Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

nifjdjdjdjjfjrnrnr rjrjfjjfnrdbdhf dudhdhdhsbd dhdbdbd, Thesis of Electronics

Fugcb f jdjebdjdnddjdjdbdhdjdjdjxjx xdbddhdbd fghfhdnen djdjd

Typology: Thesis

2019/2020

Uploaded on 03/27/2020

under-game
under-game 🇮🇩

1 document

1 / 30

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
1. PENGERTIAN SCR
Silicon Controlled Rectifier atau sering disingkat dengan SCR adalah Dioda yang memiliki
fungsi sebagai pengendali. Silicon Controlled Rectifier ( SCR ) adalah salah satu komponen
yang mirip dengan transistor karena memiliki tiga buah kaki. Tapi kaki pada SCR tidak sama
dengan kaki yang terdapat pada transistor. Kaki Terminal ke-3 pada SCR tersebut dinamai
dengan Terminal “Gate” atau “Gerbang” yang berfungsi sebagai pengendali (Control),
sedangkan kaki lainnya sama seperti Dioda pada umumnya yaitu Terminal “Anoda” dan
Terminal “Katoda”. Jadi jelaslah bahwa fungsi SCR ini beda dengan transistor. Silicon
Controlled Rectifier (SCR) merupakan salah satu dari anggota kelompok komponen
Thyristor.
Silicon Controlled Rectifier (SCR) atau Thrystor pertama kali diperkenalkan secara komersial
pada tahun 1956. SCR memiliki kemampuan untuk mengendalikan Tegangan dan daya
yang relatif tinggi dalam suatu perangkat kecil. SCR ini memiliki berbagai macam daya dan
kekuatan, misalnya saja SCR yang memiliki daya dan kekuatan sebesar 100 V / 2A. Ini
berartii SCR tersebut hanya bisa dipakai tidak lebih dari 2 Ampere atau sama dengan tak
lebih dari 200 Watt. Oleh karena itu SCR atau Thyristor sering difungsikan sebagai Saklar
(Switch) ataupun Pengendali (Controller) dalam Rangkaian Elektronika yang menggunakan
Tegangan / Arus menengah-tinggi (Medium-High Power). Beberapa aplikasi SCR di
rangkaian elektronika diantaranya seperi rangkaian Lampu Dimmer, rangkaian Logika,
rangkaian osilator, rangkaian chopper, rangkaian pengendali kecepatan motor, rangkaian
inverter, rangkaian timer dan lain sebagainya.
Dengan karakteristik yang serupa tabung thiratron, maka SCR atau Tyristor (Therystor) masih
termasuk keluarga semikonduktor. Terminal “Gate” yang berfungsi sebagai pengendali
terletak di lapisan bahan tipe-P yang berdekatan dengan Kaki Terminal “Katoda”. Sebetulnya
SCR terbuat dari bahan campuran P dan N. Pada dasarnya SCR atau Thyristor terdiri dari 4
A. SCR (SILICON
CONTROL
RECTIFIER)
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe
pff
pf12
pf13
pf14
pf15
pf16
pf17
pf18
pf19
pf1a
pf1b
pf1c
pf1d
pf1e

Partial preview of the text

Download nifjdjdjdjjfjrnrnr rjrjfjjfnrdbdhf dudhdhdhsbd dhdbdbd and more Thesis Electronics in PDF only on Docsity!

1. PENGERTIAN SCR

Silicon Controlled Rectifier atau sering disingkat dengan SCR adalah Dioda yang memiliki

fungsi sebagai pengendali. Silicon Controlled Rectifier ( SCR ) adalah salah satu komponen

yang mirip dengan transistor karena memiliki tiga buah kaki. Tapi kaki pada SCR tidak sama

dengan kaki yang terdapat pada transistor. Kaki Terminal ke-3 pada SCR tersebut dinamai

dengan Terminal “Gate” atau “Gerbang” yang berfungsi sebagai pengendali (Control),

sedangkan kaki lainnya sama seperti Dioda pada umumnya yaitu Terminal “Anoda” dan

Terminal “Katoda”. Jadi jelaslah bahwa fungsi SCR ini beda dengan transistor. Silicon

Controlled Rectifier (SCR) merupakan salah satu dari anggota kelompok komponen

Thyristor.

Silicon Controlled Rectifier (SCR) atau Thrystor pertama kali diperkenalkan secara komersial

pada tahun 1956. SCR memiliki kemampuan untuk mengendalikan Tegangan dan daya

yang relatif tinggi dalam suatu perangkat kecil. SCR ini memiliki berbagai macam daya dan

kekuatan, misalnya saja SCR yang memiliki daya dan kekuatan sebesar 100 V / 2A. Ini

berartii SCR tersebut hanya bisa dipakai tidak lebih dari 2 Ampere atau sama dengan tak

lebih dari 200 Watt. Oleh karena itu SCR atau Thyristor sering difungsikan sebagai Saklar

(Switch) ataupun Pengendali (Controller) dalam Rangkaian Elektronika yang menggunakan

Tegangan / Arus menengah-tinggi (Medium-High Power). Beberapa aplikasi SCR di

rangkaian elektronika diantaranya seperi rangkaian Lampu Dimmer, rangkaian Logika,

rangkaian osilator, rangkaian chopper, rangkaian pengendali kecepatan motor, rangkaian

inverter, rangkaian timer dan lain sebagainya.

Dengan karakteristik yang serupa tabung thiratron, maka SCR atau Tyristor (Therystor) masih

termasuk keluarga semikonduktor. Terminal “Gate” yang berfungsi sebagai pengendali

terletak di lapisan bahan tipe-P yang berdekatan dengan Kaki Terminal “Katoda”. Sebetulnya

SCR terbuat dari bahan campuran P dan N. Pada dasarnya SCR atau Thyristor terdiri dari 4

A. SCR (SILICON

CONTROL

RECTIFIER )

lapis Semikonduktor yaitu PNPN (Positif Negatif Positif Negatif) atau sering disebut dengan

PNPN Trioda. Cara kerja sebuah SCR hampir sama dengan sambungan dua buah bipolar

transistor (bipolar junction transistor).

2. KARAKTERISTIK SCR

1 ) S e b u a h S C R t e r d i r i d a r i t i g a t e r m i n a l y a i t u a n o d a , k a t o d a , d a n

g a t e. S C R berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari empat buah

lapis dioda. SCR banyak digunakan pada suatu sirkuit elekronika karena

lebih efisien dibandingkan komponen lainnya terutama pada pemakaian

saklar elektronik

2 ) S C R b i a s a n y a d i g u n a k a n u n t u k m e n g o n t r o l k h u s u s n y a p a d a

t e g a n g a n t i n g g i k a r e n a S C R d a p a t d i l e w a t k a n t e g a n g a n d a r i 0

s a m p a i 2 2 0 V o l t t e r g a n t u n g p a d a s p e s i f i k d a n t i p e d a r i S C R

t e r s e b u t. S C R t i d a k a k a n m e n g h a n t a r a t a u o n , m e s k i p u n d i b e r i k a n

t e g a n g a n m a j u s a m p a i p a d a t e g a n g a n b r e a k o v e r n y a S C R

t e r s e b u t d i c a p a i ( V B R F ). S C R a k a n m e n g h a n t a r j i k a p a d a

t e r m i n a l g a t e d i b e r i p e m i c u a n y a n g b e r u p a a r u s dengan tegangan

positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar

dari arus yang penahan (IH).

3 ) S a t u - s a t u n y a c a r a u n t u k m e m b u k a ( m e n g - o f f - k a n ) S C R

a d a l a h d e n g a n m e n g u r a n g i a r u s T r i g e r ( I T ) d i b a w a h a r u s

p e n a h a n ( I H ). S C R a d a l a h t h y r i s t o r y a n g u n i

d i r e c t i o n a l , k a r e n a k e t i k a t e r k o n d u k s i h a n y a b i s a melewatkan

arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya, S C R a k t i f

k e t i k a g a t e - n y a d i b e r i p o l a r i t a s p o s i t i f d a n a n t a r a a n o d a d a n

katodanya dibias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR adalah

sumber AC, proses penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi

3. SIMBOL SCR

6. PRINSIP KERJA SCR

Pada prinsipnya, cara kerja SCR sama seperti dioda normal, namun SCR memerlukan

tegangan positif pada kaki “Gate (Gerbang)” untuk dapat mengaktifkannya. Pada saat kaki

Gate diberikan tegangan positif sebagai pemicu (trigger), SCR akan menghantarkan arus

listrik dari Anoda (A) ke Katoda (K). Sekali SCR mencapai keadaan “ON” maka selamanya

akan ON meskipun tegangan positif yang berfungsi sebagai pemicu (trigger) tersebut

dilepaskan. Untuk membuat SCR menjadi kondisi “OFF”, arus maju Anoda-Katoda harus

diturunkan hingga berada pada titik Ih (Holding Current) SCR. Besarnya arus Holding atau Ih

sebuah SCR dapat dilihat dari datasheet SCR itu sendiri. Karena masing-masing jenis SCR

memiliki arus Holding yang berbeda-beda. Namun, pada dasarnya untuk mengembalikan

SCR ke kondisi “OFF”, kita hanya perlu menurunkan tegangan maju Anoda-Katoda ke titik

Nol.

7. JENIS – JENIS SCR

Dalam prakteknya, dikenal berbagai piranti pnpn yang serupa dengan SCR. Berikut ini adalah

penjelasan dari berbagai jenis SCR tersebut.

a. LASCR ( light-activated SCR)

LASCR atau SCR aktivasi-cahaya ditunjukkan pada gambar diatas ini. Tanda - tanda panah

menunjukkan cahaya datang yang akan menembus jendela piranti dan mengenai lapisan-lapisan

pengosongan transistor. Bila cahaya itu cukup kuat, elektron-elektron valensi akan dilepaskan

dari orbit-orbitnya menjadi elektron-elektron bebas. Ketika elektron-elektron ini mengalir

keluar dari kolektor dan memasuki basis transistor, maka proses regenerasi akan

berlangsung sampai LASCR menjadi tertutup atau menyambung. Setelah LASCR ditutup oleh suatu

picu cahaya, keadaan ini akan bertahan terus walaupun tidak mendapat masukan cahaya

selanjutnya. Untuk memberi sensitivitas maksimum terhadap cahaya, gerbang SCR dibiarkan

Rangkaian SCR

terbuka seperti ditunjukkan oleh. Jika dikehendaki tingkat alih (tingkat acuan) yang dapat diubah-

ubah, maka rangkaian pengatur dapat ditambahkan seperti diperlihatkan pada Gambar.

Hambatan gerbang akan mengalihkan sebagian dari elektron elektron yang dihasilkan oleh cahaya masuk

dan dengan demikian mengubah kepekaan rangkaian terhadap cahaya yang masuk.

b. GCS ( gate-controlled switch)

Seperti yang telah diketahui, pemutusan arus rendah merupakan cara yang normal

untuk membuka saklar SCR. Namun saklar kendali gerbang (GCS) adalah saklar yang

dirancang untuk dibuka secara mudah dengan picu prategangan balik. Untuk GCS penutupan

dilakukan dengan picu positif dan pembukaan dilakukan picu dengan negatif (atau

dengan pemutusan arus rendah). Rangkaian GCS diberikan pada Gambar. Setiap picu positif akan

menutup saklar tersebut dan setiap picu negatif akan membukanya. Sebagai akibatnya

akan diperoleh keluaran gelombang persegi seperti terlihat dalam gambar. Piranti GCS digunakan dalam

rangkaian-rangkaian pencacah , rangkaian-rangkaian digital , dan penerapan - penerapan lain yang

menyediakan picu negatif untuk penghentian operasi.

c. SCS ( silikon-controlled switch)

Keterangan :

(a) Susunannya

(b) Susunan ekivalen

(c) Rangkaian ekivalen

(d) Lambang rangkaian

Daerah - daerah pengandung tak - murnian dari suatu saklar kendali silikon (SCS)

diperlihatkan pada Gambar , Masing-masing daerah tersebut dihubungkan dengan penyalur

(b) (c) (d) (a)

Crowbar pada Gambar 4.2.9 merupakan sebuah prototipe, sebuahrangkaian dasar yang dapat dimodifikasi

dan dikembangkan. Prototipe ini tepat bagi banyak aplikasi. Akan tetapi tidak memiliki soft turn-on karena

sudut pada zener berbentuk melengkung dan tidak bersudut tajam. Ketika kita melakukan perhitungan

toleransi tegangan zener , soft turn-on tersebut dapat mengakibatkan tegangan daya menjadi sangat

berbahaya sebelum SCR terbakar.

Salah satu cara untuk mengatasi soft turn-on adalah dengan menambahkan sedikit

perolehan tegangan seperti Gambar 4.2.10. Umumnya, transistor dalam keadaan mati.

Namun ketika tegangan keluaran meningkat, transistor akhirnya menyala dan

menghasilkan tegangan tegangan tinggi diluar R4. Karena transistor menyediakan

perolehan tegangan swamped kira-kira R 4 / R3, sedikit kelebihan tegangan dapat

menggerakkan SCR.

Gambar 4.2.10 Penambahan perolehan transistor ke crowbar

Dioda yang digunakan akan mengkompensasikan temperature dioda emitter dasar transistor. Penyesuaian

pelatuk ini menyebabkan kita mengatur trip point dari rangkaian tersebut, yang secara tipikal berada 10

sampai 15 persen di atas tegangan normal.

Gambar 4.2.11 Penambahan amplifier IC ke crowbar

Crowbar dapat ditambah dengan amplifier IC seperti Gambar 4.2.11. Kotak segitiga merupakan sebuah IC

penguat yang disebut dengan pembanding ( comparator ). Penguat ini memiliki masukan nonpembalik(+)

dan inverting (-). Saat masukan nonpembalik lebih besar dari masukan pembalik , maka keluaran akan

positif. Ketika masukan pembalik lebih besar daripada masukan nonpembalik, maka keluarannya akan

menjadi negatif.

Penguat memiliki perolehan tegangan yang cukup besar, biasanya 100.000 kali atau lebih. Karena

perolehan tegangan yang besar ini, rangkaian dapat mendeteksi kelebihan tegangan yang paling kecil.

Dioda zener

menghasilkan tegangan 10 V, yang diberikan ke masukan minus dari penguat.

Ketika tegangan catu 20 V (keluaran normal), penala pemicu diset untuk menghasilkan tegangan sedikit

lebih kecil daripada 10 V pada masukan positif. Karena masukan negatif lebih besar daripada masukan

positif, keluaran penguat akan negative dan SCR terbuka.

Apabila tegangan catu di atas 20 V, masukan positif pada penguat menjadi lebih besar daripada 10 V.

Kemudian, keluaran penguat menjadi positif dan SCR tersulut. Hal ini secara cepat akan memutus catu

dengan crowbar terminal beban.

8. APLIKASI SCR

1) Scr Sebagai Saklar Pengaman Elektronik

SCR sebagai saklar dapat dipergunakan sebagai proteksi arus yang mengalir ke

beban baik berupa lampu maupun motor listrik. Pengaturan ini dapat dilakukan

dengan memanfaatkan rangkaian umpan balik (feed back) yang menghubungkan

keluaran SCR ke gate SCR. Beban maksimum yang dapat ditanggung SCR

tergantung pada karakteristik dari SCR tersebut serta penyulutan yang dilakukan

pada gate SCR.

Umpan balik tersebut tidak dapat langsung dihubungkan dengan gate SCR karena

tegangan keluaran yang dihasilkan keluaran SCR terlampau besar untuk menyulut

gate SCR, sehingga perlu tambahan rangkaian agar SCR tidak rusak. Gambar

rangkaian di bawah ini merupakan pemakaian atau penggunaan komponen SCR

sebagai proteksi khususnya proteksi terhadap arus lebih.

Sumber tegangan pada rangkaian terebut di atas langsung berasal dari jala-jala

PLN 220 Volt, yang langsung disambung seri dengan beban lampu dan SCR.

Selanjutnya untuk rangkaian pengendali diperlukan penyearah tegangan sistem

jembatan (bridge diode) yaitu D 1

- D

4

. Rangkaian pengendali SCR terdiri dari dua

buah transistor yaitu Q 1

dan Q 2

. Apabila beban yang ditanggung SCR terlampau

besar, rangkaian pengendali bekerja dan SCR berada pada kondisi “OFF”. Besar

arus maksimum yang dapat ditanggung SCR dapat ubah-ubah dengan mengatur

potensiometer atau tahanan variabel (VR).

Gambar Rangkaian SCR Sebagai Saklar Pengaman Elektronik

 Keburukan dari SCR adalah pematian ini. Pematian dari SCR hanya ada satu cara

yaitu mengurangi arus yang mengalir melalui ini disamping arus yang utama.

 Kerugiannya adalah waktu penekanan tombol lebih lama dan selama penekanan

tombol dalam keadaaan tegangan yang tinggi dibangun dalam ini, dengan demikian

ini tidak bisa digunakan untuk penekanan tombol untuk arus yang besar.

B. UJT (UNI JUNCTION TRANSISTOR )

**

1. PENGERTIAN UJT

Uni Junction Transistor (UJT) atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Transistor

Sambungan Tunggal adalah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari bahan

semikonduktor, UJT memiliki tiga terminal dan hanya memiliki satu sambungan. Pada

umumnya UJT digunakan sebagai Saklar Elektronik dan penghasil Isyarat Pulsa. Seperti

namanya, Uni Junction Transistor atau UJT juga digolongkan sebagai salah satu anggota dari

keluarga Transistor, namun berbeda dengan Transistor Bipolar pada umumnya, Uni Junction

Transistor atau UJT ini tidak memiliki Terminal/Elektroda Kolektor. UJT yang memiliki Tiga

Terminal ini terdiri dari 1 Terminal Emitor (E) dan 2 Terminal Basis (B1 dan B2). Oleh karena

itu, Transistor UJT ini sering disebut juga dengan Dioda Berbasis Ganda ( Double Base

Diode ).

2. STRUKTUR DASAR UJT

Struktur dasar Uni Junction Transistor atau UJT dapat dilihat pada gambar ini. Pada dasarnya

UJT terdiri dari semikonduktor jenis Silikon yang bertipe N yang didoping ringan dan sepotong

Silikon bertipe P yang berukuran kecil dengan doping tinggi (berat) di satu sisinya untuk

menghasilkan sambungan tunggal P-N (P-N Junction). Komponen ini dikenal dengan nama

“Dioda dua Basis”. Sambungan Tunggal inilah yang kemudian dijadikan terminologi UJT yaitu

Uni Junction Transistor. Di kedua ujung batang silikon yang bertipe N, terdapat dua kontak

Ohmik yang membentuk terminal B1 (Basis 1) dan (Basis 2). Daerah Semikonduktor yang

bertipe P menjadi Terminal Emitor (E) pada UJT tersebut.

Gambar menunjukkan susunan dasar UJT. Kira-kira ditengah batang silikon (material Type N)

terdapatlah meterial P ini akan bekerja sebagai emiter E, jadi terdapatlah junction PN pada batangan

tersebut

4. KURVA KARAKTERISTIK UJT

Pada prinsipnya karakteristik dari sebuah transistor sambungan tunggal (unijunction

transistor ) dapat dijelaskan secara sederhana melalui sebuah kurva seperti yang terlihat

pada gambar 7.5 di atas. Kurva tersebut merupakan kurva dari tegangan emiter (V E

) dan arus

emiter (I E

) pada sebuah transistor sambungan tunggal (unijunction transistor) serta dinyatakan

sebagai kurva UJT .Pada kurva UJT tersebut dapat kita lihat bahwa saat tidak ada tegangan

emiter V E

= 0 Volt maka dioda berkondisi prategangan balik (reverse bias).Dioda yang sedang

dalam kondisi prategangan balik (reverse bias) tersebut akanmengalirkan sebuah arus listrik

yang sangat kecil, yaitu arus jenuh balik reversesaturation current ) dan disimbolkan dengan

–I

EO

. Saat tegangan emiter V E

mulai dinaikan maka dioda (D) menjadi kurang berkondisi

prategangan balik (reverse bias) dan arus emiter I E

menjadi kurang bernilai negatif. Saat

tegangan emiter V E

menjadi cukup tinggi maka dioda (D) akan berubah kondisi menjadi

prategangan maju (forward bias). Dioda yang berkondisi prategangan maju(forward bias)

tersebut akan memasukan lubang-lubang (holes) ke dalam tahanan basis 1

(R

B

) sehingga

menyebabkan tahanan basis 1

(R

B

) tersebut akan memilikikelebihan lubang-lubang (holes) dan

akhirnya akan menurunkan nilai tahanan basis 1

(R

B

). Sebagai contoh, ketika I E

= 0 maka R B

5000 Ω dan ketika I E

= 50mA maka R B

= 40Ω. Kurva UJTtersebut memperlihatkan

bahwa tahanan basis 1

(R

B

) akan menurun di saat tegangan emiter (V E

) menurun dan arus

emiter (I E

) meningkat sehingga membuat tahanan basis 1

(R

B

) tersebut memiliki konduktivitas

yang tinggi. Perilaku menurunnya R B

akibat V E

dan I E

tersebut dinyatakan sebagai tahanan

negatif atau negative resistance.

Pada kurva UJT tersebut dapat kita perhatikan bahwa tegangan dan arus pada titik puncak

(peak point ) dari kurva tersebut adalah sama dengan tegangan puncak V P

(peak voltage) dan arus

puncak I P

(peak current ). Tegangan puncak V P

pada kurva tersebut merupakan tegangan emiter

V

E

yang membuat sebuah transisi dari daerah terputus (cutoff region) menuju daerah tahanan

negatif (negative resistance region), sedangkan arus puncak I P

pada kurva tersebut

merupakan arus minimum yang dibutuhkan untuk mengaktifkan transistor sambungan tunggal

(unijunction transisto).

Pada kurva UJT tersebut juga terlihat bahwa tegangan dan arus pada titik lembah (valley

point) dari kurva tersebut adalah sama dengan tegangan lembah V V

(valley voltage) dan arus

lembah I V

(valley current ). Tegangan lembah V V

pada kurva tersebut merupakan tegangan

emiter V E

yang membuat sebuah transisi dari daerah tahanan negatif (negative resistance

region) menuju daerah jenuh (saturation region). Pada daerah jenuh (saturation region)

tersebut tahanan basis 1

R

B

akan beroperasi layaknya sebuah tahanan positif (positive resistance),

yaitu peningkatan nilai tahanan pada R B

dan nilai arus pada I E

akan menyebabkan kenaikan

tegangan pada V E

. Pada kurva UJT tersebut juga terlihat tegangan V EB1(SAT)

yang merupakan

tegangan yang melintasi basis 1

(B

1

) dan emiter (E).

5. PRINSIP KERJA UJT

Saat Tegangan diantara Emitor (E) dan Basis 1 (B1) adalah Nol, UJT tidak menghantarkan

arus listrik, Semikonduktor batang yang bertipe N akan berfungsi sebagai penghambat

(memiliki resistansi yang tinggi). Namun akan ada sedikit arus bocor yang mengalir karena

bias terbalik (reverse bias).

Pada saat tegangan di Emitor (E) dan Basis 1 (B1) dinaikan secara bertahap, resistansi

diantara Emitor dan Basis 1 akan berkurang dan arus terbalik (reverse current) juga akan

berkurang. Ketika Tegangan Emitor dinaikan hingga ke level bias maju, arus listrik di Emitor

akan mengalir. Hal ini dikarenakan Hole pada Semikonduktor yang di doping berat bertipe P

mulai memasuki daerah semikonduktor tipe N dan bergabung kembali dengan Elektron yang

di Batang Semikonduktor bertipe N (yang di doping ringan). Dengan demikian Uni Junction

Transistor atau UJT ini kemudian mulai menghantarkan arus listrik dari B2 ke B

6. PENGOPERASIAN UJT

Mula-mula pada C tidak ada muatan (Uc = 0). Tegangan ini adalah tegangan UE yang

diberikan kepada emitor. Maka antara emitor E dan basis B1 ada perlawanan yang tinggi,

sebab dikatakan ada potensial positip. Potensial pada katoda ini ditentukan oleh

perbandingan antara P2-RB-RA (yang ada didalam transistor) dan R. Tegangan di C (Uc)

naik dengan kecepatan yang ditentukan oleh konstanta waktu P1 dengan C. Maka tegangan

pada E menjadi positip. Jika tegangan Uc mencapai harga UpUJT (UE = Uc ³ Up) maka UJT

akan menghantar, dan turunlah perlawanan antara Emitor E dan Basis 1.Penurunan

perlawanan (tahanan) RE - B1 menghubung singkat C (kondensator membuang muatan).

Bila tegangan C (Uc = UE) turun hingga mencapai ± 2V, maka UJT menyumbat lagi (sakelar

S terbuka), pada kondisi ini C pun akan kembali mengisi muatan. Demikian kejadian ini terjadi

berulang- ulang

Bentuk tegangan pada kondensator dan Arus buang muatan(pengosongan)kondensator

membangkitkan tegangan denyut pada R. Perubahan tahanan pada basis 2 diatur dengan

potensiometer P2. P2 mengatur amplitudo gigi gergaji, sebab dengan P2 kita menetapkan

tingginya amplitudo Up, makin besar P2, makin tinggi pula tegangan katoda, sehingga

diperlukan tegangan UE yang lebih tinggi untuk menjadikan dioda menghantar. R berguna

untuk mengatasi arus pengosongan dari C supaya dioda tidak rusak. Besarnya frekuensi

ditentukan oleh konstanta waktu P1 - C dan juga oleh karakteristik UJT. Makin besar

P1,makin rendah pula frekuensinya. Selama C membuang muatan, maka arus yang lewat R

akan menimbulkan tegangan bentuk denyut (pulsa). Sirkuit UJT pernah terkenal pada

penggemar elektronika transistor sekitar tahun 1970-an dan awal 1980 karena UJT

memungkinkan pembuatan osilator sederhana yang dibuat hanya dengan satu peranti aktif.

Sekarang, karena IC menjadi lebih populer , osilator seperti IC pewaktu 555 lebih sering

digunakan. Selain penggunaan pada osilator relaksasi, salah satu penggunaan UJT dan PUT

yang paling penting adalah untuk menyulut tiristor (seperti SCR, TRIAC, dll). Faktanya,

Denyut tegangan selama C

membuang muatan

Rangkaian ujt sebagai oscilator

tegangan DC dapat digunakan untuk mengendalikan sirkuit UJT dan PUT karena waktu hidup

peranti meningkat sesuai dengan peningkatan tegangan kendali DC. Penggunaan ini penting

untuk pengendalia AC arus tinggi. Transistor Unijunction (UJT) biasanya digunakan untuk

membangkitkan sinyal trigger untuk SCR

8. PARAMETER TRANSISTOR SAMBUNGAN TUNGGAL

Pada dasarnya transistor sambungan tunggal ( unijunction transistor ) memiliki 8 (delapan)

parameter yang sebaiknya diketahui untuk mengoperasikantransistor sambungan tunggal

tersebut, yaitu:

1) Tegangan maksimum emiter (peak emitter voltage)

Pada dasarnya tegangan maksimum emiter atau yang disebut juga dengan peak emitter

voltage merupakan tegangan maksimum dari emiter sebelum transistor sambungan

tunggal (unijunction transistor) memasuki daerah tahanan negatif ( negative resistance

region ). Secara matematis tegangan maksimum emiter (peak emitter voltage ) tersebut

disimbolkan dengan V P

2) Arus maksimum emiter (peak emitter current)

Pada prinsipnya arus maksimum emiter atau yang disebut juga dengan peak emitter

current merupakan arus maksimum dari emiter sebelum transistor sambungan tunggal

(unijunction transistor) memasuki daerah tahanan negatif (negative resistance region).

Arus maksimum emiter (peak emitter current) tersebut juga dapat dipahami sebagai arus

minimum yang dibutuhkan oleh emiteruntuk mengaktifkan transistor sambungan tunggal

(unijunction transistor). S e c a r a matematis arus maksimum emiter (peak emitter

current) tersebut disimbolkan dengan I P

3) Tegangan lembah emiter (valley emitter voltage)

Pada prinsipnya tegangan lembah emiter atau yang disebut juga dengan valley emitter voltage

merupakan tegangan emiter pada titik lembah (valley point).Secara matematis tegangan

lembah emiter (valley emitter voltage) tersebut disimbolkan dengan V V

4) Arus lembah emiter (valley emitter current)

Pada prinsipnya arus lembah emiter atau yang disebut juga dengan valley emitter current

merupakan arus emiter pada titik lembah (valley point). Secara matematis a r u s

l e m b a h e m i t e r ( valley emitter current) tersebut disimbolkan dengan I V

5) Tegangan antar-basis (inter-base voltage)

Pada prinsipnya tegangan antar-basis atau yang disebut juga dengan inter - base voltage

merupakan tegangan di antara basis 1

(B

1

) dan basis 2

(B

2

). Secara matematis tegangan

antar-basis (inter - base voltage) tersebut disimbolkan dengan V BB

C. TRIAC (TRIODE FOR ALTERNATING CURRENT)

1. PENGERTIAN TRIAC

TRIAC, atau Triode for Alternating Current (Trioda untuk arus bolak-balik) adalah sebuah

komponen elektronik yang kira-kira ekivalen dengan dua SCR yang disambungkan

antiparalel dan kaki gerbangnya disambungkan bersama. Nama resmi untuk TRIAC adalah

Bidirectional Triode Thyristor. Ini menunjukkan sakelar dwiarah yang dapat mengalirkan arus

listrik ke kedua arah ketika dipicu (dihidupkan). Ini dapat disulut baik dengan tegangan positif

ataupun negatif pada elektrode gerbang. Sekali disulut, komponen ini akan terus menghantar

hingga arus yang mengalir lebih rendah dari arus genggamnya, misal pada akhir paruh siklus

dari arus bolak-balik. Hal tersebut membuat TRIAC sangat cocok untuk mengendalikan

kalang AC, memungkinkan pengendalian arus yang sangat tinggi dengan arus kendali yang

sangat rendah. Sebagai tambahan, memberikan pulsa sulut pada titik tertentu dalam siklus

AC memungkinkan pengendalian persentase arus yang mengalir melalui TRIAC

(pengendalian fase). Low-Current TRIAC dapat mengontak hingga kuat arus 1 ampere dan

mempunyai maksimal tegangan sampai beberapa ratus volt. Medium-Current TRIACS dapat

mengontak sampai kuat arus 40 ampere dan mempunyai maksimal tegangan hingga 1.

volt

Triac merupakan komponen semikonduktor yang tersusun atas diode empat lapis berstruktur

p-n-p-n dengan tiga p-n junction. Triac memiliki tiga buah elektrode, yaitu : gate , MT1, MT2.

Triac biasanya digunakan sebagai pengendali dua arah ( bi-directional ). Apabila kita akan

menggunakan triac dalam pembuatan perangkat atau sistem kontrol elektronik, ada beberapa

hal yang harus diketahui dalam memilih triac sebagai berikut

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Triac :

 tegangan breakover maju dan mundur

 arus maksimum ( IT maks )

 arus genggam minimum ( Ih min )

 tegangan dan arus picu gate yang diperlukan

 kecepatan pensaklaran

 tegangan maksimum dV/dt

 tegangan blocking triac (VDRM)

Boleh dikatakan SCR adalah thyristor yang uni-directional, karena ketika ON hanya bisa

melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Struktur TRIAC sebenarnya

adalah sama dengan dua buah SCR yang arahnya bolak-balik dan kedua gate-nya

disatukan.Simbol TRIAC ditunjukkan pada gambar-6. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi-

directional ( Dua arah ).

T R I A C b e k e r j a m i r i p s e p e r t i S C R y a n g p a r a l e l b o l a k - b a l i k , s e h i n g g a

d a p a t m e l e w a t k a n a r u s d u a a r a h. S C R , T R I A C j u g a m e r u p a k a n p i r a n t i

t i g a terminal yang digunakan untuk pengaturan daya. Berbeda dengan SCR,

TRIAC dapat mengalirkan arus dalam dua arah. Rangkaian penyulut untuk TRIAC dapat pula

berupa R maupun RC. Untuk mendapatkan pengaturan yang simetris, maka digunakan DIAC.