






Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
A research paper on the influence of Islam on Songket Palembang, a traditional Malay woven fabric. It discusses the history and production of Songket Palembang, as well as the influence of Islamic culture on its motifs. The paper also includes a brief introduction and acknowledgments. written in Indonesian and was produced by a group of students from Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang in 2023.
Typology: Lecture notes
1 / 11
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Disusun Oleh: Kelompok 10
**1. Febriansyah (2 120503004 )
Assalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh… Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat Nya sehingga makalah dapat diselesaikan pata waktunya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW, semoga kita mendapat syafaatnya di hari akhir kelak. Aamin. Makalah diajukan untuk memenuhi tugas Mata kuliah Islam dan Peradaban Melayu. Setiap dalam bab diawali dengan rangkuman materi yang singkat namun padat. Rangkuman disusun secara sederhana, sehingga pembaca dengan mudah memahami konsep-konsep didalam makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pengampu Ibu: Choiriyah, M.Hum senantiasa membimbing dan memberikan saran-saran demi kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun penyusun sangat mengharapkan banyak demi perbaikan isi makalah ini. Harapan penulis, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terkhusus kepada para mahasiswa yang menempuh pendidikan. Palembang, 2023 Penulis
1.1 Latar Belakang Menurut seorang ahli kain tenun tradisional, Fischer (Depdikbud, 1990: 25), seni tenun tradisional paling canggih yang pernah dihasilkan dunia berasal dari Indonesia, seperti kain tenun, kain songket, kan batik dan lain sebagainya. Salah satu provinsi yang sangat terkenal dengan budaya tenun kainnya yaitu provinsi Sumatera yang dikenal dengan tradisi kain tenun ikat. Beberapa kain tradisional yang dikenal secara luas yaitu Kain Tapis yang berkembang di Lampung, Kain Ulos di Sumatera Utara, Kain Tenun Pandai Sikek di Sumatera Barat dan Kain Songket di Palembang. Pada awalnya para penenun songket hanya menggunakan bahan baku berupa benang tenun dari kapas sehingga songket yang dihasilkan tidak begitu menarik. Namun, kini bahan baku pembuatan songket semakin berkembang dengan penggunaan benang emas dan sutra. Hal ini membuat songket menjadi lebih bernilai dan menjadi cermin status sosial pemakainya. Songket tak hanya dijadikan sebagai bagian dari fashion terutama pada kalangan bangsawan atau kalangan menengah ke atas, namun songket juga menjadi symbol yang digunakan pada upacara pernikahan, kelahiran bayi, dan penyambutan tamu yang sangat kental dengan tradisi Melayu Palembang. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah, adalah apa saja pengaruh Islam dalam kain songket Palembang? 1.3 Tujuan
2.1 Songket Songket adalah kain tenun tradisional Melayu yang tidak hanya terdapat di Indonesia, namun juga menyebar di daerah Melayu lainnya yaitu Malaysia, dan Brunei. Songket sendiri digolongkan dalam keluarga tenunan brokat karena ditenun dengan tangan dan menggunakan benang emas. Karena keindahannya, Songket yang dikenal sebagai Ratu dari segala Kain pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau nan cemerlang. 2.2 Kain Songket Palembang Menurut cerita rakyat yang menyebar secara turun temurun di Palembang, kain songket bermula dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera, sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. Kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper. Biasanya songket Palembang didominasi dengan warna merah, tapi pada saat ini warna merah tidak mutlak. Pada zaman dahulu, zat pewarna khususnya yang berwarna merah didapat dari alam dengan cara mengolah kayu sepang yang diambil intinya dan direbus dengan campuran akar mengkudu. Untuk warna kuning didapat dengan hasil pengolahan kunyit sedangkan warna biru dengan indigo. Sedangkan warna-warna sekunder seperti ungu, orange dan hijau didapat dengan cara mencampur warna-warna primer yang tadi sudah didapat dan ditambahkan tawas agar warna tidak menjadi pudar. Penenunan dilakukan setelah proses pewarnaan benang. Benang pakan ditempatkan secara melebar dan horizontal sedangkan benang lungsi penempatannya secara horizontal atau
Lambang ini terdapat pada beberapa lambang negara dan bendera. Dalam bahasa Arab, rub berarti "satu perempat, suku", sementara hizb pula mempunyai arti "kumpulan". Pada mulanya lambang ini digunakan dalam al-Quran yang dibagi pada 60 Hizb (60 kumpulan yang panjangnya agak sama); lambang ini menunjukkan setiap suku Hizb, sementara setiap Hizb melambangkan setengah juz. Tujuan utama sistem pembagian ini adalah untuk memudahkan pembacaan al-Quran. Lambang ini digunakan sebagai penanda ujung surah dalam kaligrafi Islam.Ia dijelaskan dengan dua persegi bertindih seperti glyph. Bintang al-Quds (bahasa Arab نجمه القدس ,najmat al-Quds) adalah modifikasi lambang Islam, rub al- hizb, yang secara resminya dikaitkan dengan al-Quds (Yerusalem). Rancangan bintang delapan penjuru terinspirasi dari denah Kubah Shakhrah (harfiah, Kubah Batu) yang dibangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan pada tahun 685 M dan juga lambang standar rub al-hizb. Bahkan beberapa sumber lain menyebutkan bahwa Bintang 8 ini adalah seni kaligrafi dari bangsa Parsyi yang sebenarnya adalah Jalallah (Tulisan Allah). Dari pembahasan di atas, dapat terlihat bahwa yang menjadi sign dari motif songket ini adalah bintang atau bunga segi 8 yang hampir ada di semua motif songket yang berasal dari Palembang. Ini didapatkan berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada sejumlah contoh motif songket. Setelah dianalisis lebih lanjut, maka yang menjadi petanda adalah bahwa bintang segi 8 tersebut merepresentasikan agama Islam dengan berbagai maknanya, dan makna yang paling kuat seperti yang digunakan oleh bangsa Parsyi adalah tulisan Allah (Jalallah). Hal ini pada akhirnya memberikan gambaran bahwa motif songket Palembang tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Melayu Islam Nusantara. Motif songket yang awalnya mendapat pengaruh dari Cina dan India kemudian mengalami perubahan akibat pengaruh dari Islam. Penanda yang sekarang dipakai untuk motif songket adalah bintang segi 8 yang merepresentasikan Islam dan pada akhirnya mitos yang tercipta di masyarakat bahwa songket dengan motifnya yang beragam menjadi pakaian kebesaran terutama dalam acara-acara resmi kekeluargaan atau pun upacara-upacara keagamaan yang terjadi di masyarakat
seperti syukuran, pernikahan, merhabah dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan betapa budaya Islam sangat mempengaruhi keberadaan motif Songket Palembang. (Melayu, n.d.) Pengaruh Islam dalam kain songket Palembang dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya:
3.1 Kesimpulan Motif songket yang awalnya mendapat pengaruh dari Cina dan India kemudian mengalami perubahan akibat pengaruh dari Islam. Penanda yang sekarang dipakai untuk motif songket adalah bintang segi 8 yang merepresentasikan Islam dan pada akhirnya mitos yang tercipta di masyarakat bahwa songket dengan motifnya yang beragam menjadi pakaian kebesaran terutama dalam acara-acara resmi kekeluargaan atau pun upacara-upacara keagamaan yang terjadi di masyarakat seperti syukuran, pernikahan, merhabah dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan betapa budaya Islam sangat mempengaruhi keberadaan motif Songket Palembang.
Melayu, S. D. A. N. (n.d.). ISLAM.