



























Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
dalam mata kuliah wajib dunia perkuliahaan salah satunya da mata kuliah wajib agama. dan makalah yang saya terbitkan adalah makalah mengenai KEHIDUPAN BERAGAMA DI LINGKUNGAN KELUARGA untuk makalah agama islam. semoga dapat membantu teman teman mahasiswa yang sedang dalam tugas yang serupa
Typology: Slides
1 / 35
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
i KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Kuasa, sehingga atas izin dan karunia- Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih pada Dosen pembimbing mata kuliah Agama Islam yang telah memberikan materi yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mandiri mata kuliah Agama Islam. Pendidikan agama di lingkungan keluarga sangat besar peranannya dalam pembentukan kepribadian bagi anak-anak, karena di lingkungan keluargalah anak-anak pertama kali menerima pendidikan yang mempengaruhi perkembangannya selanjutnya. Agar anak-anak memiliki kepribadian yang baik dan terhindar dari pelanggaran- pelanggaran moral, maka perlu adanya pembinaan agama sejak dini kepada anak-anak dalam keluarga, hingga dewasa. Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menjelaskannya. Tak ada jalan yang tak retak, maka begitu pula lah penulisan makalah ini yang jauh dari kesempurnaan dan banyak kekeliruan disana-sini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Untuk itu, penulis menerima saran, kritik, dan pertanyaan demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis
1. 1. Latar Belakang Islam adalah agama yang suci, agama yang sangat memperhatikan agar pertumbuhan dan perkembangan anak berada di bawah naungan keluarga harmonis. Di dalamnya semua orang dapat menunaikan kesempatannya dan mengetahui hak serta kewajibannya. Selain itu, mereka bisa memasuki lingkungan masyarakat di sela-sela suasana keluarga yang telah membekali mereka dengan dasar-dasar yang sangat penting berupa pendidikan maupun akhlak yang benar. Keluarga merupakan masyarakat kecil dan menjadi pilar bagi tegaknya masyarakat makro yaitu umat. Sebuah keluarga dapat terbentuk karena adanya ikatan laki-laki dan perempuan melalui sebuah pernikahan yang sah baik menurut hukum negara maupun syariat Islam. Kemudian Allah SWT memberikan nikmat kepada mereka yang menjadi perhiasan dan perekat dalam berumah tangga yakni anak. Rumah keluarga muslim adalah benteng utama tempat anak dibesarkan melalui pendidikan Islam. Yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah keluarga yang mendasarkan aktifitasnya pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan syari'at Islam. Para ahli pendidikan pada umumnya mengatakan pendidikan di dalam keluarga ini merupakan pendidikan pertama dan utama. Dikatakan demikian karena di dalam keluarga inilah anak mendapatkan pendidikan pertama kalinya. Di samping itu, pendidikan di dalam keluarga mempunyai pengaruh yang dalam bagi kehidupan anak terutama bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis serta nilai- nilai sosial dan religius pada diri anak. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga berbeda dengan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah, karena pendidikan dalam keluarga bersifat informal yang tidak terikat oleh waktu dan program khusus.
Peran pendidikan sendiri adalah menjaga generasi sejak masa kecil dari berbagai penyelewengan ala jahiliyah, mengembangkan pola hidup, perasaan dan pemikiran mereka sesuai dengan fitrah agar menjadi pondasi yang kuat, pendidikan yang diberikan akan mempengaruhi anak dan akan menjadi bagian dari kepribadiannya. Untuk membangun pondasi yang kuat, dalam diri anak dibutuhkan pendidikan agama semenjak usia dini. Seorang anak memiliki dua potensi yaitu bisa menjadi lebih baik dan bisa menjadi lebih buruk. Baik buruknya anak sangat berkaitan erat dengan pembinaan dalam pembinaan agama Islam dalam keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Sejalan dengan semakin pesatnya arus globalisasi yang dicirikan dengan derasnya arus informasi dan teknologi ternyata dari satu sisi memunculkan persoalan-persoalan baru yang kerap kita temukan pada diri individu dalam suatu masyarakat. Masalah kepribadian adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja. Munculnya kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, narkoba, penyimpangan seksual, kekerasan serta berbagai bentuk penyimpangan penyakit kejiwaan, seperti stress, depresi, dan kecemasan adalah bukti yang tak ternafikan dari adanya dampak negatif dari kemajuan peradaban kita. Hal ini kemudian secara tidak langsung berpengaruh tidak baik pula pada kemapanan dan tatanan masyarakat damai seperti kita semua harapkan. Buruknya kepribadian yang disebutkan di atas adalah di antara macam-macam kelakuan anak-anak yang menggelisahkan orang tuanya sendiri dan juga ada yang menggelisahkan dirinya sendiri. Tidak sedikit orang tua yang mengeluh kebingungan menghadapi anak- anak yang tidak bisa lagi dikendalikan baik oleh orang tua itu sendiri maupun guru- gurunya. Contoh-contoh dalam hal ini sangat banyak, dapat kita rasakan, saksikan, dan perhatikan sendiri. Berdasarkan uraian di atas, perlu kiranya kita memikirkan tentang model pendidikan agama bagi anak-anak di lingkungan keluarga, sehingga anak-anak remaja kita saat memiliki kepribadian yang baik akan berdampak pula terhadap kehidupan bangsa ini.
2.1. Pendidikan Agama Islam Pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Orang tua mendidik anaknya, anak mendidik orang tuanya, guru mendidik muridnya, murid mendidik gurunya, bahkan anjing mendidik tuannya. Semua yang kita sebut atau kita lakukan dapat disebut mendidik kita. Begitu juga yang disebut dan dilakukan orang lain terhadap kita, dapat disebut juga mendidik kita. Dalam pengertian ini kehidupan adalah pendidikan, dan pendidikan adalah kehidupan. ( Lodge , 1974: 23). Menurut Marimba (1989: 19) bahwa yang dinamakan pendidikan ialah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi- potensi pribadinya, yaitu rohani (piker, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indra serta keterampilan-kerampilan). Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya di usahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang di didik. Dari beberapa pendapat yang telah di uraikan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar melalui bimbingan, pengarahan dan latihan untuk membantu mengarahkan anak didik agar berkepribadian tinggi menuju yang sempurna serta mampu melaksanakan kewajibannya terhadap agama dan Negara. Istilah agama memiliki berbagai macam pengertian. Agama itu bersumber dari dua kata, yaitu “ A ” yang berarti tidak dan “ Gama ” yang berarti kacau balau, tidak teratur. Jadi, agama artinya tidak kacau atau tidak teratur. Ada pula yang
berpendapat bahwa agama berasal dari kata bahasa sangsekerta yang artinya haluan, peraturan, jalan atau kebaikan kepada Tuhan. Agama adalah peraturan-peraturan yang harus di taati yang mempersatukan seluruh umat manusia itu sejahtera, damai dan mendapat kedudukan yang terpuji atau sikap terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan lebih luas dari pada lingkungan dunia ffisik yang terikat ruang dan waktu. Pendidikan agama ialah pendidikan yang menyangkut dengan penanaman nilai-nilai keagamaan dengan ajaran agama dan kepercayaan masing-masing. Namun, dalam hal ini ialah pendidikan agama Islam. Menurut Ahmad Tafsir , Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya ia dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan serta berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan agama islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al- Qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman, agar kelak dapat berguna menjadi pedoman hidupnya untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Di dalam dunia pendidikan Islam, istilah pendidikan berkisar pada konsep- konsep yang dirumuskan dalam istilah-istilah sebagai berikut: a. Taklim ; pendidikan yang menitikberatkan masalah pada pengajaran, penyampaian informasi, dan pengembangan ilmu. b. Tarbiyah; pendidikan yang menitikberatkan masalah pada pendidikan, pembentukan, dan pengembangan pribadi dan kode etik (norma-norma etika/akhlak). c. Ta'dib ; pendidikan yang memandang bahwa proses pendidikan merupakan usaha yang mencoba membentuk keteraturan susunan ilmu yang berguna bagi dirinya sebagai muslim yang harus melaksanakan kewajiban serta
keluarga. Pertama, penanaman nilai dalam arti pandangan hidup yang kelak mewarnai perkwembangan jasmani akalnya. Kedua, penanaman sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di sekolah. Setiap usaha yang dilakukan secara sadar oleh setiap manusia, pasti tidak lepas dari tujuan. Tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah mencari ridha Allah SWT. Dengan pendidikan, di harapkan akan lahir individu-individu yang baik, bermoral, berkualitas sehingga bermanfaat kepada dirinya, keluarga, masyarakat, negaranya dan umat manusia secara keseluruhan. Jadi tujuan pendidikan adalah perkara yang amat penting, sebab tujuan itulah yang menentukan sifat-sifat metode dan kandungan pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, tujuan pendidikan dalam keluarga adalah terciptanya kesempurnaan dari masing- masing anggota keluarga. Selain itu dapat saling berakhlak baik kepada Allah SWT dengan cara menjalankan perintah dan menjauhi larangannya, berbuat baik kepada sesama manusia, diri sendiri, maupun makhluknya. 2.3. Metode Pendidikan Agama Islam Pola atau dapat disebut juga sebagai metode merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pendidik dalam menyampaikan nilai-nilai atau materi pendidikan pada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri sebagai salah satu komponen penting dalam proses pendidikan, pola atau metode dituntut untuk selalu dinamis sesuai dengan dinamika dan perkembangan peradaban manusia. Pola atau metode pendidikan agama dalam Islam pada dasarnya mencontoh pada perilaku Nabi Muhammad Saw dalam membina keluarga dan sahabatnya. Karena segala apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad merupakan manifestasi dari kandungan al-Qur’an. Adapun dalam pelaksanaannya, Nabi memberikan kesempatan pada para pengikutnya untuk mengembangkan cara sendiri selama cara tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh Nabi. Abdulrahman Al-Nahlawi dalam bukunya Ushulu al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Ashalibiha (1983) mencoba mengembangkan metode pendidikan Qurani.
(Syahidin, 2005: 59) yang disebut metode pendidikan Qurani ialah salah satu metode pendidikan yang berdasarkan kandungan al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam hal ini, segala bentuk upaya pendidikan didasarkan kepada nilai-nilai yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah. Metode pendidikan agama yang dapat di gunakan dalam keluarga : a. Metode keteladanan Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir dan sebagainya. Keteladanan merupakan metode yang paling baik dalam rangka proses kehidupannya, mereka memerlukan keteladanan yang baik dan sholeh. Teladan dari orang tua akan jauh lebih membekas dari pada semua kata yang mereka ajarkan. Dengan demikian keteladanan yang diberikan orang tua pada anaknya akan sangat menentukan keberhasilan orang tua dalam membimbing anak- anaknya. Metode ini yang paling efektif untuk membimbing anaknya. Orang tua tidak hanya memberikan bimbingan secara lisan melainkan juga langsung memberikan contoh kepada anak-anaknya. b. Metode Kisah Dalam islam banyak kisah para Nabi yang dapat di petik pelajaran moral yang di paparkan melalui metode cerita. Sebagai contoh : kisah Nabi Muhammad, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Yunus, Nabi Musa dan lain-lain. Dari kisah tersebut, orang tua menceritakan kepada anak-anaknya dengan metode yang sangat berkesan dan dengan ungkapan dalam kehidupannya. c. Metode Nasehat Di antara metode pendidikan yang popular sejak dulu adalah dengan cara nasehat, sebab manusia itu senang dan selalu memperhatikan jika mendengar nasehat dari orang yang disintainya. Oleh sebab itu, dalam kondisi yang demikian ini, nasehat sangat mampu berpengaruh pada diri orang yang mendengarkan nasehat maka oleh sebab itu sebagai orang tua hendaknya memahami dalam memberikan nasehat dalam mendidik anak-
keluarga, khususnya orang tua. Oleh karena ituorang tua memang harus menjadi teladan yang utama bagi anak-anaknya setadapat memberikan nasehat-nasehat bila anaknya ada masalah yang mungkin tidak dapat diselesaikan denagn sendiri oleh anak. 2.4. Materi Pokok Pendidikan Agama Islam a) Pendidikan Akidah Sesungguhnya tujuan utama kehidupan manusia sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an adalah mengesakan dan menyembah Allah SWT, mengenal-Nya dengan sebenar-benarnya, dan memakmurkan alam semesta ini sesuai dengan syariat yang ditetapkan. Allah berfirman yang artinya:
mengabdi kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56). Para mufassir menyebutkan makna al-’ibadah dalam ayat ini dalam beberapa pendapat: pertama, tauhid; kedua, melaksanakan ibadah dan menjaga ketaatannya; ketiga, mengenal Allah (ma’rifatullah). Sebagaimana tujuan utama pernikahan dalam Islam adalah membina generasi imani yang mempunyai keimanan kuat dalam hatinya dan terlihat pengaruhnya pada akhlak dan perbuatannya, Nabi Muhammmad saw juga telah menegaskan betapa besar pengaruh orang tua dalam memberikan bimbingan akidah yang benar bagi anak- anaknya. Nabi Muhammmad saw bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi.”
Dasar-dasar akidah paling penting yang wajib diajarkan kepadaanak-anak adalah: mengesakan Allah (tauhidullah), Allah menaklukkan semua makhluk untuk berkhidmat kepada manusia, beriman kepada qadha dan qadar serta bertawakal kepada Allah, menanamkan kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw. b) Pendidikan Ibadah Materi dalam pendidikan ibadah yang dimaksud di sini adalah meliputi: Shalat, karena shalat adalah mediator antara hamba dan Tuhannya. Selain itu, shalat merupakan tiang agama Islam, siapa yang menegakkannya maka berarti telah menegakkan Islam dan barangsiapa yang merobohkannya maka roboh pula Islam. Bersama dengan lainnya; syahadatain, haji, puasa, dan zakat, shalat menjadi tiang (fondasi) bangunan Islam. Shalat adalah satu-satunya ibadah yang pelaksanaannya harus diperintahkan kepada seorang anak, bahkan dapat diberi ganjaran dengan pukulan apabila si anak menunjukkan keengganan untuk melaksanakannya. Aspek pendidikan ibadah ini khususnya pendidikan shalat disebutkan dalam firman Allah yang artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman:17). Ayat tersebut menjelaskan pendidikan shalat tidak terbatas tentang kaifiyah di mana menjalankan shalat lebih bersifat fiqhiyah melainkan termasuk menanamkan nilai-nilai di balik shalat. Dengan demikian mereka harus mampu tampil sebagai pelopor amar makruf nahi munkar serta jiwanya teruji sebagai orang yang sabar c) Pendidikan Pokok-Pokok Ajaran Islam
3.1. Peran Keluarga Bagi Anak-Anak Keluarga secara etimologis berasal dari rangkaian kata “kawula” dan “warga”. Kawula artinya abdi yakni hamba sedangkan warga berarti anggota. Sebagai abdi di dalam keluarga, seseorang wajib menyerahkan segala kepentingan kepada keluarganya dan sebagai warga atau anggota, ia berhak untuk ikut mengurus segala kepentingan di dalam keluarganya. Sedangkan menurut M.I Sulaiman (1994 : 12) ciri hakiki suatu keluarga ialah bahwa keluarga itu merupakan : “Satu persekutuan hidup yang dijalin kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri”. Dalam Ensyclopedi Umum yang dimaksud dengan keluarga yaitu kelompok orang yang ada hubungan darah atau perkawinan yang terdiri dari ibu, ayah, anak– anaknya (yang belum memisahkan diri sebagai keluarga. Dalam bahasa Inggris kata keluarga diartikan dengan Family. Everet Wilson mengartikan family (keluarga ) adalah ” the face to face group (kelompok tatap muka). Dia mengartikan lebih ke arah fungsi keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu, anak-anak dan kerabat lainnya. Lingkungan keluarga merupakan tempat di mana anak-anak dibesarkan dan merupakan lingkungan yang pertama kali dijalanai oleh seorang anak di dalam mengarungi hidupnya, sehingga apa yang dilihat dan dirasakan oleh anak-anak dalam keluarga akan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa seorang anak. Keluarga merupakan unit pertama dan institusi pertama dalam masyarakat di mana hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya, sebahagian besarnya bersifat hubungan langsung dan di situlah berkembang individu dan di situ pulalah terbentuknya tahap-tahap awal proses sosialisasi bagi anak-anak. Dari interaksi dalam keluarga inilah anak-anak memperoleh pengetahuan, keterampilan, minat,
nilai-nilai, emosi dan sikapnya dalam hidup dan dengan itu pulalah mereka memperoleh ketenteraman dan ketenangan. Pembentukan keluarga dalam Islam bermula dengan terciptanya hubungan suci yang menjalin seorang laki-laki dan seorang perempuan melalui perkawinan yang halal, memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat sahnya perkawinan tersebut. Oleh karena itu, kedua suami dan isteri itu merupakan dua unsur utama dalam keluarga. Jadi, keluarga dalam pengertiannya yang sempit merupakan suatu unit sosial yang terdiri dari seorang suami dan seorang isteri, atau dengan kata lain, keluarga adalah perkumpulan yang halal antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bersifat terus menerus di mana yang satu merasa tenteram dengan yang lain sesuai dengan yang ditentukan oleh agama dan masyarakat. Dan ketika kedua suami isteri itu dikaruniai seorang anak atau lebih, maka anak- anak itu menjadi unsur utama ketiga pada keluarga tersebut di samping dua unsur sebelumnya. Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi setiap individu di mana ia berinteraksi. Dari interaksi dengan lingkungan pertama inilah individu memperoleh unsur-unsur dan ciri-ciri dasar daripada kepribadiannya. Juga dari situlah ia memperoleh akhlak, nilai-nilai, kebiasaan dan emosinya dan dengan itu ia merobah banyak kemungkinan-kemungkinan, kesanggupan-kesanggupan dan kesedian-nya menjadi kenyataan dalam hidup dan tingkah laku yang tampak. Jadi keluarga itu bagi seorang individu merupakan simbol atas nilai-nilai yang mulia, seperti keimanan yang teguh kepada Allah, pengorbanan, kesediaan berkorban untuk kepentingan kelompok, cinta kepada kebaikan, kesetiaan dan lain-lain lagi nilai mulia yang dengannya keluarga dapat menolong individu untuk menanamkannya pada dirinya. Individu itu perlu pada keluarga bukan hanya pada tingkat awal hidupnya dan pada masa kanak-kanak, tetapi ia memerlukannya sepanjang hidupnya, sebab di dalam keluargalah, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, orang tua maupun manula mendapatkan rasa kasih sayang, rasa tenteram dan ketenangan. Keberadaan keluarga bukan hanya penting bagi seorang individu, tetapi juga bagi masyarakat, sehingga masyarakat menganggap keluarga sebagai institusi
keadaan- keadaan luar biasa, seperti ketika ibu bapak meninggal atau karena ibu bapak rusak akhlak dan menyeleweng dari kebenaran, atau mereka acuh tak acuh dan tidak tahu cara-cara yang betul dalam mendidik anak. Orang tua semacam ini tidak akan sanggup mendidik anak-anaknya menjadi orang yang baik dan terhormat, karenanya akan menjadi mashlahat apabila anak-anak itu dididik di luar keluarga mereka, misalnya dalam institusi-institusi yang yang baik, teratur dan bertanggungjawab atas baik dan buruknya kepribadian. Menurut Syamsu Yusuf (2007), keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian anak. Alasannya adalah: (1) keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak, (2) anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, dan (3) para anggota keluarga merupakan “significant people” bagi pembentukan kepribadian anak. Di samping itu, keluarga juga dipandangn sebagai lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan insani, terutama bagi pengemnbagan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. Melalui perlakuan dan perawatan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik-biologis, maupun kebutuhan sosio psikologisnya. Apabila anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, maka dia cenderung berkembang menjadi seorang pribadi yang sehat. Perlakuan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan nilai-nilai kehidupan, baik nilai agama maupun nilai sosial budaya yang diberikan kepada anak merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan warga masyarakat yang sehat dan produktif. Suasana keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, yaitu suasana yang memberikan curahan kasih sayang, perhatian, dan bimbingan dalam bidang agama, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif, sehat. Sedangkan anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang berantakan, tidak harmonis, keras terhadap anak dan tidak memperhatikan nilai-nilai agama, maka perkembangan kepribadiannya cenderung mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya.
Apabila fungsi keluarga dalam kajian psikologikal modern menekankan pendidikannya kepada pembinaan jiwa mereka dengan rasa cinta, kasih sayang dan ketenteraman, justeru para ahli ilmu jiwa Muslim jauh sebelum itu telah menekankan perkara ini dalam berbagai tulisannya. Ulama-ulama Muslim dahulu kala menekankan pentingnya peranan pendidikan keluarga itu pada tahun-tahun pertama usia anak-anak yang berdasar kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Di samping itu, nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah banyak yang menekankan pentingnya pendidikan dalam keluarga, di antaranya: Allah berfirman: “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (Q.S.(66):6). Juga Rasulullah bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ibu bapaknyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nashrani atau Majusi (H.R.Tabrani dan Baihaqi). Dalam sabdanya yang lain, Rasulullah menjelaskan: “Awasilah anak- anakmu dan perbaikilah adabnya” (H.R.Ibnu Majah). Dari bukti-bukti yang dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa mendidik anak dalam keluarga kewajiban paling utama. Kewajiban ini tidak dapat ditinggalkan kecuali karena udzur, dan juga tidak akan membebaskan ia dari tanggungjawab ini dengan adanya institusi-institusi pendidikan yang didirikan khusus untuk anak-anak dan generasi muda. Sebab, institusi itu tidak akan sanggup menggantikan keluarga dalam menanamkan rasa cinta dan kasih sayang kepada anak-anak. Keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama, pertama karena keluarga merupakan lingkungan awal sebelum anak itu mengenal luar dan utama karena keluarga menjadi lingkungan sosial dan emosional dimana hal itu sangat memberikan kualitas pengalaman sehingga menjadi faktor determinan untuk pembentukan kepribadian seorang anak. Menurut M.I. Sulaeman (1994: 84), fungsi keluarga itu ada delapan jenis, yaitu: (1) fungsi edukasi, (2) fungsi sosialisasi, (3) fungsi proteksi, (4) fungsi afeksi, (5) fungsi religius, (6) fungsi ekonomi, (7) fungsi rekreasi, (8) fungsi biologis. Berdasarkan kepada beberapa fungsi keluarga di atas terlihat bahwa salah satu fungsi keluarga ialah fungsi pendidikan. Hal ini berarti bahwa orangtua sebagai pendidik pertama dan utama mempunyai kewajiban dalam memberikan