





Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
Kewarganegaraan dengan membahas dampak kolusi
Typology: Summaries
Uploaded on 12/30/2023
1 document
1 / 9
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Abstrak Indonesia memiliki masalah tindak pidana yang sulit untuk dipecahkan dan diatasi oleh bangsa dan pemerintah yaitu masalah korupsi, kolusi dan nepotisme.Korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di Indonesia bukan lagi merupakan sebuah fenomena, melainkan merupakan fakta yang terkenal dimana-mana. Korupsi, kolusi dan nepotisme( KKN ) akhir-akhir ini dianggap sebagi wujud paling buruk dari gejala kemerosotan moral dari kehidupan masyarakat dan bernegara. Korupsi, kolusi dan nepotisme terjadi disemua bidang dan sektor pembangunan.Korupsi, kolusi dan nepotisme terjadi bukan hanya pada tingkat pusat tetapi juga pada tingkat daerah dan ketingkat pemerintahan yang paling kecil di daerah. Key Word : Korupsi, Kolusi ,Nepotisme Pembahasan Korupsi, kolusi dan nepotis memerupakan serangkaian tindakan yang tidak dibenarkan oleh hukum Indonesia dari satu hal yang paling kecil hingga yang diaggap besar. Korupsi merupakan perilaku pejabat publik, baik politikus, politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar memperkaya diri dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan pada mereka Ciri-ciri Korupsi :
Contoh Kasus Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Contohkasuskorupsi
Menurut saya cara mengatasi adanya kasus Korupsi, Kolusi Dan Nepotismedi Indonesia adalah dengan memperbaiki diri sendiri , seperti menumbuhkan semangat anti korupsi dalam diri, memperbaiki moral,mempraktikan sikap anti korupsi, kolusi dan nepotisme dalam setiap perbuatan, membuat kegiatan penyuluhan dalam upaya mengurangi Korupsi, Kolusi Dan Nepotismedi Indonesia. Pemerintah harus lebih memperkuat hukum yang ada dengan cara menindak secara tegas para pelaku dan, memberi hukuman sosial kepada para pelaku Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme. Masyarakat seharusnya tidak bersifat acuh tak-acuh dan lebih memiliki rasa tanggung jawab agar tidak mudah dibohongi oleh para pelaku Korupsi, Kolusi Dan nepotisme. Dengan menaikkan gaji para pejabat atau pegawai, melukan penerimaan pejabat bedasarkan ketrampilannya. ” Jika yang memerintah memiliki karakter freedom-loving, maka negara yang terbentuk adalah DEMOCRACY. Demokrasi dalam sistem filsafat kenegaraan Plato tidak sama persis dengan demokrasi dalam artian seperti sekarang ini. Demokrasi yang dikatakan Plato termasuk dalam bilangan bentuk negara yang tidak ideal, karena sistem ini memuja kebebasan. Plato menegaskan bahwa apabila warga negara memuja-muja kebebasan, tidak ada pendidikan untuk virtue, tidak ada harmoni, tidak ada kesejahteraan. Kebebasan yang dimaksudkan Plato ialah tanpa hukum. Dalam demokrasi, hanya rakyat biasa yang tidak memiliki pengetahuan tentang kebijaksanaan apa pun yang memerintah.” (DIKURSUS FILSAFAT PANCASILA DEWASA INI) ”Pembinaan kaum awam untuk sadar akan tanggungjawab sosial kemasyarakatan dan berpolitik merupakan hal yang penting, bukan karena kebutuhan akan cinta tanah air dan tantangan disintegrasi bangsa yang dewasa ini lantang diserukan, melainkan harus lahir dari iman kristiani yang mendalam. Yesus mengatakan : ”Kamu adalah garam dunia, dan kamu adalah terang dunia (Mat 5:13-14). Bangsa ini tengah berada di titik nadir. Kemerosotan terjadi hampir di semua lini. Korupsi, kolusi, pemujaan uang, kuasa, materi, ingin menang sendiri, pemaksaan kehendak, main hakim sendiri, dan sederet penyakit gawat telah melekat begitu dalam. Bukankah hal yang sama juga pernah dialami Israel dalam sejarahnya yang panjang? Beruntung bahwa Tuhan masih begitu setia dengan mengirimkan nabi-nabinya agar Israel cepat berbalik dari kesalahannya. Bagaimana dengan Indonesia? Apakah Tuhan tidak sedang mengirimkan para nabinya saat ini, di sini, dan kini untuk mengkoreksi hidup berbagsa kita yang kian runyam? Perlu juga dipikirkan bagaimana spiritualitas politik dan liturgi politik bagai kaum awam yang terjun langsung dalam dunia politik praktis, supaya makin relevanlah semangat yang pernah digelorakan oleh Mgr Soegijopranoto: ”Seratus persen Katolik, seratus persen Indonesia.”(Dewantara, A. (2017). Kerasulan Awam diBidang Politik (SosialKemasyarakatan) dan Relevan sinyal bagi Multikulturalisme Indonesia).” “Seringkali keterkaitan antaraetikadanbisnisluputdariperhatiankitaselama ini. Praktek-praktek berbisnis di Indonesia sering kali menampakkan wajah yang koruptif yang berkonspirasi dengan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, serta immoralitas. Padahal, bisnis justru sering kali berkaitan dengan kajian atas
tidak baik. Biasanya diwarnai dengan korupsi yaitu penyalahgunaan wewenang yang dimiliki oleh salah satu pihak atau pejabat negara. Kolusi paling sering terjadi dalam satu bentuk pasar oligopoli, dimana keputusan beberapa perusahaan untuk bekerja sama, dapat secara signifikan mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Kartel adalah kasus khusus dari kolusi berlebihan, yang juga dikenal sebagai kolusi tersembunyi. Lalu bagaimana dengan nepotisme? Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Kata ini biasanya digunakan dalam konteks derogatori. Sebagai contoh, kalau seorang manajer mengangkat atau menaikan jabatan seorang saudara, bukannya seseorang yang lebih berkualifikasi namun bukan saudara, manajer tersebut akan bersalah karena nepotisme. Pakar-pakar biologi telah mengisyaratkan bahwa tendensi terhadap nepotisme adalah berdasarkan naluri, sebagai salah satu bentuk dari pemilihan saudara. Akibat -- akibat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) ini adalah : Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman modal, terbuangnya keahlian, bantuan yang lenyap. ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh militer, menimbulkan ketimpangan sosial budaya. pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas administrasi, hilangnya kewibawaan administrasi. dugaan-korupsi-mata-aceh-ilustrasi-59f3a4a0f33a2d5c46395302.jpg dugaan-korupsi-mata-aceh-ilustrasi-59f3a4a0f33a2d5c46395302.jpg Secara umum akibat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) adalah merugikan negara dan merusak sendi-sendi kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar
Walaupun KKN seakan hampir tidak mungkin dipahuskan, bangsa Indonesia harus tetap optimis dalam memberantas KKN. Sekalipun tidak dapat menggunakan cara efektif dan efisien, setidaknya masih bisa merangkak sedikit demi sedikit menuju negara bebas KKN. Cara paling mjudah adalah dengan memulai dari diri sendiri. Seperti : Perbaiki moral dan mental diri, Tumbuhkan semangat anti-KKN dalam diri, Praktikkan anti-KKN dalam setiap perbuatan, Pengaruhi orang lain agar semangat anti-KKN tumbuh dalam kepribadiannya, Buat atau ikuti komunitas anti-KKN untuk mengumpulkan maupun berkumpul dengan orang-orang yang memiliki ideologi serupa, Bersama, adakan kegiatan seperti penyuluhan, workshop, pembelajaran, atau lainnya sebagai upaya mengurangi KKN di Indonesia, dan Teruslah aktif dalam mengurangi KKN. https://www.kompasiana.com/elleonoraellen/59f3a4e0ed4ed6713a6299c2/kkn- korupsi-kolusi-nepotisme-merupakan-benalu-sosial