Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Materi perkuliahan ekonomi major, Summaries of Economics

Materi perkuliahan ekonomi major

Typology: Summaries

2023/2024

Uploaded on 03/20/2024

008-intan-rizqi-dwi-istighfarin
008-intan-rizqi-dwi-istighfarin 🇮🇩

1 document

1 / 9

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
Mata Kuliah : EKONOMI KOPERASI DAN UKM
Kelas : 2 BM Manajemen
Pertemuan ke : 5 (lima)
Pokok Bahasan : Konsep Partisipasi Anggota Dalam Koperasi
Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian Partisipasi
2. Arti Pentingnya Partisipasi
3. Cara Meningkatkan Partisipasi
4. Rangsangan Partisipasi
5. Biaya Partisipasi
Target pembelajaran : Mahasiswa mampu menjelaskan konsep partisipasai
anggota dalam koperasi
Disampaikan melalui WEBB : E-learning STIE Mulia Pratama
1. Pengertian Partisipasi Koperasi
Partisipasi anggota merupakan keterlibatan anggota dalam berbagai kegiatan
koperasi baik yang menyangkut kewajiban maupun hak-hak anggota. Partisipasi
anggota ini dapat meliputi partisipasi dalam manajemen organisasi, permodalan,
maupun pemanfaatan potensi dan layanan usaha koperasi.
Partisipasi anggota merupakan salah satu wujud peran serta anggota dalam koperasi.
Menurut Davis dan Newstrom (1989), partisipasi adalah keterlibatan mental dan
emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk
memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan ikut berbagi tanggung jawab atas
tercapainya tujuan tersebut. Dari pengertian tersebut muncul tiga gagasan penting
dalam partisipasi, yaitu keterlibatan, kontribusi dan tanggung jawab.
Partisipasi akan melibatkan mental dan emosional para anggotanya, bukan hanya
melibatkan aktivitas fisik saja, melainkan melibatkan "diri orang itu sendiri".
Keterlibatan di sini lebih bersifat psikologis, sehingga seseorang yang berpartisipasi
dalam koperasi tidak sekadar terlibat dalam tugas-tugasnya, tetapi akan melibatkan
egonya pula. Gagasan kedua yang muncul dalam pengertian partisipasi adalah
adanya motivasi dari para anggota untuk memberikan kontribusi terhadap
perkembangan koperasi. Para anggota diberi kesempatan untuk menyalurkan inisiatif
dan kreativitasnya untuk mencapai tujuan koperasi. Dalam hal ini, partisipasi
merupakan suatu pertukaran sosial dua arah yang melibatkan anggota dengan
koperasi. Gagasan lain yang penting adalah partisipasi akan mendorong para anggota
koperasi untuk menerima tanggung jawab dalam aktivitas organisasi. Apabila para
anggota berbicara tentang organisasi koperasinya, maka mereka akan berkata "kami",
bukan "mereka". Partisipasi telah menjadikan para anggota, pengurus, pengelola, dan
pengawas tidak sekadar pelaksana seperti mesin, namun menjadi perangkat
organisasi yang bertanggung jawab. Di samping itu, para anggota koperasi harus ikut
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup koperasi. Peran serta anggota
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9

Partial preview of the text

Download Materi perkuliahan ekonomi major and more Summaries Economics in PDF only on Docsity!

Mata Kuliah : EKONOMI KOPERASI DAN UKM Kelas : 2 BM Manajemen Pertemuan ke : 5 (lima)

Pokok Bahasan : Konsep Partisipasi Anggota Dalam Koperasi

Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian Partisipasi

  1. Arti Pentingnya Partisipasi
  2. Cara Meningkatkan Partisipasi
  3. Rangsangan Partisipasi
  4. Biaya Partisipasi Target pembelajaran : Mahasiswa mampu menjelaskan konsep partisipasai anggota dalam koperasi Disampaikan melalui WEBB : E-learning STIE Mulia Pratama 1. Pengertian Partisipasi Koperasi Partisipasi anggota merupakan keterlibatan anggota dalam berbagai kegiatan koperasi baik yang menyangkut kewajiban maupun hak-hak anggota. Partisipasi anggota ini dapat meliputi partisipasi dalam manajemen organisasi, permodalan, maupun pemanfaatan potensi dan layanan usaha koperasi. Partisipasi anggota merupakan salah satu wujud peran serta anggota dalam koperasi. Menurut Davis dan Newstrom (1989), partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan ikut berbagi tanggung jawab atas tercapainya tujuan tersebut. Dari pengertian tersebut muncul tiga gagasan penting dalam partisipasi, yaitu keterlibatan, kontribusi dan tanggung jawab. Partisipasi akan melibatkan mental dan emosional para anggotanya, bukan hanya melibatkan aktivitas fisik saja, melainkan melibatkan "diri orang itu sendiri". Keterlibatan di sini lebih bersifat psikologis, sehingga seseorang yang berpartisipasi dalam koperasi tidak sekadar terlibat dalam tugas-tugasnya, tetapi akan melibatkan egonya pula. Gagasan kedua yang muncul dalam pengertian partisipasi adalah adanya motivasi dari para anggota untuk memberikan kontribusi terhadap perkembangan koperasi. Para anggota diberi kesempatan untuk menyalurkan inisiatif dan kreativitasnya untuk mencapai tujuan koperasi. Dalam hal ini, partisipasi merupakan suatu pertukaran sosial dua arah yang melibatkan anggota dengan koperasi. Gagasan lain yang penting adalah partisipasi akan mendorong para anggota koperasi untuk menerima tanggung jawab dalam aktivitas organisasi. Apabila para anggota berbicara tentang organisasi koperasinya, maka mereka akan berkata "kami", bukan "mereka". Partisipasi telah menjadikan para anggota, pengurus, pengelola, dan pengawas tidak sekadar pelaksana seperti mesin, namun menjadi perangkat organisasi yang bertanggung jawab. Di samping itu, para anggota koperasi harus ikut bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup koperasi. Peran serta anggota

koperasi adalah rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab untuk mengembangkan koperasi. Dengan demikian, partisipasi merupakan sebuah proses sosial di mana para anggota koperasi terlibat langsung dalam organisasi dan ingin mewujudkan tujuan atau kepentingan bersama. Sesuai dengan prinsip identitas ganda, maka para anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus sebagai pengguna jasa atau pelanggan bagi koperasi tersebut. Untuk itu Hanel, Alfred (1989) membagi partisipasi anggota koperasi menjadi dua kelompok, yaitu: 1.Partisipasi anggota sebagai pemilik. Partisipasi ini sering disebut dengan partisipasi kontributif, karena para anggota berpartisipasi dengan memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan koperasi, dalam bentuk keuangan, misalnya membayar simpanan-simpanan, pembentukan cadangan dan penyertaan modal (capital resources). Di samping itu, para anggota juga mengambil bagian dalam penetapan tujuan (goal system), ikut serta dalam pengambilan keputusan (decision making), dan ikut serta dalam mengawasi jalannya koperasi (control). 2. Partisipasi anggota sebagai pelanggan. Partisipasi ini sering disebut juga partisipasi insentif, yaitu para anggota koperasi memanfaatkan berbagai potensi atau jasa pelayanan yang diberikan koperasi (services) untuk menunjang berbagai kepentingannya, seperti misalnya: pembelian, penjualan, kredit, produksi, dan lain- lain. Partisipasi anggota dalam pemupukan modal memberikan kekuatan finansial bagi organisasi koperasi. Semakin besar modal yang terkumpul, semakin besar pula peluang untuk memperluas jangkauan usahanya. Koperasi yang bermodal kecil tentu akan mengalami kesulitan dalam bersaing dengan pelaku atau lembaga ekonomi lainnya (tengkulak, pedagang, bank). Partisipasi anggota dalam pembelian lebih ditentukan oleh kesesuaian antara kebutuhan atau keinginan anggota dengan penyediaan barang dan jasa yang dilakukan oleh koperasi. Apabila barang dan jasa yang disediakan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan atau keinginan anggota, maka anggota koperasi tentu tidak akan mau bertransaksi dengan koperasi. Hal ini sama sekali tidak memberikan kontribusi ke arah pertumbuhan pelayanan koperasi. Partisipasi anggota dalam penjualan barang atau jasa pada koperasi sangat tergantung pada saluran distribusi dan biaya pemasaran. Semakin pendek jalur pemasaran dan semakin rendah biaya pemasaran yang bisa ditawarkan oleh koperasi, maka semakin tinggi manfaat (advantage) yang diterima oleh anggota. Dalam kondisi yang demikian, tidak sulit bagi anggota untuk selaluterusaha meningkatkan partisipasinya dalam koperasi. Partisipasi anggota dalam usaha simpan pinjam biasanya dikaitkan dengan biaya transaksi. Dengan adanya prinsip identitas ganda, di mana anggota sebagai pemilik, sekaligus juga sebagai kreditur dan debitur, maka koperasi dalam meyalurkan kreditnya tidak perlu menanggung biaya transaksi yang besar. Biaya-biaya transaksi seperti misalnya: biaya administrasi, biaya informasi, dan biaya pengawasan dapat ditekan serendah mungkin. Hal ini memungkinkan para anggota dapat menikmati jasa pelayanan kredit dengan mudah dan ringan. Determinan Partisipasi Menurut Ropke, Jochen (2000) ada 3 bentuk partisipasi, yaitu: (1) Kesediaan anggota untuk memberikan sumbangan sumber daya ekonomis (economic resources);

Dengan voice, anggota dapat mempengaruhi manajemen koperasi dengan memberikan saran, usul maupun kritik. Dengan vote, anggota dapat mempengaruhi siapa yang akan dipilih sebagai pengurus, pengelola, badan pengawas koperasi, dan lain-lain. Dengan exit, anggota dapat mempengaruhi manajemen dengan meninggalkan (keluar) dari keanggotaan koperasi atau mengurangi partisipasinya terhadap koperasi (menjadi anggota pasif). Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwn partisipasi memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka menunjang pengembangan usaha koperasi, karena tanpa adanya partisipasi anggota akan terjadi penurunan efisiensi dan efektivitas anggota dalam upaya mencapai kinerja koperasi. Hal ini disebabkan oleh karena kebutuhan anggota yang berubah-ubah, terutama tantangan yang datang dari para pesaing, sehingga peningkatan pelayanan koperasi harus selalu disesuaikan dengan informasi yang didapat dari partisipasi anggota.

2. Arti Pentingnya Partisipasi Dalam organisasi koperasi, anggota merupakan salah satu elemen yang menentukan keberhasilan di sebuah Koperasi. Partisipasi anggota dalam koperasi mejadi hal yang sangat penting dalam pencapaian keberhasilan usaha koperasi. Hal ini disebabkan oleh kedudukan anggota yang sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan koperasi. Sebagai pemilik koperasi, anggota harus berupaya mendukung manajemen organisasi dan permodalan koperasi. Anggota koperasi merupakan orang-orang yang berkumpul, bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi melalui perusahaan yang mereka miliki dan mereka kendalikan secara bersama-sama secara demokratis Mengapa anggota bisa menjadi hal yang sangat penting bagi sebuah koperasi? Anggota koperasi adalah pemilik koperasi sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi. Sebagai seorang pemilik, anggota memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam penyertaan modal koperasi dengan membayar simpanan, melakukan pengawasan dan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Rapat Anggota, sedangkan sebagai pengguna jasa atau pelanggan, anggota koperasi wajib untuk memanfaatkan fasilitas, layanan, dan jasa yang disediakan oleh koperasi. Inilah yang menjadikan anggota menjadi hal penting dalam organisasi koperasi. Akan tetapi tidak semua anggota dapat menjalankan perannya untuk berpartispasi secara aktif sebagai seorang pemilik maupun sebagai seorang pelanggan. Bahkan tidak jarang anggota koperasi yang tidak mengetahui peran atau kedudukan yang dimilikinya sebagai anggota koperasi Hal seperti di atas tentunya sangatlah disayangkan mengingat keberhasilan koperasi dilihat dari berapa besar partisipasi anggota dalam menjalankan perannya sebagai anggota Koperasi. Namun, minimnya partisipasi anggota juga tidak secara mutlak merupakan kesalahan anggota dan juga koperasi. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi anggota, salah satunya belum pahamnya anggota terhadap perannya di dalam koperasi atau organisasi koperasinya yang belum dapat memberikan pelayanan atau fasilitas secara maksimal kepada anggota sehingga dapat menimbulkan rasa

“enggan” bagi anggota untuk menjalankan peran anggotanya. Dengan mengetahui faktor

  • faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi anggota, organisasi koperasi dapat menentukan strategi strategi yang dapat merangsang partisipasi anggota dalam menjalankan perannya. Dalam upaya meningkatkan partisipasi anggota dapat digunakan berbagai cara yang tentunya disesuaikan dengan kondisi yang ada pada koperasi tersebut. Salah satu contohnya adalah dengan mengajak anggota untuk terlibat langsung dalam kegiatan- kegiatan di organisasi koperasi, dan juga melibatkan anggota dalam pengambilan keputusan penting di organisasi koperasi. Mengingat betapa pentingnya partisipasi anggota, organisasi koperasi diharapakan tidak lagi menunggu anggota berpartipasi secara aktif akan tetapi organisasi koperasilah yang mengajak langsung anggota untuk berpartisipasi. 3. Cara Meningkatkan Partisipasi Peningkatan partisipasi mutlak diperlukan bagi pengembangan koperasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peningkatan partisipasi berarti mengikutsertakan semua komponen atau unsur yang ada sehingga merasa ikut terlibat di dalam proses pembuatan perencanaan dan pengambilan keputusan. Ada berbagai macam cara untuk meningkatkan partisipasi anggota, yaitu dengan menggunakan materi dan nonmateri. Peningkatan partisipasi dengan menggunakan materi dapat dilakukan melalui pemberian bonus, tunjangan, komisi, insentif dan lain-lain. Peningkatan partisipasi nonmateri yaitu dengan cara memberikan suatu motivasi kepada semua komponen atau unsur yang ada agar terlibat secara langsung dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Pengikutsertaan secara langsung semua komponen atau unsur ini dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada serta tingkat relevansinya. Cara lain untuk meningkatkan partisipasi adalah sebagai berikut (Hendar dan Kusnadi, 1999):
    1. Menjelaskan tentang maksud dan tujuan perencanaan serta keputusan yang akan dikeluarkan.
    2. Meminta tanggapan atau saran tentang perencanaan dan keputusan yang akan dikeluarkan.
    3. Meminta informasi tentang segala sesuatu dari semua komponen dalam usaha membuat keputusan dan mengambil keputusan.
    4. Memberikan kesampatan yang lama kepada semua komponen atau unsur yang ada.
    5. Meningkatkan pendelegasian wewenang. Beberapa cara untuk meningkatkan partisipasi anggota yang termuat dalam buku saku Koperasi dari Departemen Sumber Daya Manusia (2010: 4) adalah melalui :

anggota yang pada akhirnya akan mendorong timbulnya suatu hasil prestasi yang baik dalam pengembangan usaha koperasi.

4. Rangsangan Partisipasi Setiap anggota koperasi akan mengambil keputusan untuk berpartisipasi, terlibat, ikut serta untuk mempertahankan atau memelihara secara aktif hubungannya dengan organisasi koperasi, jika insentif yang diperoleh anggota sama besar atau lebih dari kontribusi yang diberikannya. Sehubungan dengan itu, Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia / SDM (2010: 3) rangsangan partisipasi dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1) Peningkatan pelayanan yang efisien melalui penyediaan barang dan jasa oleh perusahaan koperasi dapat menjadi rangsangan penting bagi anggota untuk ikut memberikan kontribusinya bagi pemupukan modal dan pertumbuhan koperasi. Insentif perangsang yang dikehendaki oleh anggota berkait erat dengan seberapa besar upaya pemenuhan kebutuhan oleh perusahaan koperasi dapat dirasakanoleh anggota secara subyektif yang dapat meningkatkan kepentingan ekonomi atau usaha rumah tangga anggota. 2) Insentif juga dapat dirasakan dalam bentuk layanan barang dan jasa di perusahaan koperasi sama sekali tidak tersedia di pasar atau tidak disediakan oleh lembaga lain. 3) Insentif rangsangan dapat berwujud pelayanan barang dan jasa disediakan dengan harga, kualitas, dan kondisi yang lebih baik, lebih menguntungkan dibandingkan dengan barang dan jasa yang ditawarkan di pasar atau lembaga lain non koperasi. Sebaliknya, jika pelayanan barang dan jasa di koperasi yang tidak memenuhikebutuhan anggota, harga yang lebih tinggi atau dengan kondisi yang lebih buruk daripada yang ditawarkan di pasar atau lembaga nonkoperasi, menyebabkan partisipasi anggota semakin menurun. Koperasi sebagai badan usaha harus memperhatikan kondisi ini sebagai upaya perbaikan layanan, sehingga perbaikan layanan kepada anggota merupakan keharusan bukan beban usaha, agar Partisipasi Anggota semakin besar sehingga anggota semakin memiliki usaha koperasi dan berkontribusi dalam pemanfaatan pelayanan usaha koperasi secara terus menerus. Selain yang disebutkan, ada beberapa perangsang lain bagi kontribusi anggota terhadap koperasi yaitu (Tiktik S.P & Abd. Rachman S., 2002: 60): 1) Kontribusi para anggota dalam pembentukan dan pertumbuhan koperasi dalam bentuk saran keuangan (mungkin sumber daya dan tenaga kerja) akan dinilai oleh para anggota atas dasar biaya opportunitas. 2) Partisipasi dalam penetapan tujuan-tujuan, dalam pembuatan keputusan mengenai berbagai kegiatan, dan dalam pengawasan tata kehidupam koperasinya dapat merupakan suatu insentif atau suatu kontribusi: a) Jika anggota diberi kemungkinan untuk memasukkan tujuantujuannya bagi koperasi menjadi tujuan dari kelompok dan dari organisasi koperasi, maka ia anggap kesempatan partisipasi tersebut sebagai perangsang (insentif-manfaat). b)

Jika partisipasinya dalam rapat-rapat dan diskusi-diskusi kelompok memakan waktu dan biaya, maka para anggota akan mempertimbangkan biaya opportunitasnya (kontribusi). Kecakapan/kemampuan anggota sehubungan dengan partisipasi efektif dalam koperasi, ditinjau dari peran anggota sebagai pemilik (Tiktik S.P & Abd. Rachman S., 2002: 60) yaitu :

  1. Kesediaannya untuk bekerjasama dan kesiapannya untuk mengubah perilaku tradisional dan ikut serta dalam suatu organisasi swadaya yang inovatif dan berorientasi pada anggota
  2. Sumber daya yang tersedia padanya untuk memberi kontribusinya pada pembentukan perusahaan koperasi
  3. Tingkat pendidikannya dan informasi yang dibutuhkannya agar mampu turut serta secara aktif dalam diskusi-diskusi dan keputusankeputusan yang berhubungan dengan penetapan sasaran, perumusan kebijakan, dan pengendalian atas prestasi perusahaan koperasi.

5. Biaya Partisipasi Partisipasi merupakan suatu alat untuk lebih memuaskan kebutuhan anggota. Dalam argumen ini, masalah biaya partisipasi mungkin akan menjadi masalah yang diperdebatkan, bahwa semakin tinggi partisipasi akan semakin tinggi pula kesejahteraan anggotanya. Tetapi, argumen ini akan berlaku hanya jika untuk berpartisipasi itu tidak memerlukan biaya, atau dengan kata lain, tidak menghabiskan sumber daya apapun. Biaya partisipasi adalah biaya yang timbul sebagai dampak keikutsertaan anggota dalam pengelolaan koperasi. Biaya ini tidak saja termasuk biaya penyelenggaraan rapat dan biaya perjalanan dalam rangka partisipasi, tetapi juga biaya oportunitas (opportunity cost) karena ada partisipasi. Biaya partisipasi tergantung pada waktu, energi, dan sumber-sumber daya langsung yang digunakan oleh anggota, manajemen, dan pemimpin koperasi untuk berpartisipasi dalam koperasinya. Besarnya manfaat yang tercipta tergantung dari tingkat partisipasi, tetapi di lain pihak partisipasi juga memerlukan penggunaan sumber-sumber daya penting, sehingga koperasi sebagai perusahaan yang membutuhkan partisipasi intensif mungkin menghadapi hambatan persaingan dalambentuk biaya transaksi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga- lembaga lainnya. Faktor-faktor yang menentukan biaya (penggunaan sumber daya) untuk berpartisipasi ada tiga yaitu: 1) Ukuran koperasi 2) Heterogenitas (kemajemukan) anggota 3) Jumlah fungsi koperasi yang bersangkutan.