Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Golongan- obat- kardiovaskuler_, Papers of Pharmacy

Golongan obat kardiovaskular terbagi menjadi 7 golongan: Antiangina Diuretik Antiaritmia

Typology: Papers

2020/2021

Uploaded on 11/18/2021

ginaa-sonya
ginaa-sonya 🇮🇩

1 document

1 / 27

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
OBAT SISTEM KARDIOVASKULER
By : Setiadi
A. Pendahuluan
Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi & memperbaiki sistem
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah ) secara langsung ataupun tidak langsung. Jantung dan
pembuluh darah merupakan organ tubuh yang mengatur peredaran darah sehingga kebutuhan
makanan dan sisa metabolisme jaringan dapat terangkut dengan baik. Jantung sebagai organ
pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai penyalur darah ke jaringan. Sistem
kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui nodus SA, nodus AV, berkas His, dan
serabut Purkinye. Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf simpatis dan
parasimpatis. Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan mengakibatkan kelainan pada sistem
kardiovaskuler. Sebagai salah satu dari tim medis perawat seyogyanya telah paham betul akan
pemanfaatan obat yang bertujuan memberikan manfaat maksimal dengan tujuan minimal.
B. Macam-macam Obat kardiovaskuler
Ada beberapa jenis obat pada sistem kardiovaskuler, yaitu (1) Obat Anti angina; (2) Obat Anti
aritmia; (3) Obat Glikosida; (4) Obat Anti hipertensi; (5) anti hipotensi; (6) anti anemia; (6) anti
pembekuan darah (koagulansia); (7) anti pendarahan (hemostatis); (8) obat syok; (9) deuritika; (10)
anti migrain
1. ANTIANGINA
Angina pektoris adalah nyeri dada hebat yang terjadi ketika aliran darah koroner tidak cukup
memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh jantung dan ini disebut sebagai Iskemia jaringan
dimana obat-obat vasilisator dapat digunakan. Anti angina adalah obat untuk ketidak seimbangan
antara permintaan (demand) dan penyediaan (supply) oksigen pada salah satu bagian jantung
(angina pectoris). Angina pektoris pertama kali dijelaskan sebagai suatu penyakit klinik tersendiri
oleh Wiliam Heberden di akhir pertengahan abad ke 18. Pada pertengahan kedua abad ke 19
ditemukan bahwa amil nitrit memberikan penyembuhan yang sementara. Tetapi pengobatan
yang efektif terhadap serangan akut angina pektoris baru mungkin setelah diperkenalkan
nitrogliserin pada tahun 1879. Selanjutnya banyak vasolidator lain ,(misalnya : teofilin,papaverin)
Diperkenalkan untuk pengobatan angina. Namun ketika di uji klinik bersama ganda,ditemukan
bahwa obat-obat nonnitrat tersebut ternyata tidak lebih baik daripada plasebo. Ada beberapa
penyebab angina antara lain (1) Kebutuhan O2 meningkat exercise berlebihan; dan (2)
Penyediaan O2 menurun → sumbatan vaskuler.
Cara kerja Anti angina:
oMenurunkan kebutuhan jantung akan oksigen dengan jalan menurunkan kerjanya →
(penyekat reseptor beta)
oMelebarkan pembuluh darah koroner → memperlancar aliran darah (vasodilator)
oKombinasi keduanya
Obat Antiangina:
oNitrat organik
oBeta bloker
oCalsium antagonis
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe
pff
pf12
pf13
pf14
pf15
pf16
pf17
pf18
pf19
pf1a
pf1b

Partial preview of the text

Download Golongan- obat- kardiovaskuler_ and more Papers Pharmacy in PDF only on Docsity!

OBAT SISTEM KARDIOVASKULER

By : Setiadi A. Pendahuluan Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi & memperbaiki sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah ) secara langsung ataupun tidak langsung. Jantung dan pembuluh darah merupakan organ tubuh yang mengatur peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme jaringan dapat terangkut dengan baik. Jantung sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai penyalur darah ke jaringan. Sistem kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui nodus SA, nodus AV, berkas His, dan serabut Purkinye. Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan mengakibatkan kelainan pada sistem kardiovaskuler. Sebagai salah satu dari tim medis perawat seyogyanya telah paham betul akan pemanfaatan obat yang bertujuan memberikan manfaat maksimal dengan tujuan minimal. B. Macam-macam Obat kardiovaskuler Ada beberapa jenis obat pada sistem kardiovaskuler, yaitu (1) Obat Anti angina; (2) Obat Anti aritmia; (3) Obat Glikosida; (4) Obat Anti hipertensi; (5) anti hipotensi; (6) anti anemia; (6) anti pembekuan darah (koagulansia); (7) anti pendarahan (hemostatis); (8) obat syok; (9) deuritika; (10) anti migrain

1. ANTIANGINA Angina pektoris adalah nyeri dada hebat yang terjadi ketika aliran darah koroner tidak cukup memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh jantung dan ini disebut sebagai Iskemia jaringan dimana obat-obat vasilisator dapat digunakan. Anti angina adalah obat untuk ketidak seimbangan antara permintaan (demand) dan penyediaan (supply) oksigen pada salah satu bagian jantung (angina pectoris). Angina pektoris pertama kali dijelaskan sebagai suatu penyakit klinik tersendiri oleh Wiliam Heberden di akhir pertengahan abad ke 18. Pada pertengahan kedua abad ke 19 ditemukan bahwa amil nitrit memberikan penyembuhan yang sementara. Tetapi pengobatan yang efektif terhadap serangan akut angina pektoris baru mungkin setelah diperkenalkan nitrogliserin pada tahun 1879. Selanjutnya banyak vasolidator lain ,(misalnya : teofilin,papaverin) Diperkenalkan untuk pengobatan angina. Namun ketika di uji klinik bersama ganda,ditemukan bahwa obat-obat nonnitrat tersebut ternyata tidak lebih baik daripada plasebo. Ada beberapa penyebab angina antara lain (1) Kebutuhan O2 meningkat → exercise berlebihan; dan (2) Penyediaan O2 menurun → sumbatan vaskuler. Cara kerja Anti angina: o Menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen dengan jalan menurunkan kerjanya → (penyekat reseptor beta) o Melebarkan pembuluh darah koroner → memperlancar aliran darah (vasodilator) o Kombinasi keduanya Obat Antiangina: o Nitrat organik o Beta bloker o Calsium antagonis

a. Nitrat organik Farmakodinamik o Dilatasi pembuluh darah → dapat menyebabkan hipotensi → sinkop o Relaksasi otot polos → nitrat organik membentuk NO → menstimulasi guanilat siklase → kadar siklik-GMP meningkat → relaksasi otot polos (vasodilatasi) o Menghilangkan nyeri dada → bukan disebabkan vasodilatasi, tetapi karena menurunya kerja jantung Pada dosis tinggi dan pemberian cepat → venodilatasi dan dilatasi arteriole perifer → tekanan sistol dan diastol menurun, curah jantung menurun dan frekuensi jantung meningkat (takikardi). Efek hipotensi terutama pada posisi berdiri → karena semakin banyak darah yang menggumpul di vena → curah darah jantung menurun. Menurunya kerja jantung akibat efek dilatasi pembuluh darah sistemik → penurunan aliran darah balik ke jantung. Nitrovasodilator menimbulkan relaksasi pada hampir semua otot polos yaitu bronkus, saluran empedu, cerna, tetapi efeknya sekilas → tidak digunakan di klinik Farmakokinetik o Metabolisme nitrat organik terjadi di hati o Kadar puncak 4 menit setelah pemberian sublingual o Ekskresi sebagian besar lewat ginjal Sediaan dan Posologi o Untuk serangan, baik digunakan sediaan sublingual: isosorbit dinitrat 30%: 2,5 – 10 mg dan nitrogliserin 38%: 0,15 – 0,6 mg o Untuk pencegahan digunakan sediaan per oral: kadar puncak 60 – 90 menit, lama kerja 3

  • 6 jam o Par enteral (IV) baik digunakan untuk vasospasme koroner dan angina pectoris tidak stabil, angina akut dan gagal jantung kongestif o Salep untuk profilaksis: puncak 60 menit, lama kerja 4 – 8 jam o Nitrat kerja singkat (serangan akut)  Sediaan sublingual (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat)  Amil nitrit inhalasi o Nitrat kerja lama:  Sediaan oral (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat, penta eritritol tetranitrat)  Nitrogliserin topikal (salep 2%, transdermal)  Nitrogliserin transmucosal/buccal  Nitrogliserin invus intravena Efek Samping o Efek samping: sakit kepala, hipotensi, meningkatnya daerah ischaemia Indikasi: o Angina pectoris o Gagal jantung kongestif o Infark jantung

 Kontra indikasi: Penyakit Paru Obstruktif, Diabetes Militus (hipoglikemia), Penyakit Vaskuler, Disfungsi Jantung c. Calsium antagonis

2. ANTIARITMIA Aritmia jantung adalah masalah yang sering terjadi dalam praktik klinis, yang timbul hingga 25% dari pasien yang diobati dengan digitalis, 50% dari pasien-pasien yang dianestesi, dan lebiuh dari 80% pasien dengan infarktus miokardium akut. Beberapa aritmia dapat memicu ganguan irama jantng yang lebih serius atau bahkan gangguan irama yang mematikan misalnya, depolarisasi ventrikuler premature yang dini dapat memicu timbulnya fibrilasi ventrikuler. Pada pasien tersebut obat antiaritmia diduga dapat menyelamatkan kehidupan. Sebaliknya resiko penggunaan obat aritmia (secara paradoksal) dapt memicu timbulnya aritmia yang lebih fatal. Mekanisme Kerja Aritmia disebabkan karena aktivitas pacu jantung yang abnormal atu penyebaran impuls abnormal. Pengobatan aritmia bertujuan mengurangi aktivitas pacu jantung ektopik dan memperbaiki hantaran atau pada sirkuit reentry yang membandel ke pergerakan melingkar yang melumpuhkan. Mekanisme utama untuk mencapai tujuan adalah : o Hambatan saluran natrium. o Hambatan efek otonom simpatis pada jantung o Perpanjangan periode refrakter yang efektif o Hambatan pada saluran kalsium. Obat anti aritmia menurunkan otomatisitas pacu jantung ektropik lebih daripada nodus sinoatrial. Hal ini terutama dicapai dengan menghambat secara selektif saluran natrium atau saluran kalsium daripada sel yang didepolarisasi. Obat penghambat saluran yang berguna untuk pengobatan mempunyai afinitas tinggi untuk saluran aktif (yaitu selama fase 0) atau saluran inaktif (selama fase 2) tetapi afinitasnya sangat rendah untuk saluran lainnya. Karena itu, obat ini menghambat aktifitas listrik apabila ada takikardia yang cepat (banyak saluran aktif dan tidak aktif per satuan waktu) atau ada potensial istirahat hilang secara bermakna (banyak saluran tidak aktif selama istirahat). Kerja tersebut sering digambarkan sebagai “ use dependent atau state dependent “ yaitu saluran yang sering digunakan atau dalam status inaktif,yang lebuh mudah dihambat. Saluran dalam sel normal yang dihambat oleh obat selama siklus normal aktif atau tidak aktif akan segera melepaskan obat dari reseptor selama bagian siklus istirahat. Saluran dalam otot jantung yang didepolarisasi secara kronis (yaitu mempunyai potensial istirahat lebih positif dari pada -75 MV ) akan pulih dari hambatan secara sangat lambat. Pada aritmia reentry, yang tergantung pada hantaran yang tertekan secara kritis, kebanyakan obat antiaritmia memperlambat hantaran lebih lanjut melalui satu atu kedua mekanisme 3. GLIKOSIDA Glikosida jantung (derivat digitalis dan obat sejenisnya) terdiri atas senyawa steroid yang dapat meningkatkan curah jantung. Juga mempunyai efek terhadap otot polos dan jaringan lainnya. Efek terapi utama pada gagal jantung kongestif adalah peningkatan kontraktilitas jantung (efek inotropik positif) yang memperbaiki ketidak seimbangan karena kegagalan tersebut. Sekalipun demikian masih ada sejumlah keraguan evektivitas jangka panjang glikosida jantung pada pasien gagal jantung. Telah ada kesepakatan umum bahwa glikosida yang lazim digunakan mempunyai

batas keamanan yang sempit dan diperlukan senyawa yang kurang toksik dengan efek inotropik positif. Glikosida Jantung  Digitalis berasal dari daun Digitalis purpurea  Digitalis adalah obat yang meningkatkan kontraksi miokardium  Digitalis mempermudah masuknya Ca dari tempat penyimpananya di sarcolema kedalam sel →digitalis mempermudah kontraksi  Digitalis menghambat kerja Na-K-ATP-ase → ion K didalam sel menurun → aritmia (diperberat jika dikombinasi dengan HCT) Farmakodinamik  Efek pada otot jantung: meningkatkan kontraksi  Mekanisme kerjanya:  Menghambat enzim Na, K ATP-ase  Mempercepat masukanya Ca kedalam sel  Efek pada payah jantung: menurunya tekanan vena, hilangnya edema, meningkatnya diuresis, ukuran jantung mengecil  Konstriksi vaskuler, sal cerna (mual, muntah, diare), nyeri pada tempat suntukan (iritasi jaringan) Farmakokinetik  Absorbsi dipengaruhi makanan dalam lambung, obat (kaolin, pectin) serta pengosongan lambung  Distribusi glikosida lambat  Eliminasi melalui ginjal Intoksikasi, Keracunan biasanya terjadi karena:  Pemberian dosis yang terlalu cepat  Akumulasi akibat dosis penunjang yang terlalu besar  Adanya predisposisi keracunan Dosis berlebihan  Gejala: sinus bradikardi, blokade SA node, takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel, gangguan neurologik (sakit kepala, letih, lesu, pusing, kelemahan otot), penglihatan kabur Sediaan  Tablet Lanatosid C (cedilanid) 0,25 mg  Digoksin 0,25 mg  Beta-metildigoksin 0,1 mg

4. ANTIHIPERTENSI Peningkatann tekanan darah biasanya disebabkan kombinasi berbagai kelainan(multifaktorial).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah di atas 140/90mmHg (WHO).

Bukti-bukti epidermiologik menunjukkan adanya faktor keturuna, ketegangan jiwa, faktor

lingkungan dan makanan mungkin sebagai kontributor berkembangnya hipertensi. Obat

antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi

hingga mencapai tekanan darah normal. Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau

lebih tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme

normal regulasi TD.

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita mungkin tidak menunjukkan

gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perjalanan penyakit sampai

o Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare.

o Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit

meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan

bersama asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila diberikan bersamaan.

o Dosis : Dewasa 40 mg/hr

Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr

b. HCT (Hydrochlorothiaside)

o Sediaan obat : Tablet

o Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga

volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun.

o Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna.

Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam

jaringan ginjal.

o Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis

hati, gagal ginjal kronis, hipertensi.

o Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi

pada kehamilan.

o Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr

Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/12 – 24 jam

2. Beta bloker, bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan

denyut dan curah jantung.

a. Asebutol (Beta bloker)

o Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.

o Sediaan obat : tablet, kapsul.

o Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas

renin, menurunka outflow simpatetik perifer.

o Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma, kardiomiopati

obtruktif hipertropi, tirotoksitosis.

o Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes

mellitus, bradikardia, depresi.

o Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu

o Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama

insulin. Diuretic tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila diberi

bersaa alkaloid ergot. Depresi nodus AV dan SA meningkat bila diberikan

bersama dengan penghambat kalsium

o Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).

b. Atenolol (Beta bloker)

o Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.

o Sediaan obat : Tablet

o Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek

pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi

adrenoseptor di ginjal.

o Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia

o Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung

tersembunyi, bradikardia, syok kardiogenik, anuria, asma, diabetes.

o Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit

kemerahan, impotensi.

o Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin.

Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer

berat bila diberi bersama alkaloid ergot.

o Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr

c. Metoprolol (Beta bloker)

o Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok

o Sediaan obat : Tablet

o Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer,

efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat

aktivasi adrenoseptor beta 1 di ginjal.

o Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya

pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari.

o Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan

simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat

beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.

o Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris

o Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III,

syok kardiogenik, gagal jantung tersembunyi

o Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare

o Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya

o Dosis : 50 – 100 mg/kg

d. Propranolol (Beta bloker)

o Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral

o Sediaan obat : Tablet

o Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung,

menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat

vasomotor otak.

o Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya

pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan

dengan protein dan akan bersaing dengan obat – obat lain yang juga sangat

mudah berikatan dengan protein.

o Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan

simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.

Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.

o Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik

hepertrofi, miokard infark, feokromositoma

o Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok

jantung tingkat II dan III, gagal jantung kongestif. Hati – hati pemberian pada

penderita biabetes mellitus, wanita haminl dan menyusui.

o Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah,

bronkospasme, agranulositosis, depresi.

o Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena

menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan

penekanan kontraktilitas miokard. Henti jantung dapat terjadi bila diberikan

bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin meningkatkan kebersihan

obat ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol. Etanolol menurukan

absorbsinya.

o Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.

o Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot jantung

dan vaskuler sistemik sehingga menyebabkan relaksasi arteri coroner, dan

menurunkan resistensi perifer sehingga menurunkan penggunaan oksigen.

o Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren.

o Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok

jantung tingkat II dan III, hipersensivitas.

o Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu, dipsnea,

bradikardia, kulit kemerahan.

o Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efek

negative pada denyut, kondiksi dan kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar

digoksin dalam darah. Pemberian bersama antihipertensi lain menimbulkan

efek hipotensi berat. Meningkatkan kadar karbamazepin, litium, siklosporin.

Rifampin menurunkan efektivitasnya. Perbaikan kontraklitas jantung bila diberi

bersama flekaind dan penurunan tekanan darah yang berate bila diberi bersama

kuinidin. Fenobarbital nemingkatkan kebersihan obat ini.

o Dosis : 3 x 80 mg/hr

5. Penghambat ACE, berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat

enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal

ini menurunkan tekanan darah baik secara langsung menurunkan resisitensi perifer.

Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun dengan

meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine sehingga volume plasma dan curah

jantung menurun.

a. Kaptopril

o Nama paten : Capoten

o Sediaan obat : Tablet

o Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga

menurunkan angiotensin II yang berakibat menurunnya pelepasan renin

dan aldosterone.

o Indikasi : hipertensi, gagal jantung.

o Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita dengan

riwayat angioedema dan wanita menyusui.

o Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia,

pandangan kabur, myalgia.

o Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Tidak

boleh diberikan bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserin atau preparat

nitrat lain. Indometasin dan AINS lainnya menurunkan efek obat ini.

Meningkatkan toksisitas litium.

o Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr.

b. Lisinopril

o Nama paten : Zestril

o Sediaan obat : Tablet

o Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga

perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan

menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi aldosterone.

o Indikasi : hipertensi

o Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, wanita hamil,

hipersensivitas.

o Efek samping : batuk, pusing, rasa lelah, nyeri sendi, bingung, insomnia, pusing.

o Interaksi obat : efek hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretic.

Indomitasin meningkatkan efektivitasnya. Intoksikasi litium meningkat

bila diberikan bersama.

o Dosis : awal 10 mg/hr

c. Ramipril

o Nama paten : Triatec

o Sediaan obat : Tablet

o Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga

perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu,

mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi

aldosterone.

o Indikasi : hipertensi

o Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, hipersensivitas. Hati –

hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.

o Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut,

bingung, susah tidur.

o Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika.

Indometasin menurunkan efektivitasnya. Intoksitosis litiumm

meningkat.

o Dosis : awal 2,5 mg/hr

  1. Penghambat saraf sentral
  2. Vasodilator

a. Hidralazin

o Nama paten : Aproseline

o Sediaan obat : Tablet

o Mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi perifer

menurun, meningkatkan denyut jantung.

o Indikasi : hipertensi, gagal jantung.

o Kontraindikasi : gagal ginjal, penyakit reumatik jantung.

o Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna, muka merah,

kulit kemerahan.

o Interaksi obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama diazodsid.

o Dosis : 50 mg/hr, dibagi 2 – 3 dosis.

Tahapan Terapi secara umum  Modifikasi pola hidup:  Penurunan BB  Aktivitas fisik teratur  Pembatasan garam dan alkohol  Berhenti merokok

  1. anti hipotensi;

Tekanan darah rendah atau hipotensi terjadi bila tekanan darah lebih rendah dari biasanya,

yang berarti jantung, otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan cukup darah.

Biasanya, seseorang disebut menderita hipotensi bila tekanan darahnya di bawah 90/

mmHg. Namun hal itu tidak berlaku bagi setiap orang. Ada orang yang tekanan darah

normalnya selalu rendah dan tidak merasakan gangguan. Sementara, ada orang yang

o Mereka yang menderita hipotensi jenis NMH harus menghindari pemicu, seperti berdiri

untuk waktu yang lama. Pengobatan lain melibatkan banyak minum cairan dan

meningkatkan jumlah garam dalam makanan. (Pengobatan ini harus atas rekomendasi

dokter karena terlalu banyak garam juga dapat berbahaya bagi kesehatan).

o Hipotensi akut yang disebabkan oleh syok adalah kedaruratan medis. Anda mungkin

akan diberi transfusi darah intravena, obat-obatan untuk meningkatkan tekanan darah

dan kekuatan jantung, serta obat lainnya seperti antibiotik.

Beberapa Tips bagi Penderita Hipotensi

o Banyak wanita penderita hipotensi yang memiliki tingkat zat besi sangat rendah karena

menstruasi yang sangat banyak. Mintalah nasihat spesialis bila membutuhkan suplemen

penambah darah.

o Terjatuh sangat berbahaya bagi orang tua karena dapat membuat cedera patah tulang

dan komplikasi lainnya. Selalu dampingi orang tua Anda yang menderita hipotensi

berat.

o Bila Anda merasakan gejala penurunan tekanan darah, Anda harus segera duduk atau

berbaring dan mengangkat kaki Anda di atas ketinggian jantung.

o Jika tekanan darah rendah menyebabkan seseorang pingsan, segeralah cari perawatan

medis. Jika orang tersebut tidak bernafas, segeralah lakukan pertolongan bantuan

pernafasan.

  1. anti anemia Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin plasma lebih rendah dari normal akibat penurunan jumlah sel darah merah yang beredar. Anemia dapat disebabkan oleh kehilangan darah kronik, kelainan sumsum tulang, peningkatan hemolisis, infeksi, keganasan, defisiensi endokrin, dan sejumlah keadaan penyakit lain. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan transfusi darah utuh. Sejumlah obat dapat menyebabkan efek toksik pada sel-sel darah, produksi hemoglobin atau mempengaruhi alat-alat pembuat sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia. anemia juga disebabkan oleh defisiensi substansi makanan (misalnya besi, asam folat, vitamin B 12 ( sianokobalamin ) yang diperlukan untuk eritropoiesis normal. Dengan demikian obat- obat ini digunakan untuk mengobati anemia dan dinamakan juga sebagai hematinika. Obat lain yang berpengaruh terhadap eritropoesis yaitu riboflavin,piridoksin,kobal dan tembaga. Ada juga beberapa hormone yang secara tidak secara langsung juga mempengaruhi eritropoesis misalnya hormone tiroid, gonad dan adrenal. Ada juga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sel darah merah yaitu eritropoetin yang terutama dibentuk oleh ginjal. Zat ini berperan sebagai regulator poliferasi eritrosit sehingga bila terganggu dapat berakibat anemia berat. ANTIANEMIA DEFISIENSI

a. BESI (Fe) dan GARAM-GARAMNYA

Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb),sehingga defisiensi Fe akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah menimbulkan anemia hipokromik mikrositik. Zat besi disimpan dalam sel – sel mukosa intestinal sebagai feritin (suatu kompleks protein / besi) sampai dibutuhkan tubuh. Defisiensi besi disebabkan oleh kehilangan darah akut atau kronik, pemasukan yang kurang selama periode pertumbuhan cepat anak – anak, atau

menstruasi berlebihan atau wanita hamil. Karena itu, keadaan ini merupakan akibat keseimbangan negatif besi yang disebabkan habisnya simpanan besi dan pemasukan yang tidak cukup, memuncak pada anemia mikrositik hipokrom. Penambahan sulfas ferrosus diperlukan untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Gangguan gastrointestinal yang disebabkan oleh iritasi lokal merupakan efek samping paling sering akibat suplemen zat besi. Distribusi Dalam Tubuh Tubuh manusia sehat mengandung +- 3,5 gram Fe yang hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Kira-kira 70% dari Fe yang terdapat dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau esensial, dan 30% merupakan Fe yang nonesensial. Fe esensial terdapat pada : o hemoglobin +- 66% o mioglobin 3% o enzim tertentu yang berfungsi dalam transfer electron misalnya sitokromaksidase,suksinil dehidrokinase dan xantin oksidase sebanyak 0,5% o pada transferin 0,1%. Besi nonesensial terdapat sebagai cadangan dalam bentuk feritin dan hemosiderin sebanyak 25%, dan pada parenkim jaringan kira-kira 5%. Cadangan Fe pada wanita hanya 200-400 mg, sedangkan pada pria kira-kira 1 gram. FARMAKOKINETIK Absorpsi Absorpsi Fe mulai saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan jejunum proksimal,makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah diabsorpsi dalam bentuk fero. Transpornya melalui sel mukosa usus terjadi secara transporaktif. Ion fero yang sudah diabsorpsi akan diubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk ke dalam plasma dengan perantara transferin,atau diubah menjadi feritin dan disimpan dalam sel mukosa usus. Secara umum,bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah,maka lebih banyak Fe diubah menjadi feritin. Bila cadangan rendah atau kebutuhan meningkat,maka Fe yang baru diserap akan segera diangkut dari sel mukosa ke sum-sum tulang eritropoesis. Eritropoesis dapat meningkat sampai lebih dari 5 kali pada anemia berat atau hipoksia. Pada individu normal efeisiensi Fe jumlah Fe yang diabsorpsi 5-10% atau sekitar 0,5-1 mg/hari. Absorpsi Fe meningkat bila cadangan rendah atau kebutuhan Fe meningkat. Absorpsi meningkat menjadi 1-2 mg/hari pada wanita menstruasi,pada wanita hamil dapat menjadi 3- mg/hari.kebutuhan Fe juga meningkat pada bayi dan remaja. Absorpsi dapat ditingkatan oleh kobal, inosin, etionin, vitamin C, HCL, suksinat dan senyawa asam lain. Asam akan mereduksi ion feri menjadi fero dan menghambat terbentuknya kompleks Fe dengan makanan yang tidak larut. Sebaliknya absorpsi Fe akan menurun bila terdapat fosfat atau antasida misalnya kalsium karbonat,aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida. Fe yang terdapat pada makanan hewani misalnya daging umumnya diabsorpsi lebih mudah dibandingkan dengan makanan nabati. Fe yang didapatkan pada hemoglobin dan mioglobin daging lebih mudah diabsorpsi karena diabsorpsi dalam bentuk utuh, tidak memerlukan pemecahan lebih dahulu menjadi elemen Fe. Kadar Fe dalam plasma berperan dalam mengatur absorpsi Fe. Absorpsi ini meningkat pada keadaan defisiensi Fe, berkurangnya depot Fe dan meningkatnya eritropoesis. Selain itu,bila Fe diberikan sebagai obat,bentuk sediaan, dosis dan jumlah serta jenis makanan dapat mempengaruhi absorpsinya. Distribusi

INDIKASI

Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan anemia defisiensi Fe. Anemia defisiensi Fe paling sering disebabkan oleh kehilangan darah. Selain itu dapat pula terjadi misalnya wanita hamil (terutama multipara) dan pada mas pertumbuhan,karena kebutuhan yanh meningkat. Banyak anemia yang mirip anemia defisiensi Fe. Pada anemia defisiensi Fe dapat terlihat granula berwarna kuning emas di dalam sel-sel retikuloendotelial sumsum tulang. EFEK SAMPNG Efek sampnt yang paling sering timbul berupa intoleransi dalam sediaan oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah Fe yang dapat larut dan yang diabsorpsi pada setiap pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyari lambung (+- 7-20%),konstipasi (+- 10%),diare (+- 5%) dan kolik. Gangguan ini biasa ringan dan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis atau dengan pemberian sesudah makan, walaupun dengan cara ini absorpsi dapat berkurang. Pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi local pada tempat suntikan yaitu berupa rasa sakit,warna coklat pada tempat suntikan, peradangan lokal dengan pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan lokal lebih sering terjadi pada pemakaian IM dibandingkan IV. Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa, kebanyakan terjadi pada anak akibat menelan terlalu banyak tablet FeSO4 yang seperti gula-gula. Kelainan utama terdapat pada saluran cerna,mulai dari iritasi,korosi sampai tejdai neksrosis. Gejala yang timbul berupa mual, muntah, diare, hemetemesis serta fese berwarna hitam karena perdarahan pada saluran cerna,syok dan akhirnya kolaps kardiovaskular dengan bahaya kematian. Efek korosif dapat menyebabkan stenosis pylorus dan terbentuknya jaringan parut berlebihan dikemudian hari. Gejala keracunan tersebut di atas dapat timbul dalam waktu 30 menit atau setelah beberapa jam minum obat. Terapi yang dapat dilakukan adalah pertam-tama diusahakan agar pasien muntah, kemudian diberikan susu atau telur yang dapat mengikat Fe sebagai kompleks protein Fe. Bila obat diminum kurang dari 1 jam sebelumnya,dapat dilakukan bilasan lambung dengan menggunakan larutan natrium bikarbonat 1%. Selanjutnya kedaan syok dehidrasi dan asidosis harus diatasi. SEDIAAN,DOSIS Sediaan oral Karena berasal dalam bentuk fero paling mudah diabsorpsi maka preparat besi untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk berbagai garam fero seperti fero sulfat, fero glukonat, dan fero fumalat. Tidak ada perbedaan absorpsi diantara garam-garam fero ini. Jika ada,mungkin disebabkan oleh perbedaan asam lambung. Dalam bentuk garam sitrat, karbonat, pirofosfat, ternyata Fe sukar diabsorpsi, demikian juga sebagai garam feri (Fe3*). Untuk mengatasi defisiensi Fe dengan cepat umumnya dibutuhkan sekitar 200-400 mg elemen besi selama kurang lebih 3-6 bulan. Tabel beberapa jenis preparat besi oral Preparat Tablet Elemen besi tiap tablet Dosis lazim untuk dewasa(Σ tablet/hari) Fero sulfat (hidrat) 325 mg 65 mg 3- Fero glukonat 325 mg 36 mg 3- Fero fumarat 200 mg 66 mg 3- Fero fumarat 325 mg 106 mg 2-

Sediaan parental Penggunaan sediaan untuk suntikan IM dalam dan IV hanya diberikan bila pemberian oral tidak mungkin, misalnya pasien bersifat intoleran terhadap sediaan oral atau pemberian oral tidak mungkin menimbulkan respons teraupetik. Iron -dextran (imferon) mengandung 50 mg Fe setiap mL (larutan 5%)untuk penggunaan IM atau IV. Respons teraupetik terhadap suntikan IM ini tidak lebih cepat daripada pemberian oral. Dosis total yang diperlukan dihitung berdasarkan berat anemia,yaitu 250 mg Fe untuk setiap gram kekurangan Hb. Untuk memperkecil reaksi toksik pada pemberian IV, dosis permulaan tidak boleh melebihi 25 mg, dan diikuti dengan peningkatan bertahan untuk 2-3 hari sampai tercapai dosis 100 mg/hari. Obat harus diberikan parlahan-lahan yaitu dengan menyuntikkan 25- mg/menit. Pasein dengan riwayat alergi dan pasien yang sebelumnya pernah mendapat preparat besi secara suntikan lebih besar kemungkinannya untuk mengalami reaksi hipersensivitas.

  1. anti pendarahan Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik yang merupakan proses penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi, Obat haemostatik (Koagulansia) adalah obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan. Obat haemostatik ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang luas. Pemilihan obat hemostatik harus dilakukan secara tepat sesuai dengan patogenesis perdarahan. Dalam proses hemostasis berperan faktor-faktor pembuluh darah (vasokonstriksi), trombosit (agregasi), dan faktor pembekuan darah Secara garis besar proses pembekuan darah berjalan melalui 3 tahap yaitu : o aktivasi tromboplastin o pembentukan trombin dari protrombin o pembentukan fibrin dari fibrinogen Dalam proses ini diperlukan faktor-faktor pembekuan darah yang hingga kini dikenal 15 faktor pembekuan darah (faktor IV-Ca++^ , faktor VIII-anti hemofilik, faktor IX-tromboplastin plasma.) Perdarahan dapat disebabkan oleh defisiensi satu faktor pembekuan darah dan dapat pula akibat defisiensi banyak faktor yang mungkin sulit untuk didiagnosis dan diobati. Defisiensi atau factor pembekuan darah dapat diatasi dengan memberikan factor yang kurang yang berupa konsentrat darah manusia. Perdarahan dapat pula dihentikan dengan memberikan obat yang dapat meningkatkan factor-faktor pembentukan darah misalnya vitamin K atau yang menghambat mekanisme fibrinolitik seperti asam aminokaprot. Obat hemostatik sendiri terbagi dua yaitu (1) Obat hemostatik local dan (2) Obat hemostatik sistemik. 2. Hemostatik Lokal golongan obat ini dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan mekanisme hemostatiknya. a. Hemostatik serap Mekanisme kerja :

hemostatik sistemik Dengan memberikan transfuse darah, seringkali perdarahan dapat dihentikan dengan segera. Hasil ini terjadi karena penderita mendapatkan semua faktor pembekuan darah yang terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan lain transfusi ialah perbaikan volume sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan defisiensi faktor pembekuan darah tertentu dapat diatasi dengan mengganti/ memberikan faktor pembekuan yang kurang.

3. Faktor anti hemoflik (faktor VIII) dan cryoprecipitated anti Hemophilic Factor Indikasi Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada penderita hemofilia A (defisienxi faktor VIII) yang sifatnya herediter dan pada penderita yang darahnya mengandung inhibitor factor VII Efek samping Cryoprecipitated antihemofilik factor mengandung fibrinogen dan protein plasma lain dalam jumlah yng lebih banyak dari sediaaan konsentrat faktor IIIV, sehingga kemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas lebih besar pula. Efek samping lain yang dapat timbul pada penggunaan kedua jenis sediaan ini adalah hepatitis virus, anemi hemolitik, hiper fibrinogenemia, menggigil dan demam. Cara pemakaian Kadar faktor hemofilik 20-30% dari normal yang diberikan IV biasanya digunakan untuk mengatasi perdarahan pada penderita hemofilia. Biasanya hemostatik dicapai dengan dosis tunggal 15-20 unit/kg BB. Untuk perdarahan ringan pada otot dan jaringan lunak, diberikan dosis tunggal 10 unit/kg BB. Pada penderita hemofilia sebelum operasi diperlukan kadar anti hemofilik sekurang kurangnya 50% dari normal, dan pasca bedah diperlukan kadar 20-25 % dari normal untuk 7- 10 hari. 4. kompleks Faktor X Indikasi Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX,X serta sejumlah kecil protein plasma lain dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan timbulnya hepatitis preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pendrita nonhemofilia. Efek samping trombosis,demam, menggigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi hipersensivitas berat (shok anafilaksis). Dosis Kebutuhan tergantung dari keadaan penderita. Perlu dilakukan pemeriksaan pembekuan sebelum dan selama pengobatan sebagai petunjuk untuk menentukan dosis. 1 unit/KgBB meningkatkan aktivitas factor IX sebanyak 1,5%, selama fase penyembuhan setelah operasi diperlukan kadar factor IX 25-30% dari normal 5. Vitamin K Mekanisme kerja : Pada orang normal vitamin K tidak mempunyai aktivitas farmakodinamik, tetapi pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan darah yang berlangsung di hati. Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan efek, sebab vitamin K harus merangsang pembentukan faktor- faktor pembekuan darah lebih dahulu. Indikasi : Digunakan untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K. Efek samping :

Pemberian filokuinon secara intravena yang terlalu cepat dapt menyebabkan kemerahan pada muka, berkeringat, bronkospasme, sianosis, sakit pada dada dan kadang menyababkan kematian. Perhatian : Defisiensi vit. K dapat terjadi akibat gangguan absorbsi vit.K, berkurangnya bakteri yang mensintesis Vit. K pada usus dan pemakaian antikoagulan tertentu. Pada bayi baru lahir hipoprotrombinemia dapat terjadi terutama karena belum adanya bakteri yg mensintesis vit. Sediaan : Tablet 5 mg vit. K (Kaywan) Dosis : 1-3 x sehariuntuk ibu menyusui untuk mencegah pendarahan pada bayinya 3-4 x sehari untuk pengobatan hipoprotrombinemia

6. Asam aminokaproat Mekanisme kerja : Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari activator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen/ fibrin dan faktor pembekuan darah lain. Oleh karena itu asam amikaproat dapat mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisisyang berlebihan. Indikasi : o Pemberian asam aminokaproat, karena dapat menyebabkan pembentukan thrombus yang mungkin bersifat fatal hanya digunakan untuk mengatasi perdarahan fibrinolisis berlebihan o Asam aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria yang berasal dari kandung kemih. o Asam aminokaproat dilaporkan bermanfaat untuk pasien homofilia sebelum dan sesudah ekstraksi gigi dan perdarahan lain karena troma didalam mulut. o Asam aminokaproat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk melawan efek trombolitik streptokinase dan urokinase yang merupakan activator plasminogen. Cara pemakaian : Dapat diberikan secara peroral dan IV Efek samping Asam aminokaproat dapat menyebabkan prutius,eriterna konjungtiva, dan hidung tersumbat. Efk samping yang paling berbahaya ialah trombosis umum, karena itu penderita yang mendapat obat ini harus diperiksa mekanisme hemostatik. 7. Asam traneksamat Mekanisme Kerja : o Sebagai anti plasmin, bekerja menghambat aktivitas dari aktivator plasminogen dan plasmin o Sebagai hemostatik, bekerja mencegah degradasi fibrin, meningkatkan agregasi platelet o memperbaiki kerapuhan vaskular dan meningkatkan aktivitas factor koagulasi. Indikasi o Hipermenorrhea o Pendarahan pada kehamilan dan pada pemasangan AKDR o § Mengurangi pendarahan selama dan setelah operasi Perhatian Bila diberikan IV dianjurkan untuk menyuntikkan perlahan-lahan (10 ml / 1-2 menit) Efek Samping o Gangguan gastrointestinal : mual, muntah, sakit kepala, anoreksia