringkan jagung hingga 14% dimana nilai X adalah 0.037. Maka gunakan
pendekatan grafik laju menurun.
Data yang dihasilkan lumayan mendekati data eksperimen yaitu berada pada
rentang 0,67-1h untuk kadar air 14%
Diketahui :
➢ Berat jagung yang akan dikeringkan = 4 kg
➢ Suhu udara pengering = 50°C
➢ Suhu akhir jagung = 46°C
➢ Suhu udara keluar = 46°C
➢ Kecepatan udara masuk pengering = 9,8 m/s
➢ Panas jenis jagung = 2,01 kJ/kg°C
ρ. V. cu (T1 – T2)
1,095 kg/m3. 196,8 m3. 1,007 KJ/kg°C. (50-46)°C = 868,017 kJ
▪ Efisiensi pengeringan :
panas yang diberikan udara jumlah panas yang dimanfaatkan
530 , 7
Kesimpulan :
Dengan sifat dan karakteristik jagung yang saya kutip dari beberapa sumber disini
memilih jenis alat pengering adalah fluidized bed dryer. Dan dengan mengambil
data yang ada dari jurnal dan dilakukan perhitungan diperoleh untuk mengeringkan
jagung dari kadar air 20,37% sampai 14% dibutuhkan waktu sekitar 41,1 menit.
Admojo, S. T., & Yuamita, F. (2023). Perancangan Alat Pengering Jagung Tipe
Bed Dryer Dengan Metode Vdi 221 (Doctoral Dissertation, University Of
Technology Yogyakarta).
Fathurrahman, Syahrul, Mirmanto, Sukmawaty, Priyati A., 2017, Pengaruh
Temperatur Dan Kecepatan Udara Terhadap Laju Pengeringan Jagung Pada
Alat Fluidized Bed Dryer, Fakultas Teknik Universitas: Seminar Nasional
Lastriyanto, A., Putri, N. M. I., & Purba, J. (2022). Application Of The Batch Type
Corn Dryer Machine On Corn Cultivation In Anaengge Village, East Nusa
Tenggara Province. In Seminar Nasional Hasil Penelitian & Pengabdian
Kepada Masyarakat (Snp2m) (Vol. 7, No. 1, Pp. 129-132).
Syahrul, S., Hamdullahpur, F., Dincer, I. 2002, Energi Analysis In Fluidized-Bed
Drying Of Large Wet Particles, International Journal Of Energi Research,
Taufiq, M. 2004, Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Pengeringan Jagung Pada
Pengering Konvensional Dan Fluidized Bed, Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret: Tugas Akhir.
Tumbel, N., Pojoh, B., Manurung, S., & Riset, B. (2016). Rekayasa Alat Pengering
Jagung Sistem Rotary. Jurnal Penelitian Teknologi Industri , 8 (2), 107-116.
Usmadi, U., Rahma, N. D., & Harsanti, R. S. (2024). Karakter Morfologi Dan
Fisiologi Tanaman Jagung Semi (Zea Mays L.) Pada Tiga Bentuk Sistem
Tanam. Jurnal Pertanian Cemara , 21 (1), 48-54.
Widayati, 2010, Fenomena Dan Kecepatan Minimum (Umf) Fluidisasi. Eksergi,
Vol 10, No. 2, P. 42- 46