



Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
Pasar valuta asing adalah tempat untuk melakukan perdagangan internasional. Pasar valuta asing adalah tempat terjadinya permintaan dan penawaran terhadap valuta asing. Valuta asing sendiri biasanya digunakan sebagai alat pembayaran sah saat melakukan transaksi di pasar ekonomi atau perdagangan internasional.
Typology: Assignments
1 / 6
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Pasar uang dan Pasar Valuta Asing A. Pengertian pasar uang Pasar uang ( money market ) di Indonesia masih relatif baru jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Namun, dalam perkembangan dunia saat ini, pasar uang di Indonesia juga ikut berkembang walaupun tidak semarak perkembangan pasar modal ( capital market ). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa antara pasar uang dan pasar modal terdapat perbedaan yang cukup jelas. Misalnya jika dilihat dari jangka waktunya instrumen yang dijual belikan, tempat penjualannya serta tujuan dari pada para penjual dan pembeli dari kedua pasar tersebut. Perbedaan yang pertama adalah dari instrumen yang diperjual belikan yaitu jika di dalam pasar modal yang diperjual belikan adalah surat-surat berharga jangka panjang seperti saham atau obligasi. Sedangkan di dalam pasar uang adalah surat berharga jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun seperti, Commercial Paper, Call Money , Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang atau Barker’s Accepted. Kemudian jika dilihat dari segi pasar tempat diperjualbelikan surat-surat berharga tersebut juga berbeda, misalnya dalam jual beli pasar modal para penjual dan para pembeli dapat bertemu di suatu tempat tertentu seperti di bursa efek, sedangkan pasar uang pasarnya abstrak, artinya penjual dan pembelian surat-surat tersebut tidak di dalam pasar tertentu, tetapi melalui sarana elektronik seperti telepon, faksimile atau telex. Dengan kata lain, di pasar uang dapat diperoleh antara kreditor dengan investor secara langsung di berbagai tempat. Perbedaan lainnya jika dilihat dari tujuan para penjual atau yang mengeluarkan surat-surat berharga tersebut. Dalam pasar uang tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan modal jangka pendek seperti untuk keperluan modal kerja, sedangkan di dalam pasar modal lebih ditekankan kepada tujuan investasi atau untuk ekspansi perusahaan. Bagi investor dengan membeli surat-surat berharga di pasar uang tujuannya adalah untuk mencari keuntungan semata dan di dalam pasar modal di samping keuntungan juga untuk penguasaan perusahaan. Para peserta dalam pasar uang adalah bank atau lembaga-lembaga keuangan yang memerlukan dana jangka pendek dan biasanya pembelian surat-surat berharga pasar uang hanya didasarkan kepada kepercayaan semata, hal ini disebabkan surat- surat berharga pasar uang biasanya tanpa jaminan tertentu. Oleh karena itu, faktor kepercayaan sangatlah dominan sebelum surat-surat tersebut dibelikan oleh investor di samping faktor-faktor lainnya. B. Tujuan Pasar Uang Seperti halnya pasar modal, dalam pasar uang terdapat dua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Masing-masing pihak saling berkepentingan satu sama lainnya dan mempunyai tujuan masing-masing pula. Pihak-pihak yang terlibat dalam pasar uang adalah sebagai berikut.
Dalam hal ini baik bank maupun perusahaan non bank yang kebetulan membutuhkan dana yang segera harus dipenuhi untuk kepentingan tertentu
SBI pertama sekali diterbitkan tahun 1970 dan hanya diperdagangkan antar bank. Namun, kebijaksanaan ini tidak berlangsung lama, karena pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan untuk memperkenankan bank-bank umum untuk menerbitkan sertifikat deposito tahun 1971. SBI diterbitkan kembali dengan keluarnya kebijaksanaan deregulasi perbankan 1 Juni 1983. Tujuan bagi investor baik bank maupun lembaga keuangan lainnya membeli SBI adalah sebagai akibat kelebihan dana yang tidak disalurkan untuk sementara waktu, namun jika pihak investor memerlukan dana kembali, maka dengan mudah SBI dapat diperjualkan kepada pihak Bank Indonesia atau pihak lainnya.
3. Sertifikat Deposito Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah yang membolehkan pihak perbankan untuk menerbitkan sertifikat deposito sejak tahun 1971, maka sampai sekarang ini sertifikat deposito merupakan alternatif utama bagi pihak perbankan untuk memenuhi kebutuhan dana jangka pendeknya. Sertifikat Deposito diterbitkan atas unjuk dengan nominal tentu. Jangka waktunya pun bervariasi sesuai dengan keinginan bank. Pencairan sertifikat deposito dapat dilakukan setelah jatuh tempo. Namun apabila investor memerlukan dana, maka dapat pula sertifikat deposito ini diperjualbelikan apakah kepada lembaga ataupun pihak umum. Perbedaan antara sertifikat deposito dengan deposito berjangka adalah dalam hal identitas, di mana sertifikat deposito atas unjuk, deposito berjangka atas nama. Dengan tanpa identitas (atas unjuk) ini, maka sertifikat deposito dapat diperjualbelikan/dipindah tangankan sedangkan deposito berjangka tidak. Kemudian dalam hal nominal sertifikat deposito sudah tercetak sedangkan deposito berjangka belum. Perbedaan lainnya adalah dalam hal penarikan bunga, di mana sertifikat deposito dapat ditarik di muka sedangkan deposito berjangka hanya dapat ditarik setiap bulan atau setelah jatuh tempo. 4. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) Merupakan surat berharga yang diperkenalkan oleh Bank Indonesia tahun 1985 sebagai salah satu alat untuk melakukan operasi pasar terbuka dalam rangka ikut menstabilkan nilai rupiah. Bank atau lembaga keuangan yang ingin memperoleh dana jangka pendek dapat menerbitkan SBPU ini kemudian diperjualbelikan dengan bank Indonesia atau pihak-pihak lainnya. Penerbitan warkat-warkat dapat berupa wesel atau promes dengan jangka waktu antara 30 hari sampai dengan 180 hari. 5. Banker's Acceptance
Merupakan wesel bank yang diberikan cap dengan kata-kata " accepted " dan dapat diperjual belikan di pasar uang sebagai salah satu sumber dana jangka pendek. Jangka waktu penarikan wesel berkisar antara 30 hari sampai 180 hari. Wesel yang diberi cap “ accepted ” inilah yang kemudian kita kenal dengan Banker's acceptance. Banker's acceptance terjadi dalam perdagangan luar negeri (ekspor impor). Terjadinya Banker's acceptance di mana adanya proses transaksi pembelian dan penjualan barang antar negara. Sebagai contoh importir di Indonesia ingin membeli barang dari penjual (eksportir) di Jerman. Setelah menyetujui dan menandatangani sales contract antara keduanya maka importir dapat membuka L/C dengan bank di Jakarta ( opening bank ). Atas persetujuan bank importir, maka bank eksportir ( advising bank ) yang ditunjuk dapat membuka wesel atas nama bank Importir begitu barang dikapalkan/dikirim. Penerbitan wesel oleh bank eksportir kemudian oleh bank eksportir ( advising ban k) wesel dikirim kepada bank importir berikut dokumen. Apabila dalam pemeriksaan dokumen ternyata tidak terjadi kesalahan dan lengkap, maka issuing bank memberikan cap pada wesel dengan kata-kata “ accepted ” kemudian dikirim kepada advising bank. Wesel yang diberi cap " accepted " ini sudah berfungsi sebagai Banker's acceptance yang dapat diperjualbelikan dengan jaminan pihak bank importir atau pihak importir sendiri.
6. Commercial Paper Commercial paper merupakan kertas berharga yang dapat diperdagangkan di pasar uang dengan jangka waktu yang tidak lebih dari 1 tahun. Yang termasuk ke dalam jenis commercial paper adalah promes yang diterbitkan oleh perusahaan lembaga keuangan, termasuk bank. Penerbitan promes yang termasuk ke dalam jenis commercial paper ini tidak disertai jaminan tertentu. Seperti halnya jenis surat berharga pasar uang lainnya, bahwa penerbitan commercial paper ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan modal jangka pendek perusahaan di mana kepada si pemegang promes penerbit berjanji untuk membayar sejumlah uang tertentu pada saat jatuh tempo. Dalam praktiknya keuntungan dari penjualan commercial paper dapat berbentuk bunga seperti kredit, namun sering kali dilakukan dengan menggunakan sistem diskonto. Penjual commercial paper tidak didukung oleh suatu jaminan tertentu, oleh karena itu bagi pihak investor yang ingin melakukan pembelian terlebih dulu melihat bonafiditas perusahaan yang menerbitkannya. Namun, sering kali jika penjualan commercial paper dalam jumlah yang sangat besar pihak investor meminta suatu jaminan tertentu. Dalam hal ini pihak penerbit dapat menyediakan jaminan jika memang dibutuhkan. Jaminan tersebut dapat berupa bank garansi sebagaimana yang