Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Parfume processing do, Papers of Chemistry

Proses pembuatan parfum yang baik agar bisa

Typology: Papers

2019/2020

Uploaded on 04/04/2020

zoe-little
zoe-little 🇮🇩

3

(1)

1 document

1 / 10

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
Indonesian Journal of Chemical Research Indo.J.Chem.Res
18
Volume 2 No. 1 Agustus 2014
ANALISIS SENYAWA BERBAHAYA DALAM PARFUM
DENGAN KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROMETRI MASSA
BERDASARKAN MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS)
Filasavita Prasasti Iswara, Dwiarso Rubiyanto dan Tatang Shabur Julianto
Jurusan Ilmu Kimia, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Email: filasavita@ymail.com
ABSTRACT
This study was conducted to determine the harmful compounds in perfumes by gas
chromatography-mass spectrometry (GC-MS). Perfume samples (A, B, C) obtained from the supermarket
and the refill perfume fragrance that is almost the same. Methodology is the determination of specific
gravity and refractive index. Chemical analysis performed using gas chromatography-mass spectrometry
(GC-MS). Based on the results obtained three samples of data that have perfume composition profiles of
the same constituent that is solvent, fixative agents, and perfuming agents. Compounds that are solvent
are methanol, ethanol. Compounds that are fixative agent is 1,2-Butanediol, 3-ethoxy-1-propanol,
limonene, dipropylene glycol, 2-(2-hydroxypropoxy)-1-propanol, 3,3’-oxybis-2-butanol. The compound
is a substance which is dihydrojasmonat methyl fragrance, alpha-hexyl cinnamaldehyde.
Dihydrojasmonat methyl is a compound that becomes the deciding factor perfume that smells like
jasmine.
Keywords : Perfume, Perfume composition, Jamine, Methyl dihydrojasmonato, Gas chromatography-
mass spectrometry
PENDAHULUAN
Parfum adalah produk yang sudah
tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari.
Apalagi saat ini aroma parfum yang
ditawarkan sudah semakin beragam, baik
yang dikhususkan untuk pria, wanita,
ataupun untuk keduanya. Kata parfum
sendiri berasal dari bahasa latin “per
fumum” yang berarti melalui asap. Riwayat
parfum telah ada sejak zaman Mesopotamia
kuno sekitar lebih dari 4000 tahun yang lalu.
Pada zaman dahulu, orang-orang
menggunakan tanaman herbal, rempah-
rempah dan bunga dan dicampurkan
bersama untuk membuat wewangian.
Selanjutnya pada pertengahan abad ke-15
parfum mulai dicampur minyak dan alkohol.
Meskipun demikian, parfum baru
mengalami kemajuan pesat pada abad ke-18
dengan munculnya beragam aroma
wewangian dan botol yang indah.
Setiap produk wewangian
mengandung pelarut tambahan yang
berfungsi sebagai media atau fondation baik
parfum itu asli atau sintesis. Persentase
kandungan bahan kimia dalam parfum
antara kisaran 30 % tergantung dari jenis
produknya. Namun dari beberapa analisa
pasar, 95 % bahan kimia yang terkandung di
dalam produk wewangian adalah bahan
kimia sintetik yang berbahan dasar
petroleum yang merupakan turunan
benzene, aldehid atau zat yang umumnya
terkenal beracun. Salah satu organisasi di
Amerika yang menangani masalah
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa

Partial preview of the text

Download Parfume processing do and more Papers Chemistry in PDF only on Docsity!

ANALISIS SENYAWA BERBAHAYA DALAM PARFUM

DENGAN KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROMETRI MASSA

BERDASARKAN MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS)

Filasavita Prasasti Iswara, Dwiarso Rubiyanto dan Tatang Shabur Julianto Jurusan Ilmu Kimia, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Email: filasavita@ymail.com

ABSTRACT

This study was conducted to determine the harmful compounds in perfumes by gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS). Perfume samples (A, B, C) obtained from the supermarket and the refill perfume fragrance that is almost the same. Methodology is the determination of specific gravity and refractive index. Chemical analysis performed using gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS). Based on the results obtained three samples of data that have perfume composition profiles of the same constituent that is solvent, fixative agents, and perfuming agents. Compounds that are solvent are methanol, ethanol. Compounds that are fixative agent is 1,2-Butanediol, 3-ethoxy-1-propanol, limonene, dipropylene glycol, 2-(2-hydroxypropoxy)-1-propanol, 3,3’-oxybis-2-butanol. The compound is a substance which is dihydrojasmonat methyl fragrance, alpha-hexyl cinnamaldehyde. Dihydrojasmonat methyl is a compound that becomes the deciding factor perfume that smells like jasmine.

Keywords : Perfume, Perfume composition, Jamine , Methyl dihydrojasmonato, Gas chromatography- mass spectrometry

PENDAHULUAN

Parfum adalah produk yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi saat ini aroma parfum yang ditawarkan sudah semakin beragam, baik yang dikhususkan untuk pria, wanita, ataupun untuk keduanya. Kata parfum sendiri berasal dari bahasa latin “ per fumum ” yang berarti melalui asap. Riwayat parfum telah ada sejak zaman Mesopotamia kuno sekitar lebih dari 4000 tahun yang lalu. Pada zaman dahulu, orang-orang menggunakan tanaman herbal, rempah- rempah dan bunga dan dicampurkan bersama untuk membuat wewangian. Selanjutnya pada pertengahan abad ke- parfum mulai dicampur minyak dan alkohol. Meskipun demikian, parfum baru

mengalami kemajuan pesat pada abad ke- dengan munculnya beragam aroma wewangian dan botol yang indah. Setiap produk wewangian mengandung pelarut tambahan yang berfungsi sebagai media atau fondation baik parfum itu asli atau sintesis. Persentase kandungan bahan kimia dalam parfum antara kisaran 30 % tergantung dari jenis produknya. Namun dari beberapa analisa pasar, 95 % bahan kimia yang terkandung di dalam produk wewangian adalah bahan kimia sintetik yang berbahan dasar petroleum yang merupakan turunan benzene, aldehid atau zat yang umumnya terkenal beracun. Salah satu organisasi di Amerika yang menangani masalah

kesehatan lingkungan menemukan zat kimia beracun dari 815 sampel yang mereka ambil. Tes yang dilakukan pada tahun 1991 menemukan zat-zat yang terkandung adalah kloroform yang dapat juga ditemui pada pelembut pakaian dan p -diklorobenzena yang telah diketahui bersifat karsinogenik pada produk penyegar ruangan dengan dosis yang tinggi. Menurut Cook (2009) ahli gizi holistik dan naturopati sekaligus penulis buku kesehatan popular mengatakan terdapat 500 lebih bahan kimia berbahaya yang menjadi bahan dasar pembuatan wewangian di parfum. Kebanyakan berasal dari bahan kimia sintetis yang diperoleh dari bahan petrokimia, dan telah terbukti mengandung neurotoxin (racun yang bisa merusak pembuluh darah atau syaraf otak). Dan terdapat juga kandungan karsinogenik (bahan yang dianggap sebagai penyebab kanker). Penelitian ini amat mengejutkan, karena hampir semua wanita bahkan pria mengenakan parfum. Siapa sangka banyak bahan kimia yang terkandung dalam parfum atau wewanian lain yang tak kalah berbahaya dibandingkan bahaya asap rokok.

Ada beberapa alasan mengapa konsumen menggunakan parfum. Dari hasil penelitian Borgave & Chaudari (2010), konsumen merasa lebih baik dan merasa lebih percaya diri setelah menggunakan parfum. Hasil penelitian lainnya dari Borgave & Chaudari (2010), adalah konsumen menilai wangi parfum berada di urutan pertama yang dipertimbangkan pada saat akan membeli parfum. Urutan selanjutnya adalah merek, harga, dan kemasan parfum itu sendiri.

Parfum diyakini sebagai salah satu indikator untuk meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Varian aromanya yang semakin beragam, membuat para wanita gemar untuk menjadikannya sebagai koleksi meja rias.

TUJUAN

  1. Untuk mengetahui senyawa apa yang menjadi faktor penentu yang terdapat dalam sampel parfum yang dianalisis.
  2. Untuk mengetahui senyawa yang berbahaya dalam parfum yang dianalisis.

METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tiga sampel parfum dan aquades. B. Peralatan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gas chromatography- spectrometry massa (GC-MS), thermometer, refraktometer, piknometer, gelas ukur 10mL, pipet ukur 5mL, labu ukur 10mL, dan corong.

C. Prosedur Penetapan Berat Jenis Penetapan berat jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer ukuran 5 ml dalam keadaan bersih, kering, dan kosong dan ditimbang. Kemudian piknometer diisi dengan aquades 5 ml dan ditimbang. Setelah itu piknometer dibersihkan, dikeringkan, dan ditimbang. Piknometer diisi dengan sampel parfum dan ditimbang. Penetapan Indeks Bias

Gambar 4 menunjukkan fragmentasi massa (m/z) sampel parfum A dari puncak 1 pada gambar 3. Fragmentasi massa pada gambar 4 dibandingkan dengan nilai SI (similarity index) pada pustaka instrument kromatografi gas-spektrometri massa. Angka SI yang lebih besar dari 95% dianggap menyerupai fragmentasi puncak 1 pada senyawa A. Sehungga disimpulkan bahwa puncak 1 tersebut adalah methanol. Bila ditemukan nilai SI yang sama dari fragmentasi sebuah puncak maka dipilih fragmentasi senyawa dengan berat molekul terendah sebagai fragmentasi puncak yang dianalisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, selain melakukan analisis secara kimia juga dilakukan analisis secara fisik. Dimana tujuan dari analisis fisik ini untuk mengetahui identitas dari sampel parfum. Analisis fisika meliputi wujud sampel, berat jenis dan indeks bias. Berikut adalah data hasil dari analisis fisika maupun kimia : Tabel 1. Data Analisis Fisika dan Kimia

GC-MS

Identifikasi sampel parfum dengan menggunakan kromatografi gas dilakukan dengan cara sampel parfum diinjeksikan kedalam ruang injeksi yang telah dipanaskan. Sampel kemudian dibawa oleh gas pembawa melalui kolom untuk dipisahkan. Didalam kolom fase diam akan menahan komponen-komponen secara selektif berdasarkan koefisien distribusinya dan akan dialirkan ke detektor yang memberi sinyal untuk kemudian dapat diamati pada sistem pembaca. Identifikasi sampel parfum dengan menggunakan spektrometri massa dengan data spektra massa standar yang tersimpan dalam kepustakaan instrument kromatografi gas-spektroskopi massa. Perbandingan dilakukan dengan melihat nilai SI atau indeks spektra senyawa yang ada pada komputer. Semakin tinggi nilai SI, maka senyawa itu akan semakin mirip dengan senyawa yang dianalisis. Sehingga dapat ditampilkan bahwa sampel tersebut sama

dengan senyawa yang memiliki SI tertinggi dalam data komputer yang diberikan komputer. Dengan metode ini, maka alat kromatografi gas-spektrometer massa dapat digunakan untuk menentukan nama senyawa tanpa memerlukan senyawa standar yang digunakan dalam metode spiking pada kromatografi gas (Hapsari, 2008). Adapun profil kromatogram dari setiap sampel dapat dilihat pada gambar :

Gambar 1. Hasil Kromatogram Sampel Parfum Dari data kromatogram di atas dapat diartikan bahwa komposisi parfum dapat

kita kelompokkan menjadi tiga. Apabila dihubungkan dengan data hasil spektrometri massanya senyawa tersebut terdiri dari pelarut, zat pengikat, dan zat wangi. Analisis komposisi kimia dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pelarut

Gambar 2. Hasil Spektrometri Massa Etanol

Gambar 3. Struktur Etanol Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) etanol adalah senyawa yang mudah terbakar, jika terjadi kontak langsung dengan mata dapat menyebabkan iritasi, mata kemerahan, nyeri, kornea, peradangan, dan kerusakan kornea. Selain itu, bahaya untuk kulit jika dalam waktu pendek maupun panjang dapat menyebabkan kulit kemerahan, gatal, peradangan. Bahkan jika digunakan berulang-ulang dapat menyebabkan reaksi alergi kulit pada sebagian kecil individu atau manusia. Berkaitan dengan karsinogen atau bahan yang dianggap sebagai penyebab kanker, mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya kanker, tumor ganas rongga mulut, faring, laring, esophagus dan hati. Berikut adalah batas paparan dari etanol : Tabel 2. Batas Paparan Etanol Departemen/Lembaga Batas Paparan US (OSHA) 1900 mg/m^3 US (ACGIH) 1900 mg/m^3

Parfum B

Parfum

Parfum A

a) 1,2-Butanediol

Gambar 6. Hasil Spektrometri Massa 1,2- Butanediol

Gambar 7. Struktur 1,2-Butanediol Senyawa 1,2-butanediol memiliki rumus molekul C 4 H 10 O 2

b) 3-etoksi-1-propanol

dengan berat molekul 90 gram/mol. Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) senyawa ini dapat memberikan potensi bahaya seperti iritasi mata, dapat menyebabkan cedera kornea, dapat menyebabkan iritasi kulit. Jika dikonsumsi dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan ginjal, dan dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat. Selain itu, bahaya jika terhirup dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, dan efek yang sama dengan bahaya jika dikonsumsi. Bahkan efek yang kronis dapat menyebabkan cedera pada ginjal.

Gambar 8. Hasil Spektrometri Massa 3- etoksi-1-propanol

Gambar 9. Struktur 3-etoksi-1-propanol Senyawa ini memiliki rumus molekulC 5 H 12 O 2

c) Limonena

dengan berat molekul 104 gram/mol. Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) memiliki potensi berbayahaya. Dapat menyebabkan iritasi

pada kulit, dan jika berulang dapat menyebabkan dermatitis yang ditandai dengan kemerahan, pembengkakan. Dapat juga masuk ke aliran darah melalui kulit yang luka atau lecet. Menyebabkan iritasi pada mata. Jika tertelan akan menyebabkan kerusakan pada hati dan ginjal, gangguan saluran pencernaan. Selain itu jika terhirup akan menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan.

Gambar 10. Hasil Spektrometri Massa Limonena

Gambar 11. Struktur Limonena Limonena mengambil namanya dari sari lemon. Sebagai kulit lemon, seperti buah jeruk lainnya mengandung sejumlah senyawa yang memberikan kontribusi untuk bau mereka. Limonena memiliki berat jenis 0,84 g/cm^3

d) Dipropilen Glikol

. Hal ini digunakan untuk wewangian, dan dalam dunia kesehatan manfaatnya sangat luas termasuk sebagai kemoprevensi kanker. Dalam material safety data sheet (MSDS) limonena mempunyai potensi yang berbahaya seperti iritasi mata, iritasi kulit. Radang mata ditandai dengan mata kemerahan, berair, dan gatal-gatal. Peradangan kulit ditandai dengan gatal- gatal, dan kulit kemerahan.

Gambar 12. Hasil Spektrometri Massa dipropilen Glikol

Gambar 13. Struktur Dipropilen Glikol Dipropilen glikol merupakan senyawa yang memiliki rumus molekul (CH 3 CHOHCH 2 ) 2 O berwujud cairan kental, sedikit larut dalam air dengan titik didih 233 o

e) 2-(2-Hidroksipropoksi)-1-propanol

C, larut dalam toluene dan dalam air. Fungsi dipropilen glikol dalam parfum adalah sebagai zat fiksatif. Zat fiksatif berfungsi sebagai perekat atau pengawet aroma. Zat fiksatif juga berfungsi sebagai penetral cairan kimia karena di dalam fiksatif terdapat sedikit pH yang berfungsi atau ber-efek tidak menimbulkan iritasi pada kulit namun pada batas paparan tertentu. Berdasarkan data material safety data sheet (MSDS) Dipropilen glikol dapat menyebabkan iritasi mata ringan sementara, kontak yang terlalu lama tidak akan menyebabkan iritasi kulit yang signifikan. Potensi efek kesehatan yang lain adalah sedikit berbahaya jika terjadi kontak kulit, kontak mata, dan tertelan. Berikut adalah batas paparan dari dipropilen glikol : Sifat toksik yang rendah membuat dipropilen glikol menjadi zat aditif yang ideal untuk parfum dan produk perawatan kulit dan rambut.

Gambar 14.Hasil Spektrometri Massa 2- (2-hidroksipropoksi)-1-propanol

Gambar 15. Struktur 2-(2-hidroksipropoksi)- 1-propanol Senyawa ini mempunyai rumus molekul C 6 H 14 O 3

Kota

. Senyawa ini memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau, dan toksisitas rendah. Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) menyebutkan bahwa ada gambaran darurat dari senyawa ini. Cairan dan uap yang mudah terbakar dapat menyebabkan kerusakan organ seperti mata dan kulit. Hindari kontak langsung dengan kulit dan pakaian. Dan digunakan dalam keadaan ruangan dengan ventilasi yang memadai. Berikut adalah batas paparan dari senyawa 2-(2-Hidroksipropoksi)-1- propanol : Tabel 4. Batas Paparan 2-(2- hidroksipropoksi)-1-propanol Batas Paparan SUVA (Switzerland, 1/2009)

400 mg/m^3 STEL

200 mg/m^3 TWA MAK-Were Liste (Germany, 7/2009)

400 mg/m^3 PEAK

200 mg/m^3 TWA TRG S900 AGW (Germany, 7/2009)

67 mg/m^3 TWA

536 mg/m^3 PEAK

f) 3,3'-oksibis-2-Butanol

namun dapat menyebabkan luka seperti lecet, terkelupas, atau kulit yang iritasi tidak boleh terkena senyawa ini. Bahaya jika menghirup uap ini dapat menyebabkan mengantuk atau pening, dapat disertai dengan kehilangan refleksi, kurangnya koordinasi, dan vertigo. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa senyawa ini dapat menyebabkan iritasi pernafasan pada beberapa orang. Respon tubuh terhadap iritasi tersebut dapat menyebabkan kerusakan paru-paru lebih lanjut.

KESIMPULAN

  1. Dari ketiga sampel parfum yang dianalisis menunjukkan adanya senyawa yang menjadi faktor penentu aroma parfum tersebut. Senyawa tersebut adalah metal dihidrojasmonat 2. Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) dari masing-masing senyawa menunjukkan bahwa hampir semua senyawa dalam parfum mempunyai potensi bahaya bagi penggunanya jika melebihi batas paparan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Dwiarso Rubiyanto S.Si., M.Si dan bapak Tatang Shabur Julianto, S.Si., M.Si yang telah memberikan arahan untuk penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alla. S, Malosse. C, Cassel. S, Rollia. F, Frerot. B., 2002, Mevalonolactone a Volatile Compound Product, C. R Biol , 325 (9):941- Borgave, S. & Chaudari, J.S., 2010, Adolescents’ Preferences and Attitudes towards Perfumes in India. Journal of Policy and Organizational Management ISSN: 0976–7738 & E-ISSN: 0976–7746, Vol. 1, Issue 2, 2010, PP-01-08. Cook, S.M., 1999, The 4-Week Ultimate Body Detox , Canada Hapsari, S.P., 2008 , Isolasi dan Analisis Komponen Penyusun Minyak Kemangi (Ocimum Citriodorum) dengan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa , Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.