Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

konsep belajar dan pembelajaran, Study notes of Study of Commodities

materi tentang konsep dan pembelajaran pada pembelajaran berbasis TIK

Typology: Study notes

2017/2018

Uploaded on 07/17/2018

surya-sutriana
surya-sutriana 🇮🇩

5

(2)

1 document

1 / 19

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
1
BAB I
KONSEP
BELAJAR &
PEMBELAJARAN
TUJUAN
Setelah mempelajari konsep Bab I Belajar dan Pembelajaran, mahasiswa dapat:
1) Mengetahui, memahami, dan menganalisis tentang konsep belajar
2) Mengetahui, memahami, dan menganalisis tentang teori belajar
3) Mengetahui, memahami, dan menganalisis tentang konsep-konsep
pembelajaran
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe
pff
pf12
pf13

Partial preview of the text

Download konsep belajar dan pembelajaran and more Study notes Study of Commodities in PDF only on Docsity!

BAB I

KONSEP

BELAJAR &

PEMBELAJARAN

TUJUAN

Setelah mempelajari konsep Bab I Belajar dan Pembelajaran, mahasiswa dapat:

  1. Mengetahui, memahami, dan menganalisis tentang konsep belajar
  2. Mengetahui, memahami, dan menganalisis tentang teori belajar
  3. Mengetahui, memahami, dan menganalisis tentang konsep-konsep pembelajaran

KONSEP BELAJAR & PEMBELAJARAN

Di era globalisasi yang serba modern menuntut setiap negara untuk menghasilkan sumber daya manusia dengan kesiapan yang lebih matang dalam segala hal. Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat berpengaruh untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan zaman. Namun, mendidik anak sejak dini hingga menjadi individu yang berkualitas, dan mempertahankan kualitas tersebut bukan hal yang mudah. Perlu proses yang panjang untuk membentuk individu yang mampu mengikuti alur era globalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu individu harus melakukan suatu proses yang disebut belajar. Dalam pendidikan, belajar merupakan kata kunci yang paling penting. Jika tidak ada belajar maka tidak akan ada pendidikan. Dan didalam pendidikan akan terjadi suatu pembelajaran yang akan membentuk individu yang berkualitas.

A. KONSEP BELAJAR

1. DEFINISI BELAJAR

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu dengan sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Menurut kamus bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar merupakan suatu akivitas yang dapat dilakukan secara psikologi maupun secara fisiologis. Aktivitas yang bersifat psikologi, yaitu aktivitas yang merupakan proses mental, misalnya aktivitas berpikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan, mengungkapkan, menganalisis, dan sebagainya. Sedangkan aktivitas yang bersifat fisiologis yaitu aktivitas yang merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuat karya (produk), apresiasi dan sebagainya. Definisi belajar menurut beberapa ahli, antara lain:

  1. Witherington (1952) : belajar merupakan perubahan kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.
  2. Crow & Crow (1958): belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru.

pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan a. Perhatian & Motivasi Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan dana akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk mengarahkan atau menggerakkan aktivitas seseorang. Motivasi erat kaitannya dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal, yakni datang dari orang lain:

  1. Motif instrintik adalah tenaga pendorong yang sesuai perbuatang yang dilakukan. Contoh: seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
  2. Motif ekstrintik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya, tetapi menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan karena ingin memiliki pengetahuan yang dipekajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau lulus. Tabel 1.1. Implikasi prinsip perhatian dan motivasi belajar bagi guru dan siswa AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA Implikasi perhatian guru: ▪ menggunakan metode secara bervariasi ▪ menggunakan media sesuai tujuan dan materi ajar ▪ menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton ▪ mengemukakan pertanyaan- pertanyaan membimbing Implikasi motivasi guru: ▪ memilih bahan ajar sesuai minat ▪ menggunakan metode yang disukai siswa ▪ mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa ▪ memberikan pujian verbal/nonverbal Siswa dituntut memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar

▪ menginformasikan hasil evaluasi b. Keaktifan Menurut Sriyono, dkk. (1992 : 75) Keaktifan adalah pada saat guru mengajar ia harus mengusahakan agar peserta didik-peserta didiknya aktif, jasmani maupun rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani meliputi :

  1. Keaktifan indera. Peserta didik harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.
  2. Keaktifan akal. Akal anak-anak aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah.
  3. Kektifan ingatan. Pada waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru dan menyimpannya dalam otak.
  4. Keaktifan emosi. Anak hendaklah senantiasa mencintai pelajarannya. Tabel 1.2. Implikasi prinsip keaktifan belajar bagi guru dan siswa AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA Implikasi keaktifan guru: ▪ menggunakan multimetode dan multimedia ▪ memberikan tugas individu dan kelompok ▪ memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (3 orang) ▪ memberikan tugas untuk membaca bahan belajar dan mencatat hal-hal yang kurang jelas ▪ mengadakan tanya jawab dan diskusi Implikasi keaktifan siswa berwujud perilaku, seperti: ▪ mencari sumber informasi ▪ menganalisis hasil percobaan ▪ rasa ingin tahu ▪ membuat hasil karya ▪ membuat klipping, dll Implikasi keaktifan siswa mewujudkan keterlibatan langsung c. Keterlibatan Langsung Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil bekerja, karena dengan

yang terdiri atas daya mengamati, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dalam proses belajar, semakin sering materi pelajaran diulangi maka semakin ingat dan melekat pelajaran itu dalam diri seseorang. Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan "bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan" akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari misalnya dengan membuat ringkasan. Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme-nya Thordike. Dalam teori koneksionisme, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar. Tabel 1.4. Implikasi prinsip pengulangan langsung dalam belajar AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA Implikasi pengulangan guru: ▪ merancang melaksanakan pengulangan ▪ mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan ▪ mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang ▪ mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan ▪ membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi Implikasi pengulangan siswa berwujud perilaku, seperti: ▪ kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan berulang untuk satu macam permasalahan ▪ mengerjakan soal-soal latihan ▪ menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah, dll e. Tantangan Teori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar berada dalam suatu medan. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Menurut teori ini belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Agar pada diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan pelajaran harus menantang. Tantangan yang

dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode eksperimen, inquiri , discovery juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukuman yang tidak menyenangkan. Tabel 1.5. Implikasi prinsip tantangan dalam belajar AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA Implikasi tantangan guru: ▪ merancang kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan individual atau kelompok kecil melaksanakan kegiatan ▪ memberikan tugas yang pemecahan masalahnya membutuhkan informasi dari luar sekolah ▪ menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan ▪ mengembangkan bahan ajar yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan (bahan pembelajaran tidak detail) ▪ membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip dan generalisasi sendiri Implikasi tantangan siswa berwujud perilaku, seperti: ▪ melakukan kegiatan eksperimen ▪ melaksanakan tugas terbimbing ataupun mandiri ▪ mencari tahu pemecahan suatu masalah f. Balikan & Penguatan Prinsip belajar yang berkaiatan dengan balikan dan penguatan adalah teori belajar operant conditioning dari B.F. Skinner. Kunci dari teori ini adalah hukum effeknya Thordike, hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat, jika disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya bisa lenyap jika disertai perasaan tidak senang. Artinya jika suatu perbuatan itu menimbulkan efek baik, maka perbuatan itu cenderung diulangi. Sebaliknya jika perbuatan itu menimbulkan efek negatif, maka cenderung untuk ditinggalkan atau tidak diulangi lagi. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Apabila hasilnya baik akan menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu

rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya. Tabel 1.7. Implikasi prinsip perbedaan individu dalam belajar AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA Implikasi perbedaan individu guru: ▪ menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya ▪ merancang pemnafaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran ▪ mengenali karakteristiknya setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan ▪ memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan Implikasi perbedaan individu siswa berwujud perilaku, seperti: ▪ gaya belajar visual ▪ gaya belajar auditif ▪ gaya belajar kinesetik

4. GAYA BELAJAR Gaya belajar merupakan cara termudah yang dimiliki oleh individu dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi yang diterima. Gaya belajar yang sesuai adalah kunci keberhasilan seseorang dalam belajar. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar, siswa sangat perlu dibantu dan diarahkan untuk mengenali gaya belajar yang sesuai dengan dirinya sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Menurut Deporter (2003), terdapat 3 modalitas (tipe) dalam gaya belajar yaitu Visual, Auditori dan Kinestetik. a. Tipe gaya belajar visual ( visual learner ) Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. 1) Ciri-ciri gaya belajar visual: ▪ Bicara agak cepat ▪ Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi

▪ Tidak mudah terganggu oleh keributan ▪ Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar ▪ Lebih suka membaca dari pada dibacakan ▪ Pembaca cepat dan tekun ▪ Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata ▪ Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato ▪ Lebih suka musik dari pada seni ▪ Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

  1. Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual : ▪ Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta. ▪ Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting. ▪ Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi. ▪ Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video). ▪ Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar. b. Tipe belajar auditif ( auditory learner ) Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
  2. Ciri-ciri gaya belajar auditori: ▪ Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri ▪ Penampilan rapi ▪ Mudah terganggu oleh keributan ▪ Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat ▪ Senang membaca dengan keras dan mendengarkan ▪ Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca ▪ Biasanya ia pembicara yang fasih ▪ Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

▪ Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru). ▪ Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar. ▪ Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan. ▪ Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

B. TEORI BELAJAR

1. TEORI BELAJAR BEHAVIOURISTIK

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat.

2. TEORI BELAJAR KOGNITIF Aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah:

  1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
  2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
  3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
  4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
  5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

3. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori pembelajaran konstruktivis ( constructivist theories of Learning ). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar- benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8). Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.

C. KONSEP PEMBELAJARAN

1. PENGERTIAN

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang

2) Pendekatan yang berpusat pada siswa ( student centered approaches ), Artinya siswa lebih memiliki aktivitas pembelajaran yang lebih baik, hal ini karena pendekatan berpusat pada siswa guru menerapkan strategi pembelajaran inkuiri, diskoveri atau pembelajaran induktif. Pendekatan yang berpusat pada siswa bertujuan agar siswa lebih aktif mencari sumber- sumber belajar dari berbagai sumber seperti guru, perpustakaan, lingkungan, orang tua, masyarakat, internet dan sebagainya. b. Strategi Oleh Kemp (dal (Madeamin, 2016)) mendefinisikan strategi sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Sedangkan J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan, dan oleh Dick & Carey (1985) menyebut strategi pembelajaran sebagai suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama. Dari definisi yang diajukan oleh ahli tersebut dapat diartikan bahwa strategi pembelajaran masih bersifat konseptual (konsep perencanaan dan prosedur pembelajaran), sehingga untuk mencapai tujuan yang ditetapkan pada strategi pembelajaran diperlukan implementasi nyata dalam hal ini adalah metode pembelajaran. c. Metode Metode diartikan sebagai cara yang dilakukan untuk melaksanakan strategi. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: 1) ceramah, 2) demonstrasi, 3) diskusi, 4) simulasi, 5) praktik, 6) pengalaman lapangan, 7) brainstorming, 8) debat, 9) simposium, dan sebagainya. d. Teknik & Taktik Teknik diartikan sebagai cara yang dilakukan seorang guru dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik dan unik, sedangkan taktik diartikan gaya seorang guru dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan cara pandang guru (pendekatan) terhadap proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, kemudian penyusunan strategi, pemilihan metode pembelajaran untuk menjalankan strategi, serta penerapan teknik dan taktik untuk mencapai tujuan pembelajaran merupakan satu rangkaian yang utuh yang disebut sebagai model pembelajaran. Hal ini disampaikan oleh Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana

pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas. Gambar 1. 1. Pola model pembelajaran Dari definisi oleh Joyce & Weil tersebut menunjukkan model pembelajaran disusun berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologi, analisis sistem dan teori-teori lain yang mendukung. Masih menurut Joce & Weil terdapat 4 kelompok model pembelajaran, yaitu: 1) model interaksi sosial,

  1. model pengolahan informasi, 3) model personal-humanistik, dan 4) model modifikasi tingkah laku. Namun, dalam implementasinya model pembelajaran banyak digunakan untuk capaian pembelajaran jangka pendek, hal ini dapat dilakukan karena memang model pembelajaran juga dapat digunakan untuk membimbing pembelajaran di kelas.

3. KOMPONEN PEMBELAJARAN Menurut Oemar Hamalik (200 3 :77) proses pembelajaran merupakan satu sistem artinya keseluruhan yang terjadi dari komponen-komponen yang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen-komponen pokok dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: tujuan pembelajaran, peserta didik (siswa), tenaga kependidikan (guru), kurikulum, dan materi pembelajaran, metode pembelajaran, sarana (alat, media) pembelajaran, dan evaluasi pembelajaraan.

5) Evaluasi Evaluasi diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, dan yang lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.