Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Industrial Engineering, Essays (university) of Industrial Engineering

Industrial Engineering mandatory assignment

Typology: Essays (university)

2020/2021

Available from 03/26/2023

reza-mahendra
reza-mahendra 🇮🇩

5 documents

1 / 14

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
1
TUGAS PERAWATAN PRODUKTIF MENYELURUH
STUDI KASUS SHE DI PERUSAHAAN TAMBANG
Anggota:
Faqih Ilyasa (1201174138)
Fiqri Nugraha Ramadhan (1201174082)
Irsyad Shidqi Ramadhan (1201160439)
Rama Yudha Pratama K. (1201174436)
Kelas: TI-41-GABMTC
FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2021
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe

Partial preview of the text

Download Industrial Engineering and more Essays (university) Industrial Engineering in PDF only on Docsity!

TUGAS PERAWATAN PRODUKTIF MENYELURUH

STUDI KASUS SHE DI PERUSAHAAN TAMBANG

Anggota:

Faqih Ilyasa ( 1201174138 )

Fiqri Nugraha Ramadhan (1201174082)

Irsyad Shidqi Ramadhan ( 1201160439 )

Rama Yudha Pratama K. (1201174436)

Kelas: TI- 41 - GABMTC

FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI

UNIVERSITAS TELKOM

BANDUNG

Judul Analisis Potensi Bahaya dan Pengendalian Risiko Pertambangan Batu pada tahap Muat Angkut dan Dumping di PT. Sulenco Wibawa Kab. Mempawah, Prov. Kalimantan Barat. Permasalahan PT. Sulenco Wibawa Perkasa adalah perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan batu Granodiorit yang memiliki risiko dan bahaya yang besar, maka perlu adanya tidakan yang di ambil dari perusahaan untuk penanaman kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja pada masing-masing tahapan kegiatan pada pekerja akan risiko yang di hadapi. Pengidentifikasian potensi bahaya dilakukan untuk mendapatkan data mengenai hal-hal yang akan di hadapi, setelah mengetahui potensi bahaya maka bahaya dinilai untuk mengetahui risiko yang selanjutnya dilakukan pengendalian masalah yang terkait. Pembahasan Analisis potensi bahaya serta pengendalian risiko pada penelitian ini mengunakan metode Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC). Dengan metode HIRARC ini kita dapat mengidentifikasi bahaya dan karakter bahaya dari pekerjaan yang dilakukan sebagai runtinitas maupun tidak rutin. Metode HIRARC di lakukan dengan beberapa tahapan, yaitu : melakukan identifikasi bahaya yang berpotensi dari perkerjaan yang di lakukan, setelah mengetahui apa bahaya yang mungkin terjadi dari suatu pekerjaan maka di lakukan analisis risiko dan dampaknya, kemudian dilakukan penilaian/pembobotan risiko yang akan di terima yaitu dengan parameter Likelihood, Severity, dan Exposure mengunakan standar AS/NZS 4360, 1999, setelah mendapatkan nilai kemudian dilakukan perencanaan pengendalian risiko dengan melihat total nilai dari parameter yang ada dan analisis dari dampak yang ditimbulkan sehingga dapat menekan angka ditimbulkan menjadi lebih kecil. Penelitian ini tertuju pada kegiatan rutinitas kegiatan operasi produksi serta tingkat paparan bahaya yang kontak langsung pada pekerja dalam kegiatan tersebut juga memiliki risiko yang tinggi sehingga

kondisi tertentu ikut merasakan kegiatan pekerjaan sembari melakukan wawancara. Identifikasi dan analisis risiko yang hanya sebatas pada K3 saja dan dilakukan pada saat proses operasi produksi berlangsung berlangsung, hal ini disebabkan pada keterbatasan waktu penelitian yang hanya satu bulan saja. Hasil Anlisis Risiko K3 Tahap Pemuatan (Loading), Pengangkutan (Hauling), dan Tahap Dumping serta pengendaliann dapat dilihat pada hasil analisis di bawah. Hasil Rencana Pengendalian Risiko K3 Tahap Pemuatan (Loading) yang perlu penangan secara cepat dan lebih lanjut adalah risiko :

  1. Terhirupnya debu dan bentuk pengendalian yang disarankan seperti Aktifitas dihentikan sampai risiko bias dikurangi hingga mencapai batas yang diperbolehkan atau diterima, rekomendasinya yang dilakukan adalah safety breafing, mengunakan APD, Warning sign (pengendalian secara administratif) pada unit alat sebagai pengingat dalam bekerja, Paparan pada risiko ini dapat diminimalisir dengan cara melakukan penjadwalan berkala untuk penyiraman pada jalan yang berdebu agar debu-debu yang berterbangan dapat diminimalisir dan mengurangi paparan debu yang berterbangan.
  2. Tertimpa Longsor Perlu pengendalian sesegera mungkin, dengan cara : Alat pelindung diri (APD) saat berkerja, Warning sign (pengendalian secara administratif) pada unit alat sebagai pengingat dalam bekerja, Paparan pada risiko ini dapat diminimalisir dengan cara selalu memastikan kondisi dari jenjang hasil peledakan dan dilakukan pengerusan pada jenjang agar

batuan-batuan yang lepas dan retak dapat turun dan jatuh dengan aman. Hasil Rencana Pengendalian Risiko K3 Tahap Pengangkutan (Hauling) yang perlu penangan secara cepat dan lebih lanjut adalah risiko :

  1. Terhirupnya debu dan bentuk pengendalian yang disarankan seperti Aktifitas dihentikan sampai risiko bias dikurangi hingga mencapai batas yang diperbolehkan atau diterima, rekomendasinya yang dilakukan adalah safety breafing, mengunakan APD, Warning sign (pengendalian secara administratif) pada unit alat sebagai pengingat dalam bekerja, Paparan pada risiko ini dapat diminimalisir dengan cara melakukan penjadwalan berkala untuk penyiraman pada jalan yang berdebu agar debu-debu yang berterbangan dapat diminimalisir dan mengurangi paparan debu yang berterbangan. Hasil Rencana Pengendalian Risiko K3 Tahap Dumping yang perlu penangan secara cepat dan lebih lanjut adalah risiko :
  2. Terhirupnya debu dan bentuk pengendalian yang disarankan seperti Aktifitas dihentikan sampai risiko bias dikurangi hingga mencapai batas yang diperbolehkan atau diterima, rekomendasinya yang dilakukan adalah safety breafing, mengunakan APD, Warning sign (pengendalian secara administratif) pada unit alat sebagai pengingat dalam bekerja, Paparan pada risiko ini dapat diminimalisir dengan cara melakukan penjadwalan berkala untuk penyiraman pada jalan yang berdebu agar debu-debu yang berterbangan dapat diminimalisir dan mengurangi paparan debu yang berterbangan.
  3. Terperosoknya unit dump truck akibat runtuhnya tanah, Aktifitas dihentikan sampai risiko bias dikurangi hingga mencapai batas yang diperbolehkan atau diterima, rekomendasinya yang

Judul Implementasi Hearing Conservation Program Industri Pertambangan Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit Kerja (PAK) Akibat Resiko Kebisingan; Studi Kasus di Area Grinding, Process Plant di PT. ABC, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Permasalahan PT. ABC adalah perusahaan tambang terbuka yang beroperasi di Pulau Sumbawa tepatnya di Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memproduksi konsentrat emas dan tembaga. Fasilitas yang dimiliki sangat lengkap termasuk armada peralatan tambang yang besar, pabrik pengolahan dengan kapasitas 120.000 ton per hari, pembangkit listrik tenaga batubara 112 MW, pelabuhan dengan terminal kapal feri, layanan udara, dan townsite yang tertata dengan baik. Proses produksi emas dan tembaga diawali dengan proses peledakan, kemudian batuan tersebut dikeruk menggunakan shovel dan diangkut ke dalam haul truck kemudian diproses dalam primary crusher dan overland conveyor untuk memecahkan bijih run-of-mining yang dikirim dari tambang. Salah satu lokasi di PT. ABC yang memiliki intensitas bising diatas ambang batas adalah area Grinding yang memiliki intensitas kebisingan diatas 90 dB [10]. Grinding berfungsi untuk menggerus material menjadi ukuran yang cukup kecil agar partikel mineral yang mengandung tembaga dan emas terpisah dari gangue dan host rock. Langkah awal proses grinding yakni dilakukan proses penggerusan oleh alat bernama SAG mill (Semi Autogenus Grinding) mill yang terdiri dari dua unit SAG mill dengan diameter luar sebesar 10,97 m dan panjang grinding yang efektif 5,53 m, penggerak bertenaga 13. KW dan kapasitasnya yakni 6.000-9.0 00 ton/jam. Ukurannya diperkecil dari 175 mm menjadi 6 mm. Tujuan dari pengecilan ukuran ini adalah agar pada proses flotasi lebih mudah apabila ukuran material lebih kecil. Hasil dari SAG mill tersebut berupa material berukuran 6 mm yang tercampur dengan air (slurry) akan dialirkan menuju cyclone hingga terbentuk underflow dan overflow. Material

underflow atau material yang berukuran lebih besar akan digerus kembali dengan empat unit Ball mill. Dimana Ball mill berdiameter 6,1 m dengan panjangnya 10,1 m dan digerakkan oleh motor berkecepatan tetap, berkekuatan 7.090 KW serta ukuran diameter bola baja 140 mm. Material yang berukuran 6 mm akan digerus kembali menjadi berukuran 0,2 [11], [12]. Hearing Conservation Program (HCP) bertujuan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya PAK berupa gangguan pendengaran akibat kebisingan dengan program berkesinambungan di tempat kerja. HCP dapat dilakukan di perusahaan dengan intensitas kebisingan tinggi yang diterima pekerja di tempat kerja. National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dalam bukunya tentang “A Practical Guide to Effective Hearing conservation programs in the Workplace” memberikan panduan praktis dalam pelaksanaan dan evaluasi HCP di perusahaan [13]. Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran di atas dapat dilihat bahwa kotak tabel berwarna merah memperlihatkan bahwa operator yang terpapr kebisingan lebih dari Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan sebesar 83,3 dB. Selama bekerja, para operator dilengkapi dengan alat pelindung telinga dengan kemampuan menurunkan kebisingan maksimal 26 dB sehingga paparan intensitas kebisingan dapat dikurangi dibawah NAB. Selain itu, para operator tidak setiap saat berada disekitar area dengan tingkat paparan kebisingan yang tinggi. Operator hanya akan berada di dekat mesin saat mesin awal dioperasikan ataupun hendak dihentikan. Sehingga, saat mengontrol operasional mesin pun, operator dapat melakukannya melalui ruang operator yang kedap suara. Hasil Pengukuran Noise Dosimeter (Pengukuran Kebisingan Personal) Pengukuran kebisingan personal dilakukan pada 6 operator milling operation dengan jadwal bekerja selama 12 jam. Pengukuran

pekerja yang dilaksanakan baik itu pada awal sesorang menjadi pekerja maupun rutin setiap tahunnya. Program ini mencakup survei awal terhadap tenaga kerja yang eksposurnya setara atau melebihi 85 dBA untuk menetapkan base line, dan kesimpulan dari hasil audiogram bila memungkinkan. Semua pekerja yang terpapar dengan tingkat yang sama atau melebihi 85 dBA diwajibkan tes audiometrik rutin setiap tahunannya. Tes Audiometrik yang dilakukan berdasarkan pada standar OSHA. Dalam tes audiometrik ini akan menunjukkan hasil Standard Threshold Shift (STS) base line, STS average, serta STS change. STS base line merupakan hasil audiometrik yang didapatkan dari tes audiometrik awal. STS average merupakan hasil audiometrik dari pekerja yang dilakukan setiap MCU, sedangkan STS change adalah perubahan hasil STS dari hasil tes audiometrik sebelumnya. Normalnya, hasil STS change tidak lebih dari 10 dB. Contoh, pada tahun sebelumnya STS average seorang pekerja adalah 30 dB, ketika tahun selanjutnya hasil STS average pekerja tersebut menjadi 45 dB. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil STS change pekerja tersebut lebih dari 10 dB. Jika hal tersebut terjadi, maka harus dilakukan investigasi untuk mengetahui apakah hasil STS change tersebut bersifat permanen atau sementara, dalam jangka waktu kurang dari 30 hari pekerja diminta untuk melakukan tes audiometrik kembali dengan syarat pekerja harus terhindar dari paparan bising selama 14 jam. Setelah dilakukan tes audiometrik, dan jika hasil tes menunjukkan STS change yang tetap lebih dari 10 dB, maka disebut STS change permanen (penurunan pendengaran permanen). Tetapi jika hasil tes menunjukkan STS change kurang dari 10 dB, maka disebut STS improvement atau STS change yang bersifat sementara. Upaya Substitusi Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih bias ditoleransi atau dapat diterima. PT.

ABC melakukan upaya substitusi dengan mengurangi pajanan pekerja ke area Grinding upaya kontrol operasional menggunakan teknologi melalui kantor operator yang disediakan di control room. Selain itu, identifikasi peralatan yang menghasilkan kebisingan diatas ambang batas dievaluasi dan diganti dengan bahan dan alat yang intensitas kebisingan lebih rendah. Rekayasa Teknis Ketika pekerja bekerja pada area yang memiliki tingkat kebisingan lebih dari 85 dB, PT. ABC menyadari pentingnya kebutuhan dalam mengendalikan tingkat kebisingan yang ada dengan menggunakan rekayasa teknis. Upaya rekayasa tehnik dengan merubah struktur objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman pada mesin. Pengendalian kebisingan pada media propagasi dengan tujuan menghalangi paparan kebisingan suatu sumber agar tidak mencapai penerima, contohnya : pemasangan barier, enclosure sumber kebisingan dan tehnik pengendalian aktif (active noise control) menggunakan prinsip dasar dimana gelombang kebisingan yang menjalar dalam media penghantar dikonselasi dengan gelombang suara identik tetapi mempunyai perbedaan fase pada gelombang kebisingan tersebut dengan menggunakan peralatan control [20]. Administratif Pengendalian administratif dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerja dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian secara administratif ini. Metode ini meliputi pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kelelahan dan kejenuhan. Jenis pengendalian administratif yang diterapkan oleh PT ABC yaitu rotasi kerja para pekerja (pembagian roster), memasang tanda wajib pelindung telinga,

Diri) merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko tempat kerja. Antara lain dapat dengan menggunakan alat proteksi pendengaran berupa ear plug dan ear muff. Ear plug dapat terbuat dari kapas, spon, dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk satu kali pakai. Sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik yang dicetak (molded rubber/ plastic) dapat digunakan berulang kali. Alat ini dapat mengurangi suara sampai 26 dB. Sedangkan untuk ear muff terdiri dari dua buah tutup telinga dan sebuah headband. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara hingga 30 dB(A) dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan kimia. Pencatatan dan Pelaporan Hasil tes audiometrik dikelola oleh Audiologist dari penyedia layanan medis bekerja sama dengan Industrial Hygiene dari Departemen Safety PT. ABC. Sedangkan untuk hasil survei kebisingan, hasil pengukuran kebisingan area maupun personal dikelola dan di input ke dalam Medget (Sesuai Similar Exposure Group) oleh Industrial Hygiene Departemen Safety PT. AMNT. Evaluasi Program dan Audit PT. AMNT melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Hearing Conservation Program setiap tahunnya melalui Health Risk Assessment yang telah diklasifikasi berdasarkan similar exposure group masing-masing area kerja. Evaluasi juga dilakukan untuk menilai kelengkapan dan keberhasilan pelaksanaan komponen- komponen Hearing Conservation Program di PT. ABC, PT. ABC sudah melaksanakan program audit program setiap tahunnya baik secara internal maupun eksternal. Tim auditor yang melaksanakan audit di perusahaan tersebut merupakan tim auditor yang kompeten. Sistem audit yang dilakukan pada perusahaan sudah jelas dan sesuai dengan ketentuan yang ada. Pelaksanaan audit ini dilengkapi oleh alat bantu berupa form audit.

Kesimpulan Secara Garis besar PT. ABC telah melaksanakan Hearing Conservation Program dengan cukup baik, yaitu survei kebisingan, tes audiometri, upaya eliminasi sumber kebisingan, rekayasa teknik, administratif, pendidikan dan pelatihan, penyediaan alat pelindung telinga, pencatatan dan pelaporan, evaluasi program, dan audit program. Pemenuhan seluruh elemen program konservasi kebisingan ini menunjukkan keseriusan perusahaan dalam melindungi esehatan pekerja dari bahaya kebisingan. Adanya komitmen dari manajemen Perusahaan tertinggi untuk melindungi kesehatan seluruh pekerja yang ada di Perusahaan serta tersedianya sumberdaya manusia yang professional yang memiliki pengetahuan yang baik terkait kebisingan dan cara pengendaliannya. Selain itu, tersedianya fasilitas yang memadai dalam keberlangsungan HCP ini, yaitu tersedianya alat pelindung telinga yang mencukupi, alat pengukur kebisingan, ruang tes audiometri, serta ruang istirahat/ ruang operator bagi operator di area grinding.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek input sangat berpengaruh terhadap terlaksananya aspoek proses, dan aspek proses sangat berpengaruh terhadap aspek output. Saran untuk PT. ABC agar melaksanakan proses evaluasi dan audit untuk Hearing Conservation Program secara menyeluruh dan utuh per elemen sehingga didapatkan perbaikan secara berkelanjutan.