










Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
A case study of the implementation of the merdeka curriculum at sdn lidah kulon 1 in surabaya, indonesia. It explores the combination of top-down and bottom-up approaches in the curriculum's implementation, highlighting the school's efforts to adapt the national framework to local needs and student diversity. The document analyzes the challenges and strategies employed by the school, including teacher training, differentiated learning, and collaborative problem-solving, to ensure effective implementation of the merdeka curriculum.
Typology: Lab Reports
1 / 18
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Mata Kuliah Kurikulum Sekolah Dasar Dosen Pengampu: Maretha Dellarosa, M.A., Ph.D. Disusun Oleh: Kelompok 7 (2023-I) Anggota Kelompok:
i
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil observasi guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Kurikulum Sekolah Dasar. Dalam penyusunan laporan hasil observasi yang kami lakukan bertempat di SD Negeri Lidah Kulon I/464 ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun laporan hasil observasi yang tentunya dengan bantuan atau rujukan dari berbagai sumber, sehingga dapat memperlancar penyusunannya. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu kami dalam pembuatan laporan hasil observasi ini. Kami sadar betul bahwa kenyataannya laporan hasil observasi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya penyusun sangat menghargai masukan atau kritik yang membagun supaya bisa lebih baik lagi dalam penyusunan laporan hasil observasi kedepannya. Surabaya, 23 Oktober 2024 Penulis
1.1. Latar Belakang Kurikulum adalah bagian yang tidak terpisahkan dari implementasi pendidikan. Dalam kurikulum tidak hanya menentukan materi dalam pembelajaran tetapi juga mencerminkan visi dan misi lembaga pendidikan. Namun, dengan adanya globalisasi perkembangan teknologi dan banyaknya factor lainnya yang disebabkan oleh kemajuan zaman, kurikulum bertransformasi. Tujuan transformasi tersebut adalah pendidikan tidak hanya fokus pada pendekatan menekankan pemberian informasi yang hanya dilakukan guru. Tetapi, kini bertransformasi menjadi lebih interaktif, konseptual, dan mengembangkan pengetahuan keterampilan. Dengan pengembangan tersebut diharap dapat membentuk generasi yang berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan memiliki kecakapan yang relevan dengan dunia kerja dimasa depan. Wawancara ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang implementasi kurikulum yang lebih dalam di SDN Lidah Kulon 1/464. Selain itu kita juga membahas tentang tantangan dan peluang yang dihadapi oleh sistem kurikulum di masa kurikulum merdeka, serta upaya-upaya inovatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan memahami esensi kurikulum, diharapkan dapat berdampak positif dalam meningkatkan mutu pendidikan. 1.2 Rumusan Masalah
2.1 Metode Pengumpulan Data Metode yang kelompok kami gunakan dalam observasi adalah dengan melakukan wawncara langsung kepada Kepala Sekolah di SDN Lidah Kulon I. Hasil Observasi akan dibuat laporan yang disertai dengan dokumentasi yang cukup untuk memenuhi syarat keabsahan dan kebenaran bukti dari pelaksanaan observasi ke SDN Lidah Kulon I/464. 2.2 Subjek Penelitian Dalam laporan hasil observasi ini, kelompok kami mengumpulkan informasi melalui metode wawancara yang dilakukan terhadap seorang Kepala Sekolah di SDN Lidah Kulon I/464. Berikut ini adalah data terkait subjek penelitian: 2.3 Hasil Observasi 2.3.1 Kurikulum Merdeka Di SDN Lidah Kulon 1 Dari wawancara dengan kepala sekolah SDN Lidah Kulon 1, kepala sekolah mengungkapkan sudah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dari kelas 1 hingga kelas 6. Walaupun di awal pengimplementasian kurikulum merdeka mengalami kendala namun di tahun ke-3 sudah tidak mengalami masalah. 2.3.2 Kendala Dalam Pengimplementasian Kurikulum Merdeka Dalam pengimplementasian Kurikulum Merdeka di SDN Lidah Kulon 1 ini pada tahun pertama penerapannya mengalami beberapa kendala seperti: Nama Sekolah : SD Negeri Lidah Kulon I 464 Kepala Sekolah : Lis Lestari, S.Pd,.M.Si. Alamat Sekolah : Jl. Sepat Lidah Kulon, No.10, Lidah Kulon, Kec. Lakarsantri, Surabaya, Jawa Timur, 60213 Tanggal Pelaksanaan : Rabu, 23 Oktober 2024 Waktu Pelaksanaan : 11.00 – 12.
2.3.5 Perbedaan Pengimplementasian Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013 Perbedaan implementasi antara Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013 diantaranya yaitu: a. Dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum merdeka ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu anak b. diunggulkan dalam bidang yang dia mampu dan senangi. c. Profil Pancasila dalam kurikulum merdeka, hampir sama dengan pendidikan karakter hanya saja berbeda istilahnya. d. Dulu pada kurikulum K-13 guru membuat RPP, namun pada kurikulum merdeka ini membuat modul ajar. e. Dalam pengimplementasian kurikulum merdeka memiliki kesamaan dengan K-13. Untuk praktek dilapangan sudah bukan hal yang asing. 2.3.6 Perbandingan dampak kurikulum merdeka dengan kurikulum 13 dalam hal perkembangan membaca dan menulis anak Jika dilihat dari banyak kacamata, dari dulu sejak kurikulum 13 masih ada siswa yang terkendala atau terhambat dalam membaca dan menulis. Namun, sekolah dan kurikulum sekolah yang harus bisa menyesuaikan kebutuhan siswa dan menemukan cara terbaik untuk menanggulangi masalah tersebut. 2.3.7 Dampak standarisasi ujian Sekolah ke jenjang berikutnya pada Kurikulum Merdeka Dengan sekarang adanya perubahan pada standarisasi kelulusan yang dimana anak kelas 6 bisa atau tidak bisa harus lulus. Meskipun tidak memenuhi persyaratan karena memang tuntutan dari pengimplementasian kurikulum-nya. Sehingga jiwa kompetitif anak kurang, karena mereka tidak merasa harus giat belajar. Hal ini jauh berbeda dengan dulu pada saat adanya Ujian Nasional banyak anak yang berlomba-lomba agar mendapatkan nilai terbaik untuk nilai kelulusannya. Sehingga banyak anak yang menjadi paham akan standar kelulusan itu tidak mudah.
2.3.8 Program SDN Lidah Kulon 1 dalam mengatasi keterlambatan anak menulis dan membaca serta menyesuaikan gaya belajar Di kota Surabaya ada Program Sekolah Arek Suroboyo atau after school. Dengan kegiatannya diantaranya :
siswa. Contohnya anak kelas 1 SD tidak dianjurkan untuk menganyam karena kemungkinan besar anak dibantu orang tuanya dan menyebabkan implementasi tidak efektif. 2.3.14 Tanggapan Sekolah SDN Lidah Kulon 1 menghadapi mata pelajaran bahasa Inggris yang dihapus Dengan adanya penghapusan mata pelajaran Bahasa Inggris pada siswa kelas 1 dan kelas 4 di SDN Lidah Kulon 1 sudah sudah membuat solusi alternatif melalui adanya English Club di mana anak-anak bisa mengasah skill kelas bahasanya melalui English club ini. Sehingga dengan adanya penghapusan ini tidak menjadikan SDN Lidah Kulon 1 mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolahnya.
Kurikulum Merdeka tidak sepenuhnya top-down, tetapi menggabungkan kebijakan pusat dan inisiatif lokal. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SDN Lidah Kulon 1, `ditentukan oleh pemerintah, guru dan sekolah memiliki fleksibilitas yang cukup besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan siswa dan konteks lokal. 3.1. Kombinasi Pendekatan Top-Down dan Bottom-Up dalam Kurikulum Merdeka di SDN Lidah Kulon 1 Kebijakan Pusat sebagai Pedoman Utama (Top-Down) seperti yang disampaikan oleh Kepala Sekolah, SDN Lidah Kulon 1 yang mengikuti panduan pemerintah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Ini mencakup pembuatan modul ajar yang menggantikan RPP pada Kurikulum 2013. Modul ajar ini disusun sesuai dengan kerangka kurikulum yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan. Standar pembelajaran dan tujuan pembelajaran diarahkan secara nasional. Selain itu, penguatan Profil Pelajar Pancasila yang menjadi fokus utama dari Kurikulum Merdeka bertujuan sebagai pedoman dasar bagi sekolah dalam mengembangkan kompetensi siswa. Namun, implementasi di lapangan tetap memberikan fleksibilitas bagi guru, menunjukkan bahwa pendekatan top-down ini sejalan dengan adaptasi lokal. Fleksibilitas bagi Guru dan Sekolah (Bottom-Up). Dalam wawancara, Kepala Sekolah SDN Lidah Kulon 1 menjelaskan bahwa salah satu tantangan utama pada awal penerapan Kurikulum Merdeka adalah kurangnya sosialisasi, yang memaksa guru untuk belajar secara mandiri. Namun, hambatan ini dapat diatasi dengan membentuk komunitas belajar (kombel) di mana guru dapat berbagi praktik terbaik dan belajar bersama sesuai dengan fase dan mata pelajaran yang mereka ajarkan. Ini menunjukkan bahwa sekolah dan guru turut berperan dalam mencari solusi untuk menghadapi tantangan dalam penerapan kurikulum baru. Kombel mendorong inisiatif dari bawah, di mana guru berperan sebagai pengembang dan pelaksana kebijakan. Pembelajaran Berdiferensiasi sebagai Contoh Keseimbangan Top-Down dan Bottom-Up Kepala Sekolah juga menyoroti bahwa dalam Kurikulum Merdeka, anak-anak dengan gaya belajar yang berbeda misalnya visual, auditori, atau kinestetik diakomodasi melalui pembelajaran
3.4. Kurikulum Merdeka sebagai Perpaduan Pendekatan Secara keseluruhan, implementasi Kurikulum Merdeka di SDN Lidah Kulon 1 menunjukkan bahwa meskipun ada elemen top-down dalam hal arahan kebijakan dan standar dari pemerintah pusat, pelaksanaannya di sekolah lebih fleksibel dan melibatkan inisiatif lokal. Guru, sekolah, dan komunitas belajar memiliki peran penting dalam memastikan adaptasi yang tepat dari Kurikulum Merdeka untuk siswa-siswa dan pembelajaran yang relevan serta kontekstual. Pendekatan ini adalah kombinasi seimbang antara arah kebijakan dari pusat dan pemberdayaan lokal melalui inisiatif guru dan sekolah, yang membuat Kurikulum Merdeka lebih dinamis dan sesuai dengan tantangan pendidikan di lapangan.
4.1. Kesimpulan Dari wawancara yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa baik Kurikulum 2013 ataupun Kurikulum Merdeka bukan berarti mengganti materi pembelajaran melainkan melakukan inovasi pengembangan kurikulum pendidikan yang dirancang untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia melalui pendekatan yang kontekstual dan menganut diferensiasi. Sehingga kurikulum ini bisa dikatakan lebih fokus pada kelebihan yang dimiliki peserta didik dan pengembangan skill. Selain itu, dapat disimpulkan juga bahwa perubahan kurikulum tidak begitu mempengaruhi implementasi jika guru dan kepala sekolah memiliki keterampilan dalam menelaah kurikulum sehingga dapat tercipta metode dan pembelajaran yang efektif. 4.2. Refleksi Secara keseluruhan, refleksi ini menunjukkan bahwa SDN Lidah Kulon 1 mengatasi tantangan penerapan Kurikulum Merdeka melalui solusi kreatif dan kolaboratif yang melibatkan komunitas pendidikan, pakar eksternal, dan pemanfaatan teknologi. Meski terdapat beberapa permasalahan pada kurikulum ini, seperti menurunnya motivasi belajar akibat perubahan standar kelulusan, namun dinilai efektif dalam menyikapi perbedaan siswa.