Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Cara berpikir sistem, Summaries of Engineering management

Tentang cara berpikir sistem Permasalahan Terkait Sistem dan Berfikir Sistem Dalam Bidang Lingkungan atau Sains dan Teknologi serta Analisisnya

Typology: Summaries

2022/2023

Uploaded on 06/26/2024

egi-wahyudi
egi-wahyudi 🇮🇩

1 / 4

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
TUGAS Teori Sistem dan Berfikir
Sistem
Topik : Permasalahan Terkait Sistem dan Berfikir
Sistem Dalam Bidang Lingkungan atau Sains dan
Teknologi serta Analisisnya
Tema : Permasalahan Terkait Hasil Limbah Industri
Judul
Penggunaan Limbah CO2 Dari Sistem Produksi Ammonia
Pada Pabrik Petrokimia Gresik Menjadi Fluida
Superkritis Untuk Dekafeinasi Biji Kopi
Kelas : Aplikasi Teknologi dan Transformasi Digital (1)
Nama : Egi Wahyudi
NRP : 5008211078
Dosen Pengampu : Dra. Endang Susilowati, M.S.
Ir. Baroto Tavip Indrojarwo, M.Si.
Prof. IDAA Warmadewanthi, S.T., M.T., Ph.D.
Hari, Tanggal Kelas : Kamis, 7 Maret 2024
pf3
pf4

Partial preview of the text

Download Cara berpikir sistem and more Summaries Engineering management in PDF only on Docsity!

TUGAS Teori Sistem dan Berfikir

Sistem

Topik : Permasalahan Terkait Sistem dan Berfikir

Sistem Dalam Bidang Lingkungan atau Sains dan

Teknologi serta Analisisnya

Tema : Permasalahan Terkait Hasil Limbah Industri

Judul

Penggunaan Limbah CO 2 Dari Sistem Produksi Ammonia

Pada Pabrik Petrokimia Gresik Menjadi Fluida

Superkritis Untuk Dekafeinasi Biji Kopi

Kelas : Aplikasi Teknologi dan Transformasi Digital (1) Nama : Egi Wahyudi NRP : 5008211078 Dosen Pengampu : Dra. Endang Susilowati, M.S. Ir. Baroto Tavip Indrojarwo, M.Si. Prof. IDAA Warmadewanthi, S.T., M.T., Ph.D. Hari, Tanggal Kelas : Kamis, 7 Maret 2024

PENDAHULUAN

Pada era modern ini, banyak kegiatan manusia yang bersinggungan dengan teknologi. Tidak bisa dipungkiri, kegiatan manusia saat ini sangat bergantung pada teknologi yang ada. Kemajuan teknologi memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan kehidupan manusia dan memberikan kemudahan serta keuntungan bagi manusia terutama dalam sektor industri. Namun, di saat yang bersamaan, kemajuan teknologi tersebut ibarat pedang bermata dua, ada juga dampak negatif yang menyertainya. Dalam sektor industri, kemajuan teknologi memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan alam yang berada di sekitarnya. Di Indonesia, sektor industri masih bergantung pada bahan bakar fosil sebagai pemenuhan sumber energi dalam pabrik. Akibatnya, penggunaan energi fosil tersebut menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Dilansir dari data Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral), gas alam menjadi bahan bakar yang sering digunakan industri di Indonesia hal ini karena cadangan gas bumi di dalam negeri jumlahnya cukup besar dengan harga yang kompetitif apabila dibandingkan dengan sumber energi fosil lainnya. Dalam hal pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan domestik, konsumen gas terbesar dalam negeri saat ini adalah industri yaitu sebesar 30,83%, listrik sebesar 11,82% dan pupuk sebesar 11,72%. Sedangkan sebesar 22,18% gas diekspor dalam bentuk LNG dan sebanyak 8,45% diekspor melalui pipa dengan total konsumsi gas pada akhir tahun 2023 mencapai 5.868 BBUTD. Gas alam dalam industri digunakan sebagai bahan bakar untuk memanaskan air hingga mencapai suhu superheated yang kemudian digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan energi listrik dan juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan amonia dalam industri pupuk. Hasil dari pembakaran batu bara menghasilkan gas buang karbon dioksida (CO 2 ). Gas CO 2 merupakan emisi yang dapat menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim (Hong, 2009). Salah satu cara untuk mengurangi gas emisi CO 2 adalah dengan menggunakan kembali gas tersebut ke dalam proses industri kimia agar tidak dibuang secara langsung ke lingkungan. Senyawa CO 2 memiliki sifat dapat larut dalam kebanyakan senyawa organik yang biasanya digunakan sebagai solvent. CO 2 superkritis adalah fluida yang memiliki sifat gas, cair, dan fluida superkritis, yang memiliki sifat yang unik dan dapat digunakan sebagai pelarut non polar yang baik untuk melarutkan berbagai komponen organik, termasuk kafein dari biji kopi (Meliala, 2013). Pemanfaatan kembali gas CO 2 menjadi fluida superkritis dalam proses dekafeinasi biji kopi dapat mengurangi gas emisi CO 2 dan meningkatkan efisiensi produksi kopi. Pembuatan fluida CO 2 superkritis sendiri melibatkan tekanan dan suhu, dimana gas CO 2 terlebih dahulu distripping supaya menjadi CO 2 cair dan kemudian dipanaskan hingga melebihi tekanan dan temperatur kritisnya. Kondisi kritis CO 2 adalah suhu kritis 31,1℃ dan tekanan kritis 7,2MPa (Kustyawati, 2019). Pada Pabrik Petrokimia Gresik, terdapat unit sintesis amonia, dimana teknologi yang digunakan untuk sintesis amonia adalah Steam Methane Reforming. Dalam teknologi ini, bahan baku yang digunakan adalah gas alam, dimana gas alam akan diproses untuk menjadi amonia dengan cara dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan teknik desulfurisasi yang kemudian menuju ke steam reformer, pemisahan dengan gas CO 2 lalu lanjut methanation yang kemudian dilanjutkan proses sintesis amonia. Dalam proses ini, limbah yang dihasilkan adalah gas CO 2 yang nantinya gas CO 2 akan dijadikan fluida superkritis untuk proses ekstraksi biji kopi. Dari pemanfaatan CO 2 kembali ini diharapkan dapat menimbulkan dampak yang positif terhadap industri dan lingkungan sekitar dan menuju ke green industry.

Pelarut Dari skema tersebut solventnya adalah CO 2 superkritis. Penutup Pemanfaatan CO 2 superkritis dalam proses dekafeinasi biji kopi memiliki sejumlah keuntungan dan kelemahan. Diharapkan dengan adanya inovasi ini dapat mengurangi gas emisi di atmosfer Secara keseluruhan, meskipun pemanfaatan CO2 superkritis untuk dekafeinasi biji kopi menawarkan keamanan, selektivitas, dan pemeliharaan kualitas rasa yang baik, namun biaya produksi yang tinggi dan konsumsi energi yang besar menjadi hambatan utama dalam penggunaannya sehingga masih perlu dicari alternatif untuk menekan biaya tersebut.