










Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
1.Memahami teori-teori tektonik lempeng dan untuk mengetahui apa pendapat para ahli mengenai hal tersebut. 2. Mengetahui proses tektonisme yang terjadi di Indonesia dan apa pengaruhnya bagi kehidupan. 3. Mengetahui pergerakan yang terjadi pada lempeng bumi.
Typology: Study Guides, Projects, Research
1 / 18
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Makalah Bahasa Indonesia Tektonika lempeng Disusun oleh : Deddi Riswanto Makasaehe NIM : H Prodi : Geofisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
Kata Pengantar Puji syukur dipanjatkan kehadirat TYME yang telah melimpahkan hikmat dan karuniaNya, sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan maksimal. Saya berterima kasih kepada dosen Bahasa Indonesia, bapak M. Dalyan yang telah memperkenankan saya untuk menyusun makalah ini. Harapan saya adalah kiranya makalah ini dapat menambah pengetahuan masyarakat umum, terutama kalangan pelajar agar bisa memahami teknonika lempeng yang ada di Indonesia. Sehingga, semua orang menjadi peka terhadap berbagai aktivitas tektonik yang akhir-akhir ini sering terjadi di negara kita. Sehingga semua orang memiliki prospektif yang benar tentang hal tersebut. Akhirnya, kritik dan saran sangat diperlukan untuk memperbaiki makalah ini sehingga kedepannya mampu berkontribusi secara maksimal dalam pembangunan sumber daya manusia dan IPTEK. Makassar, 09 Desember 2018 Deddi R. Makasaehe
I.1 Latar Belakang Bumi merupakan planet yang memungkinkan manusia untuk melangsungkan hidupnya. Secara fisik, bumi terdiri dari daratan dan lautan yang mencakup pegunungan, dataran, palung laut, dan lain sebagainya. Keanekaragaman bentuk permukaan bumi tersebut tidak terbentuk secara instan, melainkan melalui proses yang sangat panjang dan dengan kurun waktu yang lama. Bumi akan terus melakukan evolusi hingga mencapai titik jenuhnya. Kapan waktu tersebut terjadi? tidak satupun orang yang bisa memastikan dengan tepat. Keindahan bentuk permukaan bumi disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah proses Tektonisme lempeng. Proses ini berkaitan dengan pergerakan lempeng bumi yang terus melakukan aktivitasnya. Hal ini yang mengakibatkan lipatan dan patahan terhadap kulit bumi. Lipatan dan patahan berpengaruh terhadap bentuk muka bumi di berbagai belahan dunia. Tidaklah heran, jika dalam satu Negara banyak memiliki ketampakan alam yang beragam. Seiring berjalannya waktu, lempeng bumi terus bergerak dengan pergerakan yang lambat. Pergerakan tersebut salah satunya memicu terjadinya gempa bumi, apalagi Negara Indonesia diapit oleh 3 lempeng besar. Lempeng tersebut, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Autralia dan lempeng Pasifik, sehingga Indonesia rawan dengan aktivitas tektonik maupun vulkanik. Berbagai gempa bumi dan gunung meletus yang sering terjadi di Indonesia adalah konsekuensi dari tektonika lempeng tersebut. Oleh karena itu, memahami tektonika lempeng sangat penting sehingga kita mampu menganalisa dan memiliki perspektif yang benar terhadap tektonisme bahkan mampu untuk melakukan mitigasi terhadap dampak yang akan ditimbulkan dari pergerakan lempeng bumi.
I.2 Rumusan Masalah
II.1.2 Teori Pengapungan Benua Sebelum teori tektonik lempeng lahir, terlebih dahulu Alfred Wegener mengemukakan teori pengapungan benua pada tahun 1912. Teori pengapungan benua menerangkan bahwa benua-benua yang ada sekarang dulunya merupakan satu benua yang bernama Pangea. Kemudian Pangea pecah menjadi Laurasia dan Gondwana, yang terus-menerus pecah menjadi benua-benua yang kita kenal sekarang ini. Bukti-bukti yang mendukung teori ini adalah adanya kesamaan spesies fosil dan kesamaan garis pantai di Amerika Selatan dan Afrika, kemudian adannya deposit batubara di Antartika yang dapat menjelaskan bahwa dahulu Antartika pernah berada dekat dengan ekuator karena batubara mencirikan fosil tanaman tropis. Tapi sayangnya, teori ini tidak diterima oleh kebanyakan orang karena tidak bisa menjelaskan gaya-gaya yang menggerakan benua-benua yang besar dengan masa batuan padat dan dengan jarak yang begitu jauh. Alasan selanjutnya adalah benua harusnya pecah berkeping-keping ketika benua bergerak di atas lantai samudra. Karena sebab itulah teori pengapungan benua mulai dilupakan. Gambar 2.2 Teori apungan benua Gambar 1 – Perkembangan Pergerakan Benua.
Pada awal tahun 1950-an, banyak bukti yang timbul yang membangkitkan kembali debat tentang teori pengapungan benua yang menjadi formulasi dari teori tektonik lempeng. Bukti yang pertama adalah fakta bahwa dasar samudra itu tidak datar. Di Atlantik Tengah terdapat pegunungan bawah laut, dan umur batuan yang muda. Bukti yang kedua adalah adanya pengulangan pembalikan medan magnet bumi pada masa lalu. Ilmuwan memakai peralatan magnetis yang secara tidak sengaja menemukan keganjilan variasi magnetik di sepanjang dasar samudra. Variasi magnetik ini terekam oleh batuan dasar samudra, yaitu basalt. Basalt mengandung banyak unsur besi yang merupakan unsur pembentuk dasar samudra karena mengandung mineral magnetit. Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata terdapat dua sifat magnetik batuan, yaitu kutub normal dan kutub berlawanan. Batuan dengan kutub normal membaca arah kutub magnet bumi yang sama dengan saat ini, yaitu jarum kompas utara mengarah ke kutub utara bumi. Sedangkan batuan dengan kutub berlawanan, membaca arah kutub mineral yang berlawanan dengan kutub magnet saat ini. Mekanisme perekamannya adalah ketika magma keluar di dasar laut dan mendingin, serbuk magnetik yang ada pada batuan mensejajarkan diri dengan arah magnet bumi pada saat itu dan kemudian terkunci. Gambar 2.3 Pola Magnetik Bumi
Patahan yaitu pergeseran antara dua blok batuan baik secara mendatar, ke atas, maupun relatif ke bawah blok lainnya. Patahan ini merupakan perpanjangan gaya yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan lempeng utama yang akan mempengaruhi kekuatan batuan yang dilewatinya sehingga menyebabkan batuan- batuan menjadi rapuh dan mudah mengalami erosi. Menurut Katili (1980), konsep Tektonik Lempeng yang telah diterapkan di busur kepulauan Indonesia oleh beberapa peneliti seperti Hatherton & Dickinson, 1969 ; Fitch, 1970 ; Fitch & Molnar, 1970 ; Hamilton. 1970, 1971, 1972, dan Katili, 1971. Penelitian ini menjelaskan berbagai fenomena geologi dan geofisika serta mempermudah dalam memahami Indonesia. Selain itu juga digunakan untuk memprediksi penyebaran dan umur batuan. Gambar 2.4 Indonesia yang diapit beberapa lempeng Konsep baru tektonik global telah memperkenalkan bahwa kerak bumi sebagai suatu lempeng yang bersift rigid yang masing-masing bergerak satu dengan yang lainnya (Isack dkk,1968; Le Pichon, 1968 ; Morgan,1968 ; dll, dalam Katili, 1980). Deformasi dari kerak batuan bisa berupa lipatahan, patahan, atau kekar-kekar yang banyak dijumpai di antara batas lempeng. Katili (1980), berdasarkan peneliti terdahulu (Hamilton, 1970; dan Dickinson, 1971), memaparkan bah-wa model tektonik lempeng pada busur kepulauan Indonesia
telah di-rekonstruksi, menghasilkan sistem 2 busur kepulauan. Model tektonik lempeng di timur Indonesia memperlihatkan kesamaan dengan yang ada di barat, kecuali tidak adanya foreland basin di belakang busur kepulauan. Model di timur Indonesia menunjukkan struktur yang lebih kompleks, dapat dilihat dari bentuk inter-arc basin , busur ketiga, dan cekungan laut dalam. Model seperti ini telah dipaparkan oleh Karig (1971, dalam Katili, 1980) yang menunjukkan bahwa batas cekungan, disebut inter-arc basin , dihasilkan dari mekanisme pull-apart. Karena adanya pergerakan lempeng tektonik aktif, Indonesia memiliki sejumlah besar aktivitas kegempaan. Artinya, di Indonesia terdapat banyak gunung api aktif dan gempa bumi dahsyat dan tsunami juga dapat terjadi, dan ini bisa sangat berbahaya bagi kehidupan kita. Kita menyebut semua hal ini sebagai potensi bahaya geologi. Karena kita tidak bisa menghentikan proses yang sangat dahsyat ini, kita harus bisa beradaptasi, mempersiapkan dan melindungi diri kita sendiri. Semuanya ini tergantung di mana dan bagaimana kita hidup. Di Indonesia, pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan peringatan kepada kita dan jika perlu, mengevakuasi kita ke tempat-tempat yang aman. Pemerintah kita juga telah membuat undang-undang untuk mencegah orang-orang tinggal di tempat-tempat yang sangat berbahaya. Selain itu, pemerintah telah mengeluarkan instruksi tentang bagaimana membangun rumah yang akan lebih kuat dan aman saat gempa bumi. Kita semua harus tahu tentang aturan-aturan ini dan memastikan bahwa mereka mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal penting lainnya adalah bahwa setiap orang harus mengetahui bagaimana bertindak tepat ketika bencana terjadi. Kita menyebutnya preparedness atau kesiapsiagaan. Tentu saja, jenis kesiapsiagaan ini berbeda-beda di setiap tempat, dan tidak selalu sama untuk semua jenis bahaya.
II.3.2 Penyebab pergerakan lempeng Kebanyakan ilmuwan setuju dengan teori yang menyatakan bahwa aliran konveksi pada astenosfer yang panas dan lunak yang menyebabkan bergeraknya lempeng. Batuan di bawah lempeng dipercaya bergerak melingkar yang disebut aliran konveksi. Aliran konveksi terjadi ketika air yang panas naik ke permukaan, kemudian menyebar hingga panasnya turun, dan karena panasnya turun, maka bergerak lagi ke bawah, kemudian memanas lagi, lalu naik lagi ke permukaan. Konveksi terjadi karena ada sumber panas. Sumber panas yang ada di dalam bumi ada dua, yaitu uraian radio-aktif dan sisa-sisa panas. Ketika inti sel dari sebuah isotop kehilangan partikel-partikel, maka akan terbentuk sebuah isotop baru. Proses inilah yang menyebabkan keluarnya energi dalam bentuk panas yang disebut penguraian radioaktif. Panas yang dihasilkan akan berpindah ke permukaan bumi dengan lambat. Sumber panas yang kedua adalah sisa-sisa panas. Hal tersebut adalah energi gravitasi yang tertinggal pada waktu pembentukan bumi. Ada pendapat yang menyatakan bahwa pembentukan relief yang ada di muka bumi dikontrol oleh subduksi. Hal ini dijadikan sebagai mekanisme yang lebih penting. Di mekanisme ini, peran gravitasi lah yang membantu saat meleburkan salah satu lempeng yang menunjam. Gaya ini disebut slab pull yang sampai saat dipertimbangkan sebagai gaya yang menyebabkan lempeng tektonik bergerak.
III.1 Kesimpulan