Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Land and Water Potential (Erosion), Essays (university) of Land Development

Efforts to manage water sources are efforts to stabilize water systems or hydrological cycles that are less balanced, accompanied by efforts to maintain and maintain its sustainability. Thereby Also efforts to conserve groundwater cannot be separated from management efforts other water sources, because groundwater is one part of the water system itself

Typology: Essays (university)

2020/2021

Available from 02/19/2023

salsabilla-zahra
salsabilla-zahra ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ

5 documents

1 / 12

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Teori Pendukung
1.1
Teori Konservasi Air dan Konservasi Tanah
Tanah dan air adalah sumber daya alam utama yang menjadi penyokong
seluruh kehidupan makhluk hidup di bumi. Diperlukan konservasi terhadap
2 komponen penting tersebut apabila terjadi kerusakan. Sebab, dua sumber
daya tersebut rentan mengalami degradasi dan kerusakan, terutama akibat
aktivitas manusia seperti kegiatan pertanian, perumahan, infrastruktur dan
industri. Jika tanah dan air mengalami kerusakan, maka tidak akan
memberikan manfaat yang dapat menopang kehidupan. Oleh karena itu,
dibutuhkan upaya konservasi tanah dan air untuk menjaga kualitas tanah
dan air agar dapat digunakan secara berkelanjutan. Konservasi ini umumnya
dilakukan di daerah aliran sungai dan lahan-lahan kritis.
Konservasi air menurut Danaryanto, dkk (2005) adalah upaya melindungi
dan memelihara keberadaan, kondisi dan lingkungan air tanah guna
mempertahankan kelestarian atau kesinambungan ketersediaan dalam
kuantitas dan kualitas yang memadai, demi kelangsungan fungsi dan
kemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik waktu
sekarang maupun pada generasi yang akan datang. Pada dasarnya
konservasi air tanah tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan volume air
tanah, tetapi juga meningkatkan konservasi air permukaan. Efisiensi
penggunaannya sekaligus mengurangi run off air permukaan yang
diharapkan dapat meresap ke tanah dan mengisi akuifer menjadi air tanah.
Menurut Sitanala Arsyad (2006) konservasi tanah dalam arti luas, yakni
penempatan bidang tanah pada penggunaan yang sesuai dengan
kemampuan tanah dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat
yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Arti sempit, konservasi
tanah merupakan upaya pencegahan kerusakan tanah dari erosi dan
memperbaiki tanah yang rusak akibat erosi. konservasi air pada prinsipnya
adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk kegiatan pertanian
secara efisien dan mengatur waktu aliran air dengan meresapkannya ke
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa

Partial preview of the text

Download Land and Water Potential (Erosion) and more Essays (university) Land Development in PDF only on Docsity!

BAB I

PENDAHULUAN

A. Teori Pendukung 1.1 Teori Konservasi Air dan Konservasi Tanah Tanah dan air adalah sumber daya alam utama yang menjadi penyokong seluruh kehidupan makhluk hidup di bumi. Diperlukan konservasi terhadap 2 komponen penting tersebut apabila terjadi kerusakan. Sebab, dua sumber daya tersebut rentan mengalami degradasi dan kerusakan, terutama akibat aktivitas manusia seperti kegiatan pertanian, perumahan, infrastruktur dan industri. Jika tanah dan air mengalami kerusakan, maka tidak akan memberikan manfaat yang dapat menopang kehidupan. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya konservasi tanah dan air untuk menjaga kualitas tanah dan air agar dapat digunakan secara berkelanjutan. Konservasi ini umumnya dilakukan di daerah aliran sungai dan lahan-lahan kritis. Konservasi air menurut Danaryanto, dkk (2005) adalah upaya melindungi dan memelihara keberadaan, kondisi dan lingkungan air tanah guna mempertahankan kelestarian atau kesinambungan ketersediaan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai, demi kelangsungan fungsi dan kemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang. Pada dasarnya konservasi air tanah tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan volume air tanah, tetapi juga meningkatkan konservasi air permukaan. Efisiensi penggunaannya sekaligus mengurangi run off air permukaan yang diharapkan dapat meresap ke tanah dan mengisi akuifer menjadi air tanah. Menurut Sitanala Arsyad (2006) konservasi tanah dalam arti luas, yakni penempatan bidang tanah pada penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Arti sempit, konservasi tanah merupakan upaya pencegahan kerusakan tanah dari erosi dan memperbaiki tanah yang rusak akibat erosi. konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk kegiatan pertanian secara efisien dan mengatur waktu aliran air dengan meresapkannya ke

dalam tanah agar ketika musim hujan tidak terjadi banjir dan ketika kemarau masih terdapat cadangan air tanah. Konservasi tanah dan air atau yang biasa disebut juga pengawetan tanah merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah, kuantitas, dan kualitas air. Apabila tingkat produktivitas tanah menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin berkurang. Konversi tanah berhubungan erat dengan air. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air, dan usaha untuk mengkonversi tanah adalah meminimumkan erosi pada suatu laha. Laju erosi yang masih lebih besar dari erosi yang dapa ditoleransikan merupakan masalah yang bila tidak ditanggulangi akan menjebak petani kembali ke dalam siklus yang saling memiskinkan. Tindakan konservasi tanah merupakan cara untuk melestarikan sumberdaya alam. Konservasi sumber daya air sebagai salah satu upaya pengelolaan sumber daya air dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan dan keberadaan sumber daya air, termasuk daya dukung, daya tampung, dan fungsinya. Konservasi sumber daya air dapat dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber daya air, pengawetan air, pengelolaan kualitas air, serta pengendalian pencemaran air, dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai, dan dipakai sebagai acuan dalam perencanaan tata ruang. Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa, cekungn air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan hutan dan kawasan pantai. 1.2 Teori Mempertahankan Ketersediaan Air Tanah di Perkotaan Upaya pengelolaan sumber-sumber air merupakan upaya untuk menstabilkan kembali sistem air atau siklus hidrologi yang kurang seimbang, disertai usaha untuk menjaga dan memelihara kelestariannya. Demikian pula upaya pelestarian air tanah tidak dapat terlepas dari upaya pengelolaan sumber air yang lainnya, sebab air tanah merupakan salah satu bagian dari sistem air itu sendiri. Oleh karenanya upaya pengelolaan sumber air dapat berarti pula mengelola sumber air tanahnya. Air tanah mempunyai arti yang

pengaturan eksploitasi air tanah yakni penertiba dalam pengambilanntya agar tidak melampaui batas โ€œ safe yield โ€ sesuai dengan kemampuan daerah masing-masing, rehabilitasi sumber air tanah yakni dengan jalan, menambah masukan air tanah melalui imuhan buatan ( artificial reacharge ), dan alternatif lainnya. Upaya perlindungan air tanah dalam segi kualitas dari pencemaran adalah sangat penting, karena air tanah yang sudah tercemar akan sulit penanggulangannya. Terdapat beberapa keterbatasan tersebut antara lain keterdapatannya yang jauh berada dalam tanah, sifat alirannya, dan deteksi maupun pemberian zat penetralisir memerlukan waktu lama, terutama pada lokasi air tanah yang tercemar. Terdapat beberapa tindakan yang bertujuan mencegah terjadinya pencemaran, antara lain dengan pengaturan pembungan limbah rumah tangga, terutama dari cubluk atau lubang pembuangan kotoran manusia. Selain itu pengaturan jarak lubang pembuangan, atau pembuatan lubang septic kolektif, karena terbatasnya lahan dan juga untuk pengaturan jarak agar memberikan kesempatan pada air tanah untuk filtrasi melalui pori tanah yang dilewatinya. Saluran pembuang dari dranase, limbah domestik, industri .maupun dari sungai yang mempunyai kemungkinan memasok air tanah sebaiknya dilakukan pengolahan terlebih dahulu, agar dapat mengurangi kandungan polutannya, misalnya denan pengadaan sarana pengelolaan limbah yang terpusat. B. Pertanyaan Laporan Pendahuluan

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi kelangsungan air tanah dan apa yang akan terjadi bilamana salah satu faktor tersebut terganggu? Jelaskan? Ada faktor- faktor tertentu yang mempengaruhi potensi air tanah yang ada di dalam bumi. Air tanah merupakan aset yang terpendam, air tanah harus dikelola dengan baik karena tidak dipungkiri bahwa makhluk hidup baik manusia, binatang dan juga tumbuhan sangat memerlukan air tanah untuk dimanfaatkan dikemudian hari. Bebarap faktor yang mempengaruhi potensi air tanah antara lain :

a. Intensitas curah hujan Gambar 1 Intensitas Curah Hujan Harian Indonesia Sumber : https://pbs.twimg.com/ Curah hujan merupakan faktor utama yang mempengaruhi potensi tanah karena sumber air tanah berasal hdari air hujan yang turun. Curah hujan yang banyak akan menimbulkan cadangan air tanah yang banyak pula. Kita bisa lihat hal ini ketika musim penghujan dan juga musim kemarau tiba. ketika musim hujan, sumur- sumur warga akan banyak airnya, selain itu sumber- sumber yang lain seperti sungai, danau dan lain sebagainya juga akan banyak airnya. Berbeda dengan musim kemarau, ketika musim kemarau tiba maka sumur- sumur warga akan ada sedikit air, sementara sumber air lainnya seperti sungai, danau dan lainnya hanya akan ada air yang jumlahnya terbatas. b. Vegetasi Gambar 2. Contoh vegetasi Sumber : https://himaba.fkt.ugm.ac.id/

Permeabilitas adalah kemampuan dari batuan maupun tanah dalam melalukan cairan Permeabilitas dipengaruhi oleh tekstur dan struktur daripada material. Semakin besar porositasnya maka cenderung akan memiliki permeabilitas yang tinggi. Hal ini menyebabkan laju aliran air dalam tanah atau batuan besar pula. e. Kemiringan Lereng Faktor selanjutnya yang mempengaruhi potensi air tanah adalah masalah kemiringan lahan. Seperti yang kita ketahui bahwa air hujan yang turun membasahi bumi akan diserap di dalam tanah sehingga menjadi cadangan air di dalam tanah tersebut dan dinamakan sebagai air tanah. Air tanah ini akan meudah dikunci dan tersimpan apabila permukaan tanah yang ada adalah datar atau memiliki tingkat kemiringan yang rendah. Apabila tanah tempat air terserap tersebut miring maka akan memungkinkan air mengalir ke bawah meski dibawah permukaan tanah. Maka dari itulah air tanah di tanah yang miring jumlahnya lebih sedikit daripada di tanah yang datar. Gambar 4. Contoh Kemiringan Lereng Sumber : https://cdn-radar.jawapos.com/ Bila salah satu faktor tersebut terganggu akibat dari pengambilan air tanah secara berlebihan secara terus menerus dapat mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan. Dampak yang terjadi bila air tanah di ambil secara terus menerus dalam skala besar yang pertama yaitu terjadiny penurunan muka tanah yang jika dibiarkan maka akan terjadi penurunan dataran tanah.Ini berarti sebagian (besar) daerah pesisir/dekat lautan akan terendam air laut. Kedua yaitu mengakibatkan adanya ruang kosong di dalam tanah, sehingga menimbulkan amblesnya

permukaan tanah. Sehingga dapat mempengaruhi bangunan yang ada seperti Adanya kemiringan bangunan ,penurunan konstruksi jembatan sehingga air lama kelamaan dapat menyentuh jembatan dan juga membuat adanya intrusi air laut, menjadikan air tawar yang ada digantikan air laut. kerugian dari rusaknya infrastruktur bangunan, jembatan dan utilitas.

2. Apa yang dimaksud dengan run in dan run off? Limpasan permukaan adalah adalah aliran air yang mengalir di atas permukaan karena penuhnya kapasitas infiltrasi tanah. Limpasan merupakan unsur penting dalam siklus air dan salah satu penyebab ialah erosi. Sebagian air hujan akan meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi akan mengalir di permukaan ke darah yang lebih rendah, dan kemudian akan berkumpul di danau atau sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Bila curah hujan lebih besar daripada kemampuan tanah untuk menyerap air, maka kelebihan air tersebut akan mengalir dipermukaan menuju ke danau atau sungai. Air yang meresap ke dalam tanah (infiltrasi) atau yang mengalir di permukaan (run off) akan menemukan jalannya untuk kembali ke atmosfer, karena adanya evaporasi dari tanah, danau dan sungai. Run off adalah bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan kehilangan air lainnya) yang mengalir dalam air sungai karena gaya gravitasi. Airnya berasal dari permukaan maupun dari subpermukaan (sub surface). Runoff dapat dinyatakan sebagai tebal runoff, debit aliran (river discharge) dan volume runoff. Istilah Aliran Runoff biasanya dipergunakan untuk menunjukan adanya variasi proses pengumpulan air mengalir yang akhirnya menghasilkan aliran sungai. Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi dari volume limpasan air hujan ini.Hal pertama yang memengaruhi adalah iklim dimana biasanya di daerah khatulistiwa yang beriklim tropis memiliki rezim hujan yang cukup stabil sehingga volume limpasan air hujan juga terkontrol dimana masa debit aliran limpasannya juga relatif stabil serta contoh pada daerah kutub bagian utara memiliki rezim hujan yang kurang stabil maka es pada wilayah tersebut mencari terlebih dahulu menjadi lautan. Hal kedua yang mempengaruhi adalah topografi dimana jika topografi curam, maka volume limpasan air hujan akan mengalir deras dan mengikis daerah yang di lewati serta daerah dengan topografi landai maka volume limpasan akan mengalir secara

secara isotermal sejumlah air tak terbatas dari suatu gudang (pool) air murni dari ketinggian tertentu bertekanan atmosferik ke air tanah. Gambar 6. Proses Infiltrasi Sumber : https://upload.wikimedia.org/

3. Apa yang dimaksud dengan tanah gambut? Lahan gambut adalah sebidang lahan yang lapisan tanahnya tersusun oleh bahan organik yang banyak yang kandungan karbon organiknya 18% dan tebalnya mencapai hingga lebih dari 50 sentimeter (Agus dan Subiksa 2008). Sesuai dengan namanya, lahan ini merupakan lahan yang tanahnya dipenuhi dengan gambut. Gambut adalah bahan organik tumbuhan yang menumpuk pada kondisi reduksi. Lama waktu penumpukan tidak sebanding yaitu lebih cepat daripada waktu penguraiannya sehingga bahan organik tersebut tidak mengalami dekomposisi secara sempurna. Hasil pelapukan bahan organik yang membentuk gambut memiliki warna hitam kecoklatan, kemerah-merahan, cokelat kehitaman, seperti warna-warna pada teh dan sebagainya (Augusta 2012). Tanah gambut dikategorikan ke dalam tanah lunak yang sukar digunakan bila harus dilalui oleh suatu trase jalan. Selain itu tanah gambut memiliki tekstur terbuka di mana selain pori-pori makro, tekstur tanah gambut juga didominasi oleh poripori mikro yang berada di dalam serat gambut. Gambut adalah lahan basah yang terbentuk dari timbunan materi organik yang berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut, dan jasad hewan yang membusuk. Timbunan tersebut menumpuk selama ribuan tahun hingga membentuk endapan yang tebal. Pada umumnya, gambut ditemukan di area genangan air, seperti rawa, cekungan antara sungai, maupun daerah pesisir.

Gambut yang terbentuk pada sekitar tahun tersebut dikenal sebagai gambut pedalaman. Seiring meningkatnya permukaan laut, terbentuklah gambut di daerah delta (daratan sekitar sungai) dan pantai. Berbeda dengan gambut pedalaman, gambut di daerah ini mengandung kandungan mineral dari air sungai dan pantai akibat pasang surut air laut dan air sungai. Lahan gambut mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan tanah mineral yang ada di seluruh dunia. Ketika terganggu atau dikeringkan, karbon yang tersimpan dalam lahan gambut dapat terlepas ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca. Gambar 7. Tanah Gambut Sumber : https://cdn.akurat.co/ Proses pembentukan gambut dimulai dari adanya danau dangkal yang secara perlahan ditumbuhi oleh tanaman air dan vegetasi lahan basah. Tanaman yang mati dan melapuk secara bertahap membentuk lapisan yang kemudian menjadi lapisan transisi antara lapisan gambut dengan substratum (lapisan di bawahnya) berupa tanah mineral. Tanaman berikutnya tumbuh pada bagian yang lebih tengah dari danau dangkal ini dan secara membentuk lapisan-lapisan gambut sehingga danau tersebut menjadi penuh.