Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

FILSAFAT PANCASILA 1, Essays (university) of Nationality law

TUGAS FILSAFAT PANCASILA MENERANGKAN BAGAIMANA IMPLEMENTASI NILAI-NIALI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Typology: Essays (university)

2019/2020

Uploaded on 03/19/2020

prayudha-yudha
prayudha-yudha 🇮🇩

1 document

1 / 3

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
1 A) Sila Pertama :
Ketuhana berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, pencipta segala yang ada dan semua
mahluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zatNya, Esa dalam
sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang
banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan tidak
dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan
keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya. Keyakinan
adanya Tuhan yang maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada
pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika. Atas
keyakinan yang demikianlah maka Negara Indonesia berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa, dan
Negara memberi jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai
dengan keyakinannya dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya. Bagi dan didalam
Negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal ketuhanan yang Maha Esa, tidak boleh
ada sikap dan perbuatan yang anti ketuhanan yang Maha Esa, dan anti keagamaan serta tidak
boleh ada paksaan agama dengan kata lain dinegara Indonesia tidak ada paham yang meniadakan
Tuhan yang Maha Esa (ataisme).
Sila pertama ini mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang berketuhanan. Meskipun
terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan, sila ini menjamin hak untuk menjalankan ibadah
bagi setiap individu, sekaligus kewajibannya untuk saling menghormati perbedaan antar
keyakinan dan hidup rukun berdampingan.
Indonesia adalah bangsa yang besar dan kaya akan keberagamannya. Melalui sila
pertama dalam Pancasila, masyarakat Indonesia disatukan, yaitu melalui kepercayaan akan
adanya Tuhan. Setiap orang di Indonesia pasti percaya akan keberadaan Tuhan, meski berbeda
agama dan kepercayaan. Melalui agama, masyarakat Indonesia yang penuh keberagaman ini
dapat mengerti, bahwa kemajemukan di dalam bangsa ini ada karena diciptakan Tuhan sendiri.
Maka di dalam setiap agama diajarkan nilai-nilai saling menghormati dan saling mengasihi.
Namun, dalam kenyataan kita dapat melihat banyaknya konflik-konflik yang terjadi antara umat
beragama di Indonesia. Terjadi juga saat-saat di mana orang merasa bangga dengan membunuh
orang lain yang berbeda agama. Mereka merasa agamanya, nabinya, atau ajarannya adalah yang
paling benar,
sedangkan agama lain dengan ajarannya adalah ‘kafir’.
Mereka tidak mengerti bahwa semua agama mengarah kepada hal yang sama, tetapi
memiliki cara yang berbeda-beda untuk meraih tujuan itu, entah surga atau nirwana. Seandainya
manusia-manusia yang berkonflik itu memiliki rasa saling pengertian dan mau memahami nilai-
nilai yang diajarkan pada agama lain, mungkin konflik-konflik antar umat beragama tidak akan
terjadi. Kenyataannya, banyak orang Indonesia hanya memahami agama dari sisi mereka sendiri
saja. Dalam hal ini, pendidikan di Indonesia masih belum berhasil membuat masyarakat
memiliki pikiran yang luas dan moderat.
Sila Kedua :
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu mahluk berbudi yang mempunyai potensi
piker, rasa, karsa, dan cipta karena potensi inilah manusia menduduki martabat yang tinggi
pf3

Partial preview of the text

Download FILSAFAT PANCASILA 1 and more Essays (university) Nationality law in PDF only on Docsity!

1 A) Sila Pertama : Ketuhana berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, pencipta segala yang ada dan semua mahluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zatNya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya. Keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika. Atas keyakinan yang demikianlah maka Negara Indonesia berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa, dan Negara memberi jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya. Bagi dan didalam Negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal ketuhanan yang Maha Esa, tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang anti ketuhanan yang Maha Esa, dan anti keagamaan serta tidak boleh ada paksaan agama dengan kata lain dinegara Indonesia tidak ada paham yang meniadakan Tuhan yang Maha Esa (ataisme). Sila pertama ini mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang berketuhanan. Meskipun terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan, sila ini menjamin hak untuk menjalankan ibadah bagi setiap individu, sekaligus kewajibannya untuk saling menghormati perbedaan antar keyakinan dan hidup rukun berdampingan. Indonesia adalah bangsa yang besar dan kaya akan keberagamannya. Melalui sila pertama dalam Pancasila, masyarakat Indonesia disatukan, yaitu melalui kepercayaan akan adanya Tuhan. Setiap orang di Indonesia pasti percaya akan keberadaan Tuhan, meski berbeda agama dan kepercayaan. Melalui agama, masyarakat Indonesia yang penuh keberagaman ini dapat mengerti, bahwa kemajemukan di dalam bangsa ini ada karena diciptakan Tuhan sendiri. Maka di dalam setiap agama diajarkan nilai-nilai saling menghormati dan saling mengasihi. Namun, dalam kenyataan kita dapat melihat banyaknya konflik-konflik yang terjadi antara umat beragama di Indonesia. Terjadi juga saat-saat di mana orang merasa bangga dengan membunuh orang lain yang berbeda agama. Mereka merasa agamanya, nabinya, atau ajarannya adalah yang paling benar, sedangkan agama lain dengan ajarannya adalah ‘kafir’. Mereka tidak mengerti bahwa semua agama mengarah kepada hal yang sama, tetapi memiliki cara yang berbeda-beda untuk meraih tujuan itu, entah surga atau nirwana. Seandainya manusia-manusia yang berkonflik itu memiliki rasa saling pengertian dan mau memahami nilai- nilai yang diajarkan pada agama lain, mungkin konflik-konflik antar umat beragama tidak akan terjadi. Kenyataannya, banyak orang Indonesia hanya memahami agama dari sisi mereka sendiri saja. Dalam hal ini, pendidikan di Indonesia masih belum berhasil membuat masyarakat memiliki pikiran yang luas dan moderat. Sila Kedua : Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu mahluk berbudi yang mempunyai potensi piker, rasa, karsa, dan cipta karena potensi inilah manusia menduduki martabat yang tinggi

dengan akal budinya manusia menjadi berkebudayaan, dengan budi nuraninya manusia meyadari nilai-nilai dan norma-norma. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang obyektif tidak subyektif apalagi sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata adab, yang berarti budaya. Mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan dan tindakan selalu berdasarkan nilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan. Adab mengandung pengertian tata kesopanan kesusilaan atau moral. Jadi: kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarka kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan. Didalam silan kedua kemuanusian yang adil yang beradab telah tersimpul cita-cita kemanusiaan yang lengkap yang adil dan beradab memenuhi seluruh hakekat mahluk manusia. Sila dua ini diliputi dan dijiwai sila satu hal ini berarti bahwa kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia bersumber dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kodrat manusia sebagai ciptaa-Nya. Pada sila kedua, negara menjamin hak-hak asasi manusia, termasuk kebebasan untuk menyuarakan pikiran dan gagasan. Namun kebebasan ini harus diikuti dengan sikap yang

bertanggung jawab. Manusia terkadang hanya dipandang sebagai sekelompok manusia. Hal ini

mereduksi kemanusiaan. Seorang manusia tidak lagi dipandang sebagai individu yang mempribadi (sebagai subyek yang mengerti, menghendaki, bertindak) tetapi digeneralisasi menjadi massa/masyarakat. Dengan demikian kita tidak memandang seorang manusia sebagai manusia yang memiliki dinamika pemanifestasian kemanusiaannya dengan segala sejarah hidup dan cita-cita serta proyek hidupnya. Peristiwa genosida, peristiwa yang sangat memilukan dan hampir-hampir tidak masuk akal, adalah buah dari sisi terekstrim atas cara pandang ini. Kebencian dan keberangan kita, bangsa Indonesia, akan Malaysia pun karena generalisasi ini. Dengan peristiwa Sipadan-Ligitan, Blok Ambalat, peristiwa Kepulauan Riau, kita tidak memandang individu (yang adalah warga negara Malaysia) yang melakukan itu, melainkan menggeneralisasi Malaysia (seluruh penduduk Malaysia) yang melakukan itu, tanpa sedikit pun menyadari bahwa (mungkin) masih ada individu-individu yang berkewarganegaraan Malaysia memiliki kehendak untuk mencintai dan menghormati kemanusiaan sesama manusia walau berbeda negara, ras, dan kebudayaan. B) Implementasi Sila Pertama : Percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Pengertian percaya adalah setiap warga negara menerima sesuatu yang berasal dari Tuhan sebagai kebenaran dan menganutnya. Sedangkan pengertian takwa adalah kepatuhan setiap pemeluk agama dengan adanya kesadaran dan iman untuk melaksanakan segala perintah Tuhan dan menjahukan semua larangan-Nya. Sila pertama menghendaki adanya kerja sama antarpemeluk agama dan kepercayaan untuk mencapai kerukuna hidup umat bersama. Bekerja sama diartikan bahwa setiap pemeluk agama melakukan pekerjaan secara bersama-sama menurut kesepakatan sehingga terjadi persatuan dalam suatu wilayah. Setiap pemeluk agama dan kepercayaan dapat menjalankan