Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Law...is first developed by custom and popular faith, next by judicial decisions -, Quizzes of Law

Secara genealogis Savigny adalah keturunan dari keluarga bangsawan Huguenot dari Lorraine, Prancis yang hijrah ke Jerman pada tahun 1730 karena menghindari intoleransi kaum Katolik. Nama keluarga Savigny diturunkan dari nama sebuah kastil, “Castle of Savigny” di lembah sungai Moselle, Jerman. Savigny lahir pada 21 Februari 1779 di Frankfurt dari ayah seorang Lutherian dan ibu yang seorang Calvinist.

Typology: Quizzes

2020/2021

Available from 12/27/2021

risaahwang
risaahwang 🇮🇩

15 documents

1 / 18

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
Nama : Anissa Marisa
NIM : 211017400024
Kelas : 01S2HM001
Dosen Pengampu : Dr. Yoyon M Darusman, S.H., M.H.
Mata Kuliah : Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum
Law...is first developed by custom and popular faith, next by judicial decisions -
everywhere, therefore, by internal, silently operating powers, not by the arbitrary will of
a law-giver.
Friedrich Karl von Savigny (1779-1861) adalah ahli hukum Jerman yang juga dianggap
sebagai salah satu Bapak hukum Jerman. Savigny adalah tokoh mazhab sejarah
(historical school jurisprudence) yang dikembangkannya pada paruh pertama abad ke-
19. Dia juga dianggap sebagai pelopor kajian mengenai relasi antara perkembangan
hukum dan social. Sebagai seorang pemikir hukum yang senantiasa kreatif dalam
membuat terobosan-terobosan (trail-blazing legal scientist), Savigny memberikan
kontribusi penting dalam perkembangan ilmu hukum dan bahkan terhadap ilmu sosial.
Dari sekian banyak kontribusinya antara lain teorinya mengenai kontinuitas antara
institusi hukum saat ini dengan institusi hukum masa lalu, meletakkan fondasi bagi
kajian sosiologi hukum, dan menegaskan mengenai urgensi metode historis dalam
kajian hukum.
1
Savigny dalam beberapa hal terpengaruh oleh pemikiran filsuf Inggris Edmund Burke
(1729-1797). Dalam bukunya, Reflections on the Revolution in France (1790) Burke
menggunakan pendekatan yang konservatif terhadap perubahan sejarah di Prancis dan
menekankan pentingnya keberlanjutan historis dan meyakini bahwa masyarakat tidak
akan bisa mewariskan sesuatu kepada generasinya apabila tidak pernah menoleh
kepada jejak historis leluhurnya. Johann GoNried von Herder (1744-1803) filsuf dan
sejarawan Jerman lainnya menekankan pentingnya tradisi atau tradisi kultural. Dalam
konteks ini pemikiran Savigny disinyalir sebagai adonan dari pemikiran Gustav Hugo
mengenai pendekatan sejarah terhadap hukum, pendekatan politik konservatif dari
Burke, dan gagasan Herder mengenai budaya bangsa. Atas dasar itu, Savigny kemudian
melahirkan pengertian tentang hukum yang terkenal sampai saat ini yaitu, “Das Recht
wird nicht gemacht est ist und wird mit dem volke” (hukum itu tidak dibuat melainkan
tumbuh dan berkembang dalam jiwa bangsa).
1
Hukum yang berlaku secara universal, sebab dalam refleksi historisnya diketahui bahwa hukum itu
tumbuh secara alamiah di masyarakat dan tidak dibuat secara sengaja
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe
pff
pf12

Partial preview of the text

Download Law...is first developed by custom and popular faith, next by judicial decisions - and more Quizzes Law in PDF only on Docsity!

NIM : 211017400024

Kelas : 01S2HM Dosen Pengampu : Dr. Yoyon M Darusman, S.H., M.H. Mata Kuliah : Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum

Law...is first developed by custom and popular faith, next by judicial decisions -

everywhere, therefore, by internal, silently operating powers, not by the arbitrary will of

a law-giver.

Friedrich Karl von Savigny (1779-1861) adalah ahli hukum Jerman yang juga dianggap sebagai salah satu Bapak hukum Jerman. Savigny adalah tokoh mazhab sejarah (historical school jurisprudence) yang dikembangkannya pada paruh pertama abad ke-

  1. Dia juga dianggap sebagai pelopor kajian mengenai relasi antara perkembangan hukum dan social. Sebagai seorang pemikir hukum yang senantiasa kreatif dalam

membuat terobosan-terobosan (trail-blazing legal scientist), Savigny memberikan kontribusi penting dalam perkembangan ilmu hukum dan bahkan terhadap ilmu sosial. Dari sekian banyak kontribusinya antara lain teorinya mengenai kontinuitas antara institusi hukum saat ini dengan institusi hukum masa lalu, meletakkan fondasi bagi kajian sosiologi hukum, dan menegaskan mengenai urgensi metode historis dalam kajian hukum. 1

Savigny dalam beberapa hal terpengaruh oleh pemikiran filsuf Inggris Edmund Burke (1729-1797). Dalam bukunya, Reflections on the Revolution in France (1790) Burke menggunakan pendekatan yang konservatif terhadap perubahan sejarah di Prancis dan

menekankan pentingnya keberlanjutan historis dan meyakini bahwa masyarakat tidak akan bisa mewariskan sesuatu kepada generasinya apabila tidak pernah menoleh kepada jejak historis leluhurnya. Johann GoNried von Herder (1744-1803) filsuf dan sejarawan Jerman lainnya menekankan pentingnya tradisi atau tradisi kultural. Dalam konteks ini pemikiran Savigny disinyalir sebagai adonan dari pemikiran Gustav Hugo mengenai pendekatan sejarah terhadap hukum, pendekatan politik konservatif dari Burke, dan gagasan Herder mengenai budaya bangsa. Atas dasar itu, Savigny kemudian melahirkan pengertian tentang hukum yang terkenal sampai saat ini yaitu, “Das Recht wird nicht gemacht est ist und wird mit dem volke” (hukum itu tidak dibuat melainkan

tumbuh dan berkembang dalam jiwa bangsa).

(^1) Hukum yang berlaku secara universal, sebab dalam refleksi historisnya diketahui bahwa hukum itu tumbuh secara alamiah di masyarakat dan tidak dibuat secara sengaja

NIM : 211017400024

Kelas : 01S2HM Dosen Pengampu : Dr. Yoyon M Darusman, S.H., M.H. Mata Kuliah : Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum

Mazhab sejarah yang kemudian menjadi sangat lekat dengan Savigny tidak menjadikan hukum sebagai sesuatu yang statis atau bahkan ketinggalan zaman (old fashion). Hukum senantiasa dinamis, karena ia produk dari spirit dan jiwa suatu bangsa yang senantiasa berubah dan dinamis. Bagi Mazhab sejarah, hukum terbentuk lewat mekanisme yang bersifat bottom up (dari bawah ke atas), bukan top down (atas ke bawah). Hukum adalah bagian dari sejarah. Hukum adalah nilai yang berakar dari jiwa suatu bangsa. Hukum bukan nilai yang dicangkokkan secara arbiter (semena-mena).^2

Atas dasar itulah Savigny melontarkan konsep volksgeist (jiwa bangsa) ketika menggali hukum suatu bangsa. Dengan demikian, mazhab sejarah sejatinya bukan ekslusif milik Jerman. Mazhab sejarah ada di Inggris, Amerika, dan juga Indonesia dan Savigny adalah tokoh dan bapak mazhab sejarah hukum Jerman.

Sketsa Biografis

Secara genealogis Savigny adalah keturunan dari keluarga bangsawan Huguenot dari Lorraine, Prancis yang hijrah ke Jerman pada tahun 1730 karena menghindari intoleransi kaum Katolik. Nama keluarga Savigny diturunkan dari nama sebuah kastil,

“Castle of Savigny” di lembah sungai Moselle, Jerman. Savigny lahir pada 21 Februari 1779 di Frankfurt dari ayah seorang Lutherian dan ibu yang seorang Calvinist. Pada usia 13 tahun Savigny telah menjadi yatim piatu yang kemudian dibesarkan oleh walinya yang bernama M. De Neurath yang juga merupakan sahabat baik ayahnya, seorang pengacara Jerman terkenal pada masanya. Pada usia 15 tahun Savigny dan anak dari walinya dimasukkan ke lembaga pendidikan yang sangat disiplin untuk belajar ilmu hukum, hukum internasional, hukum Romawi dan hukum Jerman.^3

(^2) Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh pengadilan negeri atau oleh lembaga arbitrase, Untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesainnya melalui arbitrase. 3 Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala internasional. Hukum Romawi yang dikenal juga dengan istilah Civil Law atau Hukum Sipil. Hukum sipil dapat didefinisikan sebagai suatu tradisi hukum yang berasal dari Hukum Roma yang terkodifikasi dalam corpus juris civilis justinian dan tersebar ke seluruh benua Eropa dan seluruh dunia. Sistem hukum

NIM : 211017400024

Kelas : 01S2HM Dosen Pengampu : Dr. Yoyon M Darusman, S.H., M.H. Mata Kuliah : Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum

SUBSTANSI DAN PERKEMBANGAN AJARAN MADZAB SEJARAH

Inti ajaran Madzab Sejarah yang didirikan oleh Savigny ini terdapat dalam bukunya 'von Beruf Ungerer Zeit fur Gesetzgebung und Rechtswissenschaft (Tentang Tugas Zaman Kita Bagi Pembentuk Undang-undang dan Ilmu Hukum). antara lain dikatakan: 'Das Recht wird nicht gemacht. est ist und wird mit dem volke (Hukum itu tidak dibuat. tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat) (Lili Rasjidi. 1996: 69).

Latar belakang pendapat Savigny di atas timbul karena keyakinannya bahwa dunia yang terdiri dari bermacam-macam bangsa itu mempunyai volgeist (jiwa rakyat) yang berbeda-beda yang tampak dari perbedaan kebudayaan. Ekspresi itu juga tampak pada hukum yang sudah barang tentu berbeda pula pada setiap tempat dan waktu. Isi hukum yang bersumber dari pada jiwa rakyat itu ditentukan oleh pergaulan hidup manusia dari masa ke masa (sejarah). Hukum menurut pendapat Savigny berkembang dari suatu masyarakat yang sederhana yang pencerminannya tampak dalam tingkah laku semua individu kepada masyarakat yang modern dan kompleks dimana kesadaran hukum rakyat itu tampak pada apa yang diucapkan oleh para ahli hukumnya (Lili Rasjid 1996: 70).

Pokok-pokok ajaran madzab historis yang diuraikan Savigny dan beberapa pengikutnya dapat disimpulkan sebagai berikut (W.Friedman, 1994: 61, 62).

  1. Hukum ditemukant tidak dibuat. Pertumbuhan hukum pada dasarnya adalah proses yang tidak disadari dan organis;oleh karena itu perundang-undangan adalah kurang penting dibandingkan dengan adat kebiasaan.
  2. Karena hukum berkembang dari hubungan-hubungan hukum yang mudah dipahami dalam masyarakat primitif ke hukum yang lebih kompleks dalam peradaban modern kesadaran umum tidak dapat lebih lama lagi menonjolkan dirinya secara langsung, tetapi disajikan oleh para ahli hukum yang merumuskan prinsip-prinsip hukum secara teknis.

NIM : 211017400024

Kelas : 01S2HM Dosen Pengampu : Dr. Yoyon M Darusman, S.H., M.H. Mata Kuliah : Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum

  1. Tetapi ahli hukum tetap merupakan suatu organ dari kesadaran umum terikat pada tugas untuk memberi bentuk pada apa yang ia temukan sebagai bahan mentah (Kesadaran umum ini tampaknya oleh Scholten disebut sebagai kesadaran hukum). Perundang-undangan menyusul pada tingkat akhir; oleh karena ahli hukum sebagai pembuat undang-undang relatif lebih penting daripada pembuat undang-undang.

Undang-undang tidak dapat berlaku atau diterapkan secara universal. Setiap masyarakat mengembangkan kebiasaannya sendiri karena mempunyai bahasa adat-istiadat dan konstitusi yang khas. Savigny menekankan bahwa bahasa dan hukum adalah sejajar juga tidak dapat diterapkan pada masyarakat lain dan daerah-daerah lain. Volkgeist dapat dilihat dalam hukumnya oleh karena itu sangat penting untuk mengikuti evolusi volkgeist melalui penelitian hukum sepanjang sejarah. Selanjutnya jika pokok-pokok ajaran madzab sejarah itu ditampilkan dalam suatu matriks akan tampak seperti pada tabel-1 berikut ini:

a. Penolakan hukum tertulis (perundang-undangan)

Yang dimaksud sebagai hukum bagi madzab sejarah ini adalah hukum kebiasaan tidak tertulis yang berkembang pada masyarakat sebagai pengejawantahan dari sistem nilai. Dengan demikian, satu-satunya sumber hukum menurut madzab ini adalah kesadaran hukum masyarakat (Sudikno Mertokusumo, 1986: 100). Konkretisasi dari kesadaran hukum tersebut sebagai norma yang mengikat masyarakatnya tampak pada aturan-aturan tidak tertulis. Sikap seperti itu menegasikan perubahan masyarakat. 0leh karena itu, Savigny menentang perubahan hukum. 4

4 Hukum harus berubah seiring berubahnya pola tingkah laku dalam masyarakat, dan perubahan tersebut harus diatur oleh hukum agar tercipta ketertiban dan kedamaian.

NIM : 211017400024

Kelas : 01S2HM Dosen Pengampu : Dr. Yoyon M Darusman, S.H., M.H. Mata Kuliah : Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum

Konsekuensinya. tidak ada ukuran tentang isi hukum yang berlaku obyektif yang dapat diterima setiap orang secara ilmiah (Sudikno Mertokusumo. 1986: 100). Selanjutnya, konsep jiwa masyarakat dalam madzab ini tidak dapat menunjukkan secara jelas bagaimana isi dan ruang lingkupnya. sehingga amat sulit melihat fungsi dan perkembangannya sebagai sumber utama hukum menurut madzab ini. Pendeknya Friedman (1994: 59) mengatakan bahwa konsep itu masih terlalu umum.

c. Inkonsistensi jiwa rakyat sebagai sumber hukum

Savigny menyebutkan bahwa hukum yang baik adalah yang bersumber dari jiwa rakyat tetapi dalam sebuah tulisannya yang lain, yang membahas tentang Hukum Romawi, dia mengatakan bahwa Hukum Romawi merupakan hukum terbaik (Lili Rasjidi, 1991: 49). Studi Savigny yang mendalam atas Hukum Romawi menjelaskan pada dirinya bahwa perkembangan Hukum Romawi merupakan contoh penuntun hukum yang bijaksana yang membentuk hukum melalui adaptasi bertahap bagi zaman-zaman sebelum "corpus yuris" membentuk kodefikasi yang final (W.Friedman, 1994: 62). Ada dua hal yang tersirat dari uraian di atas, yakni: a. ketidakjelasan makna dan fungsi jiwa rakyat; b. kodefikasi merupakan "tindakan final" dari suatu upaya memformulasikan hukum, yang berarti akhirnya, sikap anti anti Savigny terhadap kodefikasi tampaknya sudah diperluwes.

NIM : 211017400024

Kelas : 01S2HM Dosen Pengampu : Dr. Yoyon M Darusman, S.H., M.H. Mata Kuliah : Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum

Savigny dan Kontroversi Kodifikasi Hukum Jerman

Kodifikasi hukum telah dipraktikkan oleh berbagai negara ketika menyusun sistem hukumnya. Model kodifikasi yang paling terkenal dan berpengaruh adalah apa yang dilakukan oleh Napoleon di Perancis yang terkenal dengan sebutan Code Napoleon (1804). Sistem kodifikasi ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan sistem hukum Eropa kontinental dan Amerika Latin.

Perbedaan antara sistem hukum Eropa kontinental (Civil Law) dengan Common Law bersifat ideologis. Common Law didasarkan kepada doctrine of precedent, bersifat gradual, dan menyeimbangkan antara tradisi dan nalar (tradition and reason). Sementara sistem civil law yang direpresentasikan oleh Code Napoleoan di Perancis bersifat radikal dan utopis hyper-rasionalis. 7

Dalam konteks ini Perancis secara radikal menghapus sistem hukum lama dengan hukum yang benar-benar baru yang dikemas dalam bentuk kodifikasi hukum. Sejarah dianggap sebagai sesuatu yang tidak relevan dalam memformulasikan, menafsirkan, dan mengaplikasikan hukum Perancis. Hukum harus secara murni berasal dari pikiran

manusia (pure reason).^8

Sebuah maksim radikal yang senantiasa dikutip adalah: “I know nothing of the civil law:

I know only the Code Napoleon”. Secara teoritis, kodifikasi hukum ala Code Napoleon

bersifat komplit, koheren, dan secara nyata mereduksi hukum menjadi hanya hukum tertulis. Hal tersebut dikarenakan kewenangan membuat hukum hanya diberikan secara ekslusif kepada badan legislatif, hakim tidak dapat melihat hukum di luar undang-undang. Fungsi dan tugas hakim menjadi benar- benar bersifat mekanis.

(^7) Nazi and Soviet totalitarianism had something of this crazed hyper-rational quality as did the Cold War nuclear suicide pact of mutually. 8 Unifikasi merupakan penyatuan hukum yang berlaku secara nasional atau penyatuan pemberlakuan hukum secara nasional, sedangkan kodifikasi adalah pembukuan hukum dalam suatu himpunan undang- undang dalam materi yang sama.

NIM : 211017400024

Kelas : 01S2HM Dosen Pengampu : Dr. Yoyon M Darusman, S.H., M.H. Mata Kuliah : Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum

Argumentasi Savigny diungkapkan dengan baik oleh Vaughan Hawkins sebagaimana dikutip oleh Charles Curtis sebagai berikut: “...Savigny was said to have preferred the Roman Law because it was ‘neither too plain nor too osbcure, but expressed in a sort of middling obsurity’... ‘auf einem schmalen Raume mittlemassiger Dunkelheit’(pada ruang sempit kegelapan pun tidak terlalu besar).^9

Pada tahun 1815 Savigny mempublikasikan volume pertama bukunya yang berjudul Geschichte des Römischen Rechts im Mittelalter (Sejarah Hukum Romawi pada Abad

Pertengahan). Volume ke-6 dan terakhir buku ini tidak pernah terbit sampai tahun 1831, karena Savigny sakit. Isu utama yang diangkat dalam buku ini adalah apakah hukum Romawi yang akan diadaptasi kedalam hukum Jerman itu sudah memenuhi kebutuhan masyarakat Jerman.

Savigny melakukan penelusuran terhadap perkembangan hukum Romawi kuno sampai kemudian diadaptasi ke dalam hukum Eropa modern.

Dia bermaksud untuk membuktikan bahwa transformasi hukum Romawi ke dalam hukum Jerman harus ditelusuri sampai kepada akar sejarahnya dengan menelusuri

sejarah perkembangan hukum Romawi sejak awal. Savigny juga memperlihatkan bahwa aktivitas para ahli hukum merupakan salah satu komponen penting dalam sejarah hukum dan oleh karenanya terdapat hubungan yang erat antara sejarah hukum dengan sejarah masyarakatnya. Dalam hal ini Savigny sangat menekankan kajiannya pada keberlanjutan sejarah suatu doktrin hukum daripada hubungan antar doktrin hukum.^10

(^9) “Adalah kesalahan besar untuk mencoba secara sadar membangun dan ideal, kode hukum yang mencakup semua, yang setiap orang dipaksa untuk tunduk. Intelektual tidak memiliki kemampuan untuk membangun sistem hukum yang manusiawi dan dapat diterapkan dengan cara seperti itu”. (^10) Suatu pernyataan yang dituangkan kedalam bahasa oleh semua ahli hukum. dan hasil pernyataannyapun disepakati oleh seluruh pihak.

NIM : 211017400024

Kelas : 01S2HM Dosen Pengampu : Dr. Yoyon M Darusman, S.H., M.H. Mata Kuliah : Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum

Selanjutnya Savigny menulis buku System des Heutigen Römischen Rechts (Sistem Hukum Romawi Modern) yang berisi teori Savigny mengenai hukum perdata internasional. Namun, buku ini tidak hanya berisi teks hukum Romawi saja, tapi juga sistem hukum yang telah diadaptasi untuk masyarakat Jerman dan telah dimodifikasi oleh institusi-institusi Jerman. Dengan usahanya ini Savigny hendak membuktikan bahwa hukum Romawi berakar dan tumbuh dalam masyarakat Eropa modern. Singkat kata, apa yang dikerjakan Savigny tidak lain adalah usahanya untuk menjadikan hukum kebiasaan Romawi (Roman Gemeinsrecht) sebagai hukum Jerman.^11

Savigny dan Undang-Undang

Undang-undang atau tepatnya Kitab Undang-Undang (Code) sebagaimana yang dipraktikkan oleh Perancis yang disebut dengan Code Napoleon menurut Savigny adalah sesuatu yang sia-sia, barang mentah, dan berbahaya. Untuk menyusun suatu kitab undang-undang, diperlukan keahlian dalam bidang hukum (legal skill), memerlukan kehadiran para profesional bidang hukum yang pada saat itu belum dimiliki oleh Jerman.

Legislasi dapat dimanfaatkan untuk menginventarisasi hukum kebiasaan yang telah mapan.

11 Eropa Modern Awal merupakan sebuah masa dalam sejarah Eropa antara akhir Abad Pertengahan dan awal Revolusi Industri, sekitar akhir abad ke- 1 5 hingga akhir abad ke-18. Para sejarawan dengan berbagai cara menandai Periode modern awal dengan penemuan mesin cetak huruf lepas pada 1450 - an, kejatuhan Konstantinopel dan akhir Perang Seratus Tahun pada 1453, akhir Perang Mawar pada 1487, permulaan Renaisans Tertinggi di Italia pada 1490 - an, akhir Reconquista dan selanjutnya Pelayaran Kristoforus Kolumbus ke Amerika pada 1492, atau awal Reformasi Protestan pada 1517. Tanggal pasti dari titik akhirnya juga bervariasi dan biasanya dihubungkan dengan permulaan Revolusi Prancis pada 1789 atau dengan awal Revolusi Industri yang lebih ditentukan di Inggris akhir abad ke-18.

NIM : 211017400024

Kelas : 01S2HM Dosen Pengampu : Dr. Yoyon M Darusman, S.H., M.H. Mata Kuliah : Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum

Kritik

Mazhab sejarah yang diinisiasi dan dikembangkan oleh Savigny mendapat respon yang luas dan beragam termasuk yang mengkritiknya. Konsep “custom” (kebiasaan) misalnya yang merupakan salah satu penopang utama dari bangunan pemikiran hukum Savigny diberi catatan cukup kritis oleh para pakar. Catatan kritisnya antara lain adalah fakta bahwa kebiasaan yang ada di masyarakat tidak sepenuhnya didasarkan dan mencerminkan hak dan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya. 13

Misalnya, perbudakan adalah kebiasaan yang lahir dari kebutuhan kaum elit yang memegang kuasa, bukan refleksi dari perilaku dan kebutuhan mayoritas anggota masyarakat. Kebiasaan meniscayakan spirit dan praktik mayoritas, namun dalam kasus perbudakan yang terjadi adalah sebaliknya.

Savigny juga tidak menjelaskan apakah masuknya hukum asing dan juga terbentuknya suatu kebiasaan dilakukan secara damai (peaceful penetration). Kesadaran atau aspirasi masyarakat bukan sesuatu yang sama sekali bebas dari sentuhan faktor eksternal, karena masyarakat sebetulnya sangat rentan untuk menjadi sasaran

propaganda media yang pada umumnya terkonsentrasi dan dikendalikan oleh lapisan elit masyarakat. Jadi volksgeist yang esensinya adalah spirit dan jiwa bangsa sebagaimana di klaim oleh Savigny tidak sepenuhnya independen. Hakim misalnya, apakah sepenuhnya ia merupakan kepanjangan tangan dari kesadaran hukum masyarakat? Hakim sangat mungkin dalam putusannya justru mendasarkan sepenuhnya kepada keyakinanya sendiri, bukan keyakinan masyarakat.^14

(^13) Mazhab Sejarah ( Historische Rechtsschule) atau ada juga yang menyebutnya Mazhab Sejarah dan Kebudayaan ( 14 Ciltuur Historich School) merupakan salah satu aliran hukum yang timbul Propaganda is a form of persuasion that is often used in media to further some sort of agenda, such as a personal, political, or business agenda, by evoking an emotional or obligable response from the audience. It includes the deliberate sharing of realities, views, and philosophies intended to alter behavior and stimulate people to act.

NIM : 211017400024

Kelas : 01S2HM Dosen Pengampu : Dr. Yoyon M Darusman, S.H., M.H. Mata Kuliah : Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum

Savigny mengklaim untuk mengetahui spirit dan jiwa bangsa Jerman adalah dengan memahami hukum Romawi. Klaim ini tentunya merupakan sebuah paradoks, karena mengingkari thesisnya sendiri bahwa hukum itu identik dengan volksgeist. Mengenai fungsi legislasi, Hegel seorang filsuf Jerman kenamaan juga mengkritik Savigny, karena dengan menihilkan fungsi legislasi secara tidak langsung Savigny telah merendahkan bangsa dan para ahli hukumnya.

Dalam konteks ini, mazhab sejarah dinilainya tidak mendorong lahirnya energi kreatif

yang mengarah kepada reformasi hukum. Ehrlich mengkritik mazhab Sejarah karena ketidakmampuannya menghasilkan usaha kreatif untuk melahirkan hukum.

Secara implisit konsep volksgeist meminimalkan pentingnya peran individu. Dalam konteks ini peran individu hanya menjadi sosok adaptif bukan sosok yang kreatif, padahal perubahan justru dilakukan oleh sosok individu-individu kreatif termasuk Savigny sendiri. Banyak lembaga masyarakat tumbuh bukan dalam bingkai volksgeist, melainkan lahir dan berkembang dalam kenyamanan sistem oligarkhi, contohnya adalah perbudakan. Teori hukum Savigny juga dianggap negatif, kabur, dan bertendensi sektarian. Savigny menentang kodifikasi hukum, padahal kodifikasi diakui sebagai

metode legislasi modern yang banyak diadaptasi oleh banyak negara. Sikap anti kodifikasinya ini menyebabkan perkembangan hukum di Jerman tertinggal beberapa dekade. Roscoe Pound juga mengkritik teori hukum Savigny, karena dianggap menghambat reformasi dan modernisasi hukum atas nama volksgeist.^15

(^15) Savigny, hukum adalah bagian atau manifestasi jiwa suatu bangsa. Hukum lahir dan berasal dari kehendak dan kesadaran suatu bangsa yang berbentuk tradisi, kebiasaan (habit), praktik-praktik kemasyarakatan dan keyakinan bangsa tersebut. Dalam konteks ini, maka apa yang disebut sebagai hukum Jerman, menurut Savigny tidak lain adalah manifestasi dari spirit dan jiwa bangsa Jerman.

NIM : 211017400024

Kelas : 01S2HM Dosen Pengampu : Dr. Yoyon M Darusman, S.H., M.H. Mata Kuliah : Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum

Dengan menggunakan prinsip ini, dalam memutuskan suatu perkara pengadilan tidak boleh hanya berdasarkan kepada interpretasi atau hanya menerapkan undang-undang produk badan legislatif, tapi dalam hal tidak ada undang-undang yang mengaturnya pengadilan harus menggunakan juga sumber hukum lain seperti hukum kebiasaan atau prinsip hukum umum. Dalam konteks ini, doktrin precedent tampaknya merupakan anak kandung dari aliran hukum alam dan aliran positivisme hukum. 18

Doktrin precedent juga bernuasa Savignyan, karena putusan pengadilan sebenarnya

memiliki makna normatif yang kemudian akan dijadikan salah satu materi ketika menentukan apa yang disebut dengan hukum. Inilah yang dalam sistem hukum Inggris disebut dengan doctrine of precedent, suatu doktrin yang mengharuskan pengadilan untuk memutuskan dengan putusan yang sama untuk perkara yang sama di kemudian hari.^19

Kesimpulan

Volksgeist ini menurut Savigny sangat berperan dalam tahap awal pembentukan hukum, yaitu ketika masyarakat masih hidup dalam kesederhanaan. Namun, ketika

masyarakat sudah mulai kompleks, maka hukum juga ikut berubah kian artifisial dan kompleks, sehingga apa yang dipredikati sebagai Volksgeist itu juga makin mematangkan diri.

to a purported agreement, rather than by the actual intent of the parties. (^18) Aliran Hukum Positif atau Positivisme Hukum merupakan salah satu aliran dalam filsafat hukum. Aliran ini memandang perlu memisahkan secara tegas antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan hukum yang seharusnya, antara das sein dan das sollen). (^19) The doctrine of precedent is one of the principles that underpin common law. The Latin name for the doctrine of precedent is stare decisis (‘stand by that decided’). It is a principle that requires judges to follow the rulings and determinations of judges in higher courts, where a case involves similar facts and issues.

NIM : 211017400024

Kelas : 01S2HM Dosen Pengampu : Dr. Yoyon M Darusman, S.H., M.H. Mata Kuliah : Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum

Jadi, hukum dalam perspektif Savigny tumbuh dari dua sumber ekstrem sekaligus. Pada satu sisi ada proses historis yang terus memproduksi hukum yang hidup (living law) sebagaimana secara kasat mata terlihat dari perilaku kehidupan bermasyarakat keseharian.

Pada sisi lain ada juga falsafah berhukum yang ikut terbentuk sebagai hasil kristalisasi hukum yang hidup dan kemudian dipelihara menjadi “idealisme” kehidupan bermasyarakat. Sekali lagi, harus dicatat bahwa keduanya tidak lahir sebagai

produk by-design. Keduanya tumbuh dengan sendirinya, tanpa rekayasa. Savigny juga percaya bahwa setiap rakyat (bangsa) tumbuh dalam ruang dan waktu yang membingkai kehidupan mereka secara berbeda-beda. Jadi, seharusnya tiap bangsa punya sejarah hukumnya sendiri-sendiri. Dengan demikian, pandangan Savigny sangat kontras dengan anggapan aliran hukum kodrat mengenai adanya hukum yang universal.

Savigny pernah menerima tantangan yang sama. Ia diminta untuk dapat menyebutkan apa yang menjadi jiwa rakyat (Volksgeist) dari orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai bangsa Jerman? Savigny berpendapat bahwa jika sejarah di sini dipahami

sebagai sejarah hukum, maka yang harus ditelusuri ke belakang adalah sejarah profesi hukum itu sendiri. Dari mana sejarah profesi hukum di Jerman berasal? Di sini Savingny menemukan jawabannya pada hukum Romawi kuno. Hukum ini lalu berinteraksi dengan hukum-hukum lokal yang tumbuh sepanjang sejarah Jerman, membentuk sistem hukum Jerman pada masa itu.

Dengan dasar pijakan ini, Savigny menolak pikiran untuk membuat kodifikasi hukum dengan meniru kitab hukum yang berlaku di Prancis. Baginya jiwa rakyat dan sejarah bangsa Prancis tidak sama dengan jiwa rakyat dan sejarah bangsa Jerman.