Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Diagram Terner Praktikum, Study Guides, Projects, Research of Chemistry

Membahas tentang diagram terner

Typology: Study Guides, Projects, Research

2023/2024

Uploaded on 05/07/2024

itpkim-itpkim
itpkim-itpkim 🇮🇩

1 / 3

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
Tambahan dasar teori
H2O atau air adalah senyawa kimia yang paling banyak dipelajari dan sering disebut sebagai "pelarut
universal" serta "pelarut kehidupan"[4]. Air memiliki rumus kimia H2O, artinya satu molekul air tersusun
atas dua atom hidrogen, yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen[3][4]. Air bersifat amfoter,
artinya dapat menunjukkan sifat-sifat asam atau basa, tergantung pada pH larutan tempatnya; ia
dengan mudah menghasilkan baik ion H+ dan OH−[4]. Sifat fisika air adalah cairan tidak berasa dan tidak
berbau pada suhu dan tekanan lingkungan[4]. Air cair memiliki pita serapan yang lemah pada panjang
gelombang sekitar 750 nm yang menyebabkannya tampak berwarna biru[4]. Air memiliki massa jenis
sebesar 1 g/cm3 (Agustina et al., 2017).
Diagram Terner adalah suatu diagram fasa sistem zat cair tiga komponen
yang digambarkan dalam suatu segitiga sama sisi.Diagram ini dapat
menggambarkan sistem tiga komponen zat dalam berbagai fasa. Untuk
menentukan diagram Terner secara eksperimental, dapat dilakukan dengan cara
mengukur komposisi campuran pada titik-titik tertentu pada diagram Terner.
Komposisi dapat dinyatakan dalam fraksi massa (untuk cairan) atau fraksi
mol (untuk gas)(Sugiarto et al., 2023; Fitriani et al., 2021).
PEMBAHASAN
Percobaan berjudul “Diagram Terner Sistem Zat Cair Tiga Komponen” ini memiliki tujuan untuk
mempelajari kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut dan menggambarkan diagram fase untuk tiga
komponen. Prinsip kerja dalam percobaan ini adalah titrasi. Titrasi merupakan proses analisis komponen
yang tidak dikenal yang dilakukan dengan menambahkan suatu larutan standar volume tertentu ke
dalam suatu larutan (Riniati et al., 2020). Titrat merupakan larutan yang akan di titrasi untuk diketahui
konsentrasinya, sedangkan titran atau titer adalah larutan pentitrasi yang sudah diketahui konsentrasi
dari larutan tersebut (Dewita dan Andromeda, 2023).
Percobaan ini menggunakan suatu zat cair yaitu akuades, kloroform, dan asam asetat. Kloroform
berperan sebagai titrat yaitu larutan yang digunakan untuk mentitrasi, sementara akuades dan asam
asetat sebagai titer atau larutan yang akan dititrasi. Titik akhir titrasi dalam percobaan ini ditandai
dengan terbentuknya larutan keruh yang menandakan bahwa komponen campuran dari larutan tiga
komponen telah terpisah menjadi dua komponen larutan terkonjugasi.
Langkah percobaan ini diawali dengan memasukkan akuades ke dalam erlenmeyer yang telah disiapkan
dengan berbagai volume yaitu 9 ml, 8 ml, 7 ml, 6 ml, 5 ml, 4 ml, 3ml, 2 ml, dan 1 ml. Setelah itu, asam
asetat glasial ditambahkan dengan volume 1 ml, 2 ml, 3ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml, 7 ml, 8 ml, dan 9 ml.
Selanjutnya, campuran air dan asam asetat glasial dititrasi dengan kloroform hingga larutan berubah
menjadi keruh. Penambahan akuades terlebih dahulu dalam percobaan ini bertujuan untuk menghindari
letupan atau ledakan yang dihasilkan dari uap panas asam asetat glasial. Adapun perlakuan dimana
erlenmeyer yang berisi akuades dan asam asetat glasial diberi aluminium foil sebelum di titrasi
bertujuan agar asam asetat glasial tidak menguap. Volume hasil titrasi kloroform secara berturut turut
pf3

Partial preview of the text

Download Diagram Terner Praktikum and more Study Guides, Projects, Research Chemistry in PDF only on Docsity!

Tambahan dasar teori H2O atau air adalah senyawa kimia yang paling banyak dipelajari dan sering disebut sebagai "pelarut universal" serta "pelarut kehidupan"[4]. Air memiliki rumus kimia H2O, artinya satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen, yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen[3][4]. Air bersifat amfoter, artinya dapat menunjukkan sifat-sifat asam atau basa, tergantung pada pH larutan tempatnya; ia dengan mudah menghasilkan baik ion H+ dan OH−[4]. Sifat fisika air adalah cairan tidak berasa dan tidak berbau pada suhu dan tekanan lingkungan[4]. Air cair memiliki pita serapan yang lemah pada panjang gelombang sekitar 750 nm yang menyebabkannya tampak berwarna biru[4]. Air memiliki massa jenis sebesar 1 g/cm3 (Agustina et al., 2017).

Diagram Terner adalah suatu diagram fasa sistem zat cair tiga komponen

yang digambarkan dalam suatu segitiga sama sisi. Diagram ini dapat

menggambarkan sistem tiga komponen zat dalam berbagai fasa. Untuk

menentukan diagram Terner secara eksperimental, dapat dilakukan dengan cara mengukur komposisi campuran pada titik-titik tertentu pada diagram Terner.

Komposisi dapat dinyatakan dalam fraksi massa (untuk cairan) atau fraksi

mol (untuk gas)(Sugiarto et al., 2023; Fitriani et al., 2021).

PEMBAHASAN

Percobaan berjudul “Diagram Terner Sistem Zat Cair Tiga Komponen” ini memiliki tujuan untuk mempelajari kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut dan menggambarkan diagram fase untuk tiga komponen. Prinsip kerja dalam percobaan ini adalah titrasi. Titrasi merupakan proses analisis komponen yang tidak dikenal yang dilakukan dengan menambahkan suatu larutan standar volume tertentu ke dalam suatu larutan (Riniati et al., 2020). Titrat merupakan larutan yang akan di titrasi untuk diketahui konsentrasinya, sedangkan titran atau titer adalah larutan pentitrasi yang sudah diketahui konsentrasi dari larutan tersebut (Dewita dan Andromeda, 2023). Percobaan ini menggunakan suatu zat cair yaitu akuades, kloroform, dan asam asetat. Kloroform berperan sebagai titrat yaitu larutan yang digunakan untuk mentitrasi, sementara akuades dan asam asetat sebagai titer atau larutan yang akan dititrasi. Titik akhir titrasi dalam percobaan ini ditandai dengan terbentuknya larutan keruh yang menandakan bahwa komponen campuran dari larutan tiga komponen telah terpisah menjadi dua komponen larutan terkonjugasi. Langkah percobaan ini diawali dengan memasukkan akuades ke dalam erlenmeyer yang telah disiapkan dengan berbagai volume yaitu 9 ml, 8 ml, 7 ml, 6 ml, 5 ml, 4 ml, 3ml, 2 ml, dan 1 ml. Setelah itu, asam asetat glasial ditambahkan dengan volume 1 ml, 2 ml, 3ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml, 7 ml, 8 ml, dan 9 ml. Selanjutnya, campuran air dan asam asetat glasial dititrasi dengan kloroform hingga larutan berubah menjadi keruh. Penambahan akuades terlebih dahulu dalam percobaan ini bertujuan untuk menghindari letupan atau ledakan yang dihasilkan dari uap panas asam asetat glasial. Adapun perlakuan dimana erlenmeyer yang berisi akuades dan asam asetat glasial diberi aluminium foil sebelum di titrasi bertujuan agar asam asetat glasial tidak menguap. Volume hasil titrasi kloroform secara berturut turut

yaitu 0,5 ml, 0,6 ml, 0,7 ml, 0,8 ml, 0,9 ml, 3,3 ml, 5,9 ml, 14 ml, 23,3 ml. Namun pada erlenmeyer ke 9 larutn tidak berubah menjadi keruh hingga titran yang ada pada buret habis sehingga volume titrasinya yang didapatkan hanya 23,3 ml. Tidak tercapainya titik akhir titrasi disebabkan oleh kurangnya volume titran yang digunakan, selain itu kemungkinan terdapat kesalahan dalam pengukuran volume baik pada pembuatan larutan (kelebihan salah satu reagen) maupun selama titrasi yang akhirnya dapat memengaruhi akurasi hasil titrasi. Berdasarkan hasil titrasi, diperoleh suatu kecenderungan bahwa semakin banyak volume akuades yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer maka semakin sedikit volume kloroform yang diperlukan untuk mentitrasi campuran akuades dan asam asetat glasial hingga keruh. Sementara, semakin banyak volume asam asetat glasial yang ditambahkan ke dalam erlenmeyer maka semakin banyak volume kloroform yang diperlukan untuk mentitrasi campuran akuades dan asam asetat glasial hingga keruh. Hal terebut dikarenakan ketika volume akuades yang dimasukkan semakin banyak, konsentrasi asam asetat glasial dalam larutan akan semakin berkurang, sehingga diperlukan lebih sedikit kloroform untuk mencapai titik ekivalen. Sebaliknya, ketika volume asam asetat glasial yang ditambahkan semakin banyak, konsentrasi asam asetat glasial dalam larutan akan meningkat, sehingga diperlukan lebih banyak kloroform untuk mencapai titik ekivalen. Kesetimbangan fasa antara ketiga komponen dalam percobaan ini dipengaruhi oleh komposisi sistem. Air dengan asam asetat memiliki daya saling larut yang tinggi, hal ini disebabkan oleh kepolaran dari masing masing komponen dimana air bersifat polar dan asam asetat bersifat semi polar sehingga ketika kedua larutan dicampurkan akan terbentuk satu fasa (homogen). Asam asetat yang terlarut dalam air akan terionisasi sebagian dan sebagian tetap sebagai asam asetat membentuk dimer. Adapun dalam proses ini terjadi ikatan antara air (H 2 O) dengan asam asetat (CH 3 COOH). Molekul air bagian -OH membentuk ikatan hidrogen yang kuat dengan gugus –COOH dari molekul asam asetat. Penambahan setetes demi setetes kloroform yang sifatnya non polar akan mengubah campuran asam asetat dan akuades dari satu fasa menjadi dua fasa (heterogen). Hal tersebut dapat terjadi karena asam asetat dengan kloroform dapat saling berikatan. Kloroform (CH3cl) dapat berikatan di sekitar gugus metil dari asam asetat (CH3COOH) yang bersifat non-polar. Namun, ikatan yang terjadi antara asam asetat dan kloroform hanya sedikit karena terdapat ikatan hidrogen yang sangat kuat antara air dan asam asetat sehingga sulit untuk dilepaskan. Akibatnya, sebagian besar kloroform akan membentuk ikatan sendiri dan terpisah dari campuran air dan asam asetat kemudian membentuk dua larutan terner terkonjugasi yang ditandai dengan munculnya kekeruhan dalam larutan. Maka, terjadinya perubahan dari satu fasa menjadi dua fasa yaitu ketika ketiga komponen mencapai titik kesetimbangan. Untuk menggambarkan diagram fasa sistem tiga komponen, digunakan fraksi mol yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan (terlampir). Berikut gambar diagram terner sistem zat cair tiga komponen:

GAMBAR