Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Laporan Praktikum Biokimia Umum/Lab Reports of General Biochemistry: Enzim I, Lab Reports of Biochemistry

Laporan Praktikum Biokimia Umum materi Enzim I, berisi pendahuluan, tujuan, latar belakang, metode, penjelasan pembahasan dan kesimpulan serta acuan daftar pustaka yang digunakan

Typology: Lab Reports

2019/2020

Available from 01/26/2023

Puputu
Puputu ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ

5 documents

1 / 7

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
ENZIM
Tujuan : Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat menentukan sifat fisik dan susunan air liur
dan menentukan aktivitas amilase air liur pengaruh suhu
Hasil Pengamatan :
Tabel 1 Sifat fisik saliva manusia
Uji
Hasil
Keterangan
Gambar
Berat jenis
X
BJ yang terbaca pada alat : 1.009 g/ml
Suhu alat : 15.55 oC
Suhu amylase : 30 oC
BJ terkoreksi : 1,014 g/ml
-
FF
X
Tidak berubah warna
MO
X
Jingga
Lakmus
X
Merah
Klorida
+
Terdapat endapan putih dan
lakmus berwarna merah
Sulfat
+
Warna keruh dan lakmus
berwarna merah
Biuret
+
Ungu
Milon
-
Tidak berwarna dan terdapat
endapan
Molisch
+
Ada cincin violet
pf3
pf4
pf5

Partial preview of the text

Download Laporan Praktikum Biokimia Umum/Lab Reports of General Biochemistry: Enzim I and more Lab Reports Biochemistry in PDF only on Docsity!

ENZIM

Tujuan : Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat menentukan sifat fisik dan susunan air liur dan menentukan aktivitas amilase air liur pengaruh suhu Hasil Pengamatan : Tabel 1 Sifat fisik saliva manusia Uji Hasil Keterangan Gambar Berat jenis X BJ yang terbaca pada alat : 1.009 g/ml Suhu alat : 15.55 oC Suhu amylase : 30 oC BJ terkoreksi : 1,014 g/ml

FF X (^) Tidak berubah warna MO X Jingga Lakmus X Merah Klorida + Terdapat endapan putih dan lakmus berwarna merah Sulfat + Warna keruh dan lakmus berwarna merah Biuret + Ungu Milon - Tidak berwarna dan terdapat endapan Molisch + Ada cincin violet

Fosfat + Hijau menjadi biru dan terdapat endapan Musin - Tidak bereaksi dan tidak keruh Keterangan : (+) = mengandung zat yang diuji (-) = tidak mengandung zat yang diuji Perhitungan BJ terkoreksi : Suhu teramati = 30 oC BJ terukur = 1, BJ terkoreksi = ๐‘ ๐‘ขโ„Ž๐‘ข^ ๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘š๐‘Ž๐‘ก๐‘– 3 โˆ’^15 ,^55 = 30 0 C^ โˆ’ 15 , 55 3 = 4,81 = 5 Jadi nilai BJ yang diukur adalah BJ terukur + 0,005 = 1,009 + 0,005 = 1,014 g/ml Tabel 2 Pengaruh suhu terhadap aktivitas amilase Hasil Gambar Suhu (โฐC) Iod (pati) Benedict (gula pereduksi) Iod^ Benedict 10 + + Hitam kebiruan Hijau kekuningan 32 + + Hitam kebiruan (^) Hijau kekuningan 37 + + Hitam kebiruan (^) Kuning 100 + + Hitam kebiruan Hijau kebiruan Keterangan : (+) = mengandung zat yang diuji (-) = tidak mengandung zat yang diuji

antibakteri dan bufer. Ion kalsium dalam saliva membantu menyeimbangkan jaringan keras gigi dan karena itu berkurangnya konsentrasi ion kalsium dapat meningkatkan terjadinya karies (Rizal dan Fariza 2017). Merujuk pada tabel 1, saliva probandus menunjukkan hasil uji positif mengandung glukosa, Klorida yang ditandai dengan terdapatnya endapan putih dan lakmus berwarna merah, Fosfat yang ditandai dengan perubahan warna larutan hijau menjadi biru dan terdapat endapan, dan Sulfat ditandai dengan perubahan warna menjadi keruh dan lakmus berwarna merah, namun menghasilkan hasil uji negatif pada uji musin. Hasil negatif ini tidak sesuai dengan literatur sebab saliva seharusnya mengandung musin, hal ini dapat disebabkan kesalahan praktikkan saat melakukan percobaan. Menurut (Saputro 2008) Masing-masing suhu optimum untuk ฮฑ-amilase yaitu 37-40 oC dan 40 oC untuk glukoamilase. Kondisi demam, menyebabkan suhu tubuh meningkat termasuk suhu di rongga mulut, hal ini akan merubah sifat dan susunan air liur diantaranya jumlah amilase yg aktif menurun karena terdenaturasi oleh suhu tubuh yg meningkat, hal ini ditandai dengan rasa pahit saat makan ketika demam. Mempelajari sifat fisik air liur dapat membantu menganalisis penyakit dalam dunia medis. Aktivitas enzim yang lengkap dan seimbang merupakan hal mendasar untuk mempertahankan homeostasis. Kinetika enzim, pengukuran kuantitatif laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim dan studi sistematik tentang faktor-faktor yang memengaruhi laju tersebut, merupakan alat utama untuk analisis, diagnosis, dan pengobatan ketidakseimbangan enzimatik yang mendasari berbagai penyakit manusia (Murray et al. 2009). Aktivitas enzim berkaitan dengan strukturnya, perubahan struktur akan menyebabkan perubahan aktivitas enzim. Pada pH optimum konformasi enzim berada pada kondisi yang ideal. Hal ini menyebabkan interaksi antara enzim dan substrat menjadi maksimal. Pada suasana terlalu asam atau basa, konformasinya berubah sehingga aktivitas enzim akan terganggu (Sriwahyuni et al. 2015). Aktivitas enzimamilase yang optimal berada pada pH 6.8. pH dapat mempengaruhi aktivitas enzim dengan mengubah struktur enzim tersebut. Setiap enzim memiliki pH optimum di mana pada pH tersebut struktur tiga dimensinya paling kondusif dalam mengikat substrat. Bila konsentrasi ion hidrogen berubah dari konsentrasi optimal, aktivitas enzim secara progresif hilang sampai pada akhirnya enzim menjadi tidak fungsional (Syauqy dan Humaryanto 2018). Suhu optimum pada enzim amilase adalah 37 oC (Pratama et al. 2015). Enzim mempunyai suhu tertentu yang menyebabkan aktivitasnya mencapai keadaan optimum (Budiman 2010). Ketika suhu bertambah sampai suhu optimum, kecepatan reaksi enzim naik karena energi kinetik bertambah. Bertambahnya energi kinetik akan mempercepat gerak vibrasi, translasi dan rotasi baik enzim maupun substrat. Hal ini akan memperbesar peluang enzim dan substrat bereaksi (Meryandini 2009). Iswari (2006) mengatakan bertambahnya suhu yang melebihi batas optimum dapat menyebabkan enzim terdenaturasi dan mematikan aktivitas katalisnya. Temperatur mempengaruhi aktivitas enzim. Pada temperatur rendah, reaksi enzimatis berlangsung lambat, kenaikan temperatur akan mempercepat reaksi, hingga suhu optimum tercapai dan reaksi enzimatis mencapai maksimum. Kenaikan temperatur melewati temperatur optimum akan menyebabkan enzim terdenaturasi dan menurunkan kecepatan reaksi enzimatis (Wuryanti 2004). Merujuk pada tabel 2, dilakukan percobaan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim menggunakan pereaksi Iod dan Benedict. Hasil percobaan menunjukkan reaksi positif untuk uji Iod dan Benedict. Reaksi positif pada uji iod menandakan bahwa pati belum dipecah oleh enzim amilase air liur (Poedjiadi 2009). Uji Iod digunakan untuk mengidentifikasi amilosa dalam pati atau kanji yang ada pada larutan uji. Molekul amilosa dalam pati membentuk rantai heliks spiral panjang dengan ruang ditengahnya yang dapat menyebabkan iodium berwarna biru tua (Winarno 2004). Uji Benedict digunakan untukmenguji adanya gula pereduksi. Prinsip ujinya adalah ionion tembaga (II) dalam Larutan Benedict yang membentuk kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan natrium karbonat.

Pengompleksan ion-ion tembaga (II) dapat mencegah terbentuknya endapan tembaga(II) karbonat (Clark dan Creswell 2007). Hasil percobaan pada tabel 2 menunjukkan ketika suhu 10oC terbentuk warna hitam kebiruan pada uji Iod dan hijau kekuningan pada uji Benedict. Warna kekuningan yang terbentuk pada hasil uji Benedict menandakan terdapat sedikit gula reduksi, hal itu menunjukkan bahwa enzim amilase beraktivitas tetapi tidak dalam keadaan optimum. Lemahnya aktivitas enzim dalam mengubah pati menjadi gula reduksi, masih terdapat pati yang belum terhidrolisis sehingga menghasilkan hasil positif pula pada uji Iod. Hal yang sama juga terjadi pada percobaan dengan suhu 32oC. Pada suhu 37oC, dapat diamati bahwa hasil uji Benedict menghasilkan warna kuning menunjukkan hasil positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada suhu ini enzim amilase bekerja dengan optimum karena dapat menghidrolisis pati secara menyeluruh. Pada uji Iod, hasil yang seharusnya adalah negatif karena seluruh pati sudah terhidrolisis sempurna. Hasil negatif pada uji Iod ini terjadi dapat disebabkan adanya kesalahan pada praktikan dalam mengamati suhu atau warna yang terbentuk. Suhu optimum untuk setiap enzim berbeda-beda. Seperti enzim amilase yang memiliki suhu optimum 37 oC tetapi suhu optimum untuk enzim x sekitar 41- 44 oC bisa dilihat pada gambar di bawah

Gambar 1Aktivitas Enzim X

Gambar1 menunjukkan aktivitas paling optimum untuk enzim X terjadi ketika suhu 41 - 44 oC

ditunjukkan oleh grafik yang meningkat. Simpulan Air liur memiliki pH yang netral yaitu sekitar 7-7,2. Kandungan air liur terdiri dari 95,5% air dan sisanya mengandung zat organik dan anorganik. Sifat fisik air liur pada tiap manusia berbeda-beda dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti makanan yang dikonsumsi, kondisi tubuh dan sebagainya. Saliva atau air liur juga mengandung enzim amilase yang beraktivitas dipengaruhi oleh suhu dan pH.