

Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
Year : 2025 Author : Joaquin, Hinoveva
Typology: Summaries
1 / 3
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Dalam mengembangkan teknik komunikasi CAP (Crisis, Action, Plan) untuk proses bedside handover di ruang gawat darurat, pendekatan ini dirancang untuk meningkatkan efektivitas transfer informasi kritis dengan menyederhanakan alur komunikasi sekaligus mengedepankan penanganan krisis secara cepat dan responsif. Teknik CAP ini diadaptasi dari teknik SBAR dengan fokus utama pada identifikasi kondisi krisis, tindakan segera, serta rencana lanjutan yang terstruktur untuk memastikan kontinuitas perawatan pasien (Roslan & Lim, 2016; , Ahayalimudin et al., 2024;. Pendekatan awal dalam penggunaan teknik CAP melibatkan pembuatan alat (tools) berbentuk panduan dan checklist digital atau cetak. Alat ini harus mencakup tiga bagian utama, yaitu: Crisis (Krisis): Bagian ini berfungsi untuk mengidentifikasi kondisi pasien yang mengindikasikan adanya krisis dengan segera. Informasi yang dikumpulkan meliputi tanda-tanda vital yang abnormal, tingkat keparahan kondisi, dan potensi risiko yang mengancam jiwa atau memperburuk kondisi pasien. Penggunaan parameter-parameter yang terstandardisasi melalui checklist yang mudah diakses akan mengurangi kemungkinan terjadinya komunikasi yang terputus atau salah informasi. Hal ini mendukung konsep bahwa handover yang efektif harus selalu menyampaikan informasi kritis secara tepat waktu untuk menjaga kontinuitas perawatan (Roslan & Lim, 2016; , Ahayalimudin et al., 2024;. Di samping itu, penyusunan bagian Crisis harus mengambil referensi dari literatur tentang manajemen krisis pada sistem kesehatan guna mempercepat respon dalam situasi darurat Paul, 2024; , Veil, 2022). Action (Tindakan): Tahapan ini mendokumentasikan langkah-langkah intervensi atau tindakan yang telah dilakukan sebelum handover terjadi. Informasi mengenai prosedur emergensi, pemberian obat, tindakan resusitasi, atau penanganan awal lainnya perlu dicatat dengan rinci. Dengan menyusun catatan tindakan (action log) yang terintegrasi dalam sistem handover, pihak penerus informasi dapat segera memahami apa yang telah dilakukan sehingga dapat melanjutkan penanganan dengan tepat. Langkah ini juga selaras dengan praktik terbaik dalam komunikasi klinis di ruang gawat darurat yang menekankan pentingnya laporan tindakan yang sudah berlangsung untuk mencegah double handling dan mengurangi kesalahan medis Ahayalimudin et al., 2024; , Manias et al., 2015). Plan (Rencana): Elemen ini berfokus pada strategi lanjutan dan rencana perawatan selanjutnya. Rencana tersebut mencakup evaluasi dan tindak lanjut medis, pemantauan kontinu, serta koordinasi tim untuk tindakan selanjutnya. Bagian Plan harus dirancang sedemikian rupa sehingga seluruh personel kesehatan memahami prioritas tindakan selanjutnya, termasuk rujukan kepada spesialis bila diperlukan. Penyusunan rencana selaras dengan prinsip-prinsip pengelolaan krisis dalam sektor kesehatan yang menekankan penyusunan rencana tindak lanjut yang komprehensif untuk mengatasi
konsekuensi jangka pendek maupun panjang dari sebuah krisis Paul, 2024; , Molchanova, 2022). Adapun rencana kerja implementasi teknik CAP ini dapat dirinci melalui beberapa tahapan strategis: a. Perancangan dan Pengembangan Alat Tim peneliti dan praktisi kesehatan perlu bekerja sama dalam menyusun panduan dan checklist CAP. Pada fase ini, dilakukan kajian literatur serta workshop bersama tenaga medis, khususnya perawat dan dokter di ruang gawat darurat, untuk memastikan bahwa setiap komponen yang termuat telah relevan dan mudah dipahami (Roslan & Lim, 2016; , Ahayalimudin et al., 2024;. Pendekatan partisipatif juga diperlukan untuk menggali masukan dari sudut pandang pasien dan keluarga guna menjaga aspek keamanan dan kerahasiaan informasi Ahayalimudin et al., 2024;. b. Pelatihan dan Simulasi Selanjutnya, dilakukan pelatihan intensif bagi seluruh tim klinis, menggunakan metode simulasi berbasis skenario krisis nyata. Pelatihan harus mencakup latihan penggunaan alat CAP dalam lingkungan simulasi ruang gawat darurat, sehingga tenaga medis dapat memahami serta menginternalisasi langkah-langkah dalam Crisis, Action, dan Plan secara efisien. Simulasi ini juga memberikan kesempatan untuk mengevaluasi kelemahan komunikasi yang dapat terjadi selama handover, sebagaimana telah diidentifikasi dalam laporan kegagalan komunikasi sebelumnya Manias et al., 2015). Teknik simulasi ini sejalan dengan pendekatan pelatihan krisis yang telah diusulkan dalam literatur untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respons cepat Paul, 2024;. c. Implementasi Lapangan dan Evaluasi Setelah pelatihan, penerapan teknik CAP dilakukan secara bertahap di ruang gawat darurat dengan pendampingan oleh fasilitator. Evaluasi lapangan dilakukan melalui pengumpulan data kinerja, survei kepuasan tenaga kesehatan, dan analisis terhadap insiden kesalahan komunikasi. Umpan balik yang diperoleh kemudian digunakan untuk mengadaptasi dan menyempurnakan alat CAP secara berkelanjutan sehingga mampu mengakomodasi dinamika kebutuhan klinis di ruang gawat darurat Ahayalimudin et al., 2024; , Anshasi & Almayasi, 2024; , Manias et al., 2015). d. Dokumentasi dan Peningkatan Berkelanjutan Pengintegrasian teknik CAP ke dalam sistem informasi manajemen rumah sakit akan mendukung proses dokumentasi yang akurat dan real-time. Teknologi digital juga dapat digunakan untuk memonitor implementasi dan efektivitas CAP melalui dashboard yang mengolah data dari setiap bedside handover. Dengan demikian, peningkatan berkelanjutan dapat dilakukan secara sistematis melalui audit internal dan diskusi rutin antar tim Molchanova, 2022), Manias et al., 2015). Kesimpulannya, teknik CAP sebagai pengembangan dari metode SBAR menawarkan struktur yang lebih terintegrasi dengan penekanan khusus pada identifikasi krisis, tindakan cepat, dan perencanaan lanjutan. Integrasi antara alat yang terstandardisasi,